MEDAN, SUMUTPOS –Jumlah terkini kasus hepatitis akut misterius di Indonesia hingga Senin (9/5) kemarin sudah menjangkiti 15 anak. Sementara itu, di Sumatera Utara (Sumut)
ada dua anak diduga terpapar hepatitis akut misterius. Belum diketahui secara pasti kedua anak tersebut berasal dari kabupaten/kota dan dirawat dimana. Pasalnya, Dinas Kesehatan Sumut belum mau membeberkan secara rinci, termasuk kondisinya bagaimana.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut drg Ismail Lubis mengatakan, saat ini kedua anak tersebut tengah menjalani pemeriksaan dan observasi intens. “Ada dua anak yang sedang dirawat di dua rumah sakit dan dicurigai diduga terkena penyakit hepatitis misterius. Namun, masih dalam pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas kesehatan dan ini masih diduga,” kata Ismail, Senin (9/5).
Ismail mengakui, memang gejala yang dialami kedua anak tersebut di antaranya demam, diare dan muntah-muntah. “Tapi belum dapat laporan kalau pasien demamnya kuning atau seperti apa. Tim lagi memeriksa dan memastikan gejala yang dialami dua anak tersebut,” ucapnya.
Menurut dia, pihaknya sudah menyusun sejumlah langkah mengantisipasi penyebaran hepatitis akut misterius ini. “Kita lakukan sistem dini respon, artinya sejak dikatakan adanya penyakit hepatitis misterius pada anak, kita membentuk tim epidemiologi. Kemudian, meminta dokter anak di rumah sakit melakukan produk penanganan awal, seperti tes skrining dan lain sebagainya,” ungkap Ismail.
Ismail menyatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan RSUP Haji Adam Malik Medan. Hal ini terkait penanganan lebih lanjut dan jika memang dirujuk. “Hepatitis misterius ini ada kaitannya dengan penyakit liver. Maka dari itu, ini ada 10 persen kasus transplantasi hati di (RSUP Haji) Adam Malik. Jadi, kita akan rapat dengan mereka,” ujarnya.
Ia mengimbau agar seluruh sekolah yang melaksanakan pembelajaran tatap muka untuk memperketat pola hidup sehat dan bersih. Siswa diwajibkan cuci tangan sebelum menyentuh makanan dan tidak jajan sembarangan. “Nantinya akan ada pemeriksaan kepada anak di sekolah-sekolah melalui puskesmas. Bahkan, posyandu juga kita aktifkan lagi untuk imunisasi Hepatitis A dan B,” tuturnya.
Ia juga mengimbau, kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan makanan dan minuman yang akan diberikan pada anak. Hepatitis akut diketahui dapat dicegah terhadap anak dengan cara menjaga saluran cerna dan saluran napas. “Virus hepatitis ini adanya kuman Adeno, yang menyebabkan diare. Jadi, makanan yang diberikan pada anak harus benar-benar diperhatikan kematangannya. Begitupun air, harus dimasak sampai benar-benar mendidih,” pungkasnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memberikan perhatian khusus dalam penanganan penyebaran Hepatitis Misterius di Sumut ini. Untuk gejalanya, pihak Pemerintah Provinsi Sumut akan mempelajari.
“Ini yang belum ada kepastian mengenai hepatitis. Tapi, sudah ada terjadi di Indonesia. Penyebabnya virus, tapi kenapa? Ini yang sedang dipelajari,” ucap Gubernur Edy kepada wartawan saat Sidak Kehadiran ASN di Dinas Kehutanan Sumut di Jalan Sisingamangaraja Medan, Senin (9/5) pagi.
Gubsu mengatakan, Pemprov Sumut sudah membentuk tim khusus diketuai oleh Direktur Utara (Dirut) RSUPH Adam Malik, dr Zainul Safri. “Untuk di Sumut saya sudah membentuk tim dipimpin oleh dokter Zainal Dirut RS Adam Malik,” kata mantan Ketua Umum PSSI itu.
Gubsu mengharapkan tim ini dapat melakukan penanganan dan antisipasi penyebaran hepatitis misterius di tengah masyarakat.”Saat ini terus melakukan kegiatan untuk mengetahui secara pasti,” ucap mantan Pangkostrad itu.
Untuk mengantisipasi secara dini penyebaran hepatitis misterius ini, gubsu mengimbau masyarakat Sumut untuk menerapkan pola hidup sehat dan bersih di lingkungan keluarga.
“Kedua untuk mengantisipasi virus ini makanya tetap menggunakan masker. Terap bersihkan diri kita. Kalau itu virus yang bisa menularkan. Terkhusus untuk anak-anak balita kita,” pungkas mantan Pangdam I Bukit Barisan itu
Terpisah, Sub Koordinator Hukum, Organisasi dan Humas RSUP HAM, Rosario Dorothy Simanjuntak mengatakan, pihaknya siap menangani pasien hepatitis. “Secara umum kita siap dari segi fasilitas untuk diagnosa sampai terapi. Begitu pula dari sisi personalia, tenaga dokter spesialis yang menangani. Kita siap sesuai dengan instruksi dari Kementerian Kesehatan sebagai rumah sakit rujukan,” katanya.
Menurut Rosa, penanganan yang dilakukan sama seperti penanganan pasien hepatitis. “Hanya saja, kalau memang nanti dari pemeriksaan hepatitis semua negatif, berarti masuk kategori hepatitis yang tidak diketahui penyebabnya,” ujarnya.
Sudah Jangkiti 15 Orang
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan jumlah kasus hepatitis akut yang belum diketahui etiologinya di Indonesia.
“Sampai sekarang kondisi di Indonesia ada 15 kasus,” kata Budi dalam konferensi pers, Senin (9/5). Data tersebut dihimpun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) hingga Senin (9/5).
Menurut dia, kasus hepatitis akut tersebut pertama kali ditemukan di Indonesia pada 27 April 2022. Budi juga mengungkapkan kasus hepatitis akut misterius tersebut paling banyak ditemukan di Inggris dengan 115 kasus. Mantan wakil menteri BUMN itu mengaku telah menyampaikan data Kemenkes tersebut kepada Presiden Joko Widodo.
Menkes mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyelidiki penyebab hepatitis akut misterius ini. “Kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya hepatitis akut ini,” ujar dia.
Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, virus yang menyebabkan penyakit hepatitis akut menular lewat asupan makanan atau melalui mulut. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat untuk rajin cuci tangan dan memastikan kebersihan dari makanan yang masuk ke mulut. Adapun Penyakit hepatitis akut diketahui menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun.
“Apa yang perlu dilakukan masyarakat yang pertama adalah virus ini menular melalui asupan makanan yang lewat mulut. Jadi, kalau bisa rajin cuci tangan, jadi kita pastikan apa yang masuk ke anak-anak kita untuk bersih, karena ini menyerang di bawah 16 tahun lebih banyak lagi di bawah lima tahun,” ujar Budi.
Ia pun menjelaskan, ciri-ciri penyakit hepatitis akut ditandai dari demam dan tingginya indikator serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT). “SGPT dan SGOT itu normalnya di level 30-an. Kalau udah naik agak tinggi lebih baik refer ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) terdekat,” kata dia.
Adapun saat ini, pihaknya telah berkoordinasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat serta Inggris mengenai penyakit hepatitis akut yang belakangan marak terjadi.
Hasilnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti virus penyebab penyakit yang banyak menyerang anak-anak usia di bawah 16 tahun ini. “Kesimpulannya belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen menyebabkan adanya penyakit hepatitis akut ini,” kata Budi.
Budi mengatakan, saat ini, Indonesia bekerja sama dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Amerika serta Inggris dalam upaya mendeteksi penyebab hepatitis akut. Kemungkinan besar, penyakit ini disebabkan oleh Adenovirus strain 41. Namun, ada pula kasus yang bukan disebabkan oleh Adenovirus strain 41. “Jadi kita masih melakukan penelitian bersama-sama dengan Inggris dan Amerika untuk memastikan penyebabnya apa,” ucap Budi.
Adapun, kata Budi Gunadi Sadikin, pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada semua rumah sakit dan dinas kesehatan untuk melakukan pengawasan surveilans terkait dengan kasus ini per 27 April 2022. Hal tersebut dilakukan empat hari sesudah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyampaikan adanya wabah Hepatitis akut tersebut di Eropa pada 23 April 2022.
Sedangkan sampai saat ini, Kemenkes mengonfirmasi sedikitnya empat anak di Indonesia dilaporkan meninggal dunia akibat terpapar hepatitis yang belum diketahui penyebabnya atau hepatitis misterius. Rinciannya, tiga kasus kematian anak terjadi di DKI Jakarta dan satu kasus kematian di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Berdasarkan temuan terkini, keempat kasus kematian pada anak-anak itu menunjukkan gejala yang hampir sama. Gejala yang dialami pasien mirip gejala penyakit kuning yang diikuti demam, diare, urine berwarna lebih pekat, dan feses berwarna pucat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia. Namun, WHO baru melaporkan satu kasus kematian yang terjadi di luar Indonesia.
Tingkatkan Pengawasan di Pelabuhan dan Bandara
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) meningkatkan pengawasan terhadap penumpang, kru hingga barang bawaan di lingkungan pelabuhan dan bandara, menyusul temuan kasus hepatitis akut misterius di beberapa negara termasuk Indonesia.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology). “Meningkatkan pengawasan terhadap penumpang dan kru, alat angkut, barang bawaan, vektor, dan lingkungan pelabuhan dan bandara, terutama yang berasal dari negara terjangkit saat ini,” demikian bunyi SE tersebut sebagaimana dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Senin (9/5).
Kemudian, KKP diminta untuk meningkatkan upaya promosi kesehatan bagi masyarakat di sekitar wilayah pintu masuk negara (bandara, pelabuhan, dan pos lintas batas darat negara). Selanjutnya, mengoordinasikan pelayanan kesehatan dengan Dinas Kesehatan dan rumah sakit setempat serta berkoordinasi dengan Otoritas Imigrasi dalam penelusuran data ketika ditemukan kasus dari warga negara asing.
Selain itu, KKP juga diminta berkoordinasi dengan pihak maskapai penerbangan dalam hal mendeteksi penumpang dengan sindrom jaundice. Di samping itu, Kemenkes meminta dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/kota, KKP, laboratorium kesehatan masyarakat, dan rumah sakit untuk memantau dan melaporkan kasus sindrom penyakit kuning akut di Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) dengan gejala dan memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE).
Gejala yang dimaksud ditandai dengan kulit dan sklera berwarna ikterik atau kuning dan urine berwarna gelap yang timbul secara mendadak. Kemudian, Dinkes diminta untuk memberikan informasi kepada masyarakat untuk segera mengunjungi Fasilitas Layanan Kesehatan (Fasyankes) terdekat apabila mengalami sindrom jaundice.
Selanjutnya, membangun dan memperkuat jejaring kerja surveilans dengan lintas program dan lintas sektor terutama Dinas Pendidikan, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, dan/atau Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota.
Dinkes juga diminta untuk memberikan notifikasi apabila terjadi peningkatan kasus sindrom jaundice akut maupun menemukan kasus sesuai definisi operasional kepada Dirjen P2P melalui Public Health Emergency Operation Centre (PHEOC) melalui Telp./ WhatsApp 0877-7759-1097, atau e-mail: poskoklb@yahoo.com.
Sedangkan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengungkapkan, hingga saat ini pemerintah belum memiliki rencana untuk menunda penerapan pembelajaran tatap muka (PTM).
Pernyataan tersebut menanggapi munculnya virus yang menyebabkan penyakit hepatitis akut yang menjangkit anak-anak beberapa waktu belakangan. “Tidak ada rencana untuk itu (penundaan PTM). Artinya PTM tetap berlanjut,” ujar Muhadjir, Senin (9/5).
Selain itu, Muhadjir Effendy memastikan biaya perawatan bagi pasien Hepatitis akut ditanggung BPJS Kesehatan. “Biaya perawatan ditanggung BPJS,” ujar Muhadjir. (ris/gus/cnn/bbs)