28 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

AHY: Pahami Sumber Masalah di Pemilu, agar Polarisasi Tidak Terjadi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berharap, pelaksanaan Pemilu 2024 dapat menghadirkan kepemimpinan yang mampu membawa perubahan dan juga kebaikan ke arah yang lebih baik lagi. Menurut Ahay, hal ini bukan sebuah keniscayaan, tetapi juga amanah sejarah, lintas generasi, lintas kepemimpinan, sehingga sudah sewajarnya seperti itu.

“Sebetulnya bukan masalah dua atau tiga poros lebih baik, atau berapa pun jumlahnya. Karena pada akhirnya, kalau kita tidak melihat sumber masalah, maka berapa pun jumlah poros, siapapun yang mengikuti pemilu, maka bisa menimbulkan prahara sekaligus polarisasi,” tegas AHY saat menghadiri Launching Kanal Pemilu Terpercaya CNN Indonesia, di Menara Bank Mega, Senin (1/8) malam.

AHY menilai, ada tiga permasalahan demokrasi di Indonesia. Pertama, money politics. “Di sini banyak generasi muda. Saya juga mengajak, mari kita sama-sama kawal pemilu ini agar tidak terjadi eksploitasi politik uang yang berlebihan, vote buying, ini bahaya, karena hanya mereka yang memiliki uang akhirnya, yang bisa menguasai politik dan pada akhirnya mengawaki negara kita,” kata AHY.

Yang kedua, permasalahannya adalah politik identitas. “Bukan sesuatu yang baru memang, sejak dulu sudah ada, tetapi jika dieksploitasi secara berlebihan, politik agama, suku, ras dan identitas lainnya, maka ini berbahaya. Ini hanya menimbulkan perpecahan di antara kita dan sentimen itu akan diteruskan ke generasi selanjutnya, anak cucu kita, costnya terlalu tinggi,” tutur AHY.

Terakhir, lanjut AHY, politik fitnah, hoax, fake news, black campaign, ini juga selalu menjadi masalah bersama, serta kita tenggelam dalam tsunami informasi dan sekaligus disinformasi. “Oleh karena itu, mari kita memiliki sebuah mekanisme sebagai bangsa untuk melawan itu semua, jangan dibiarkan, bangsa kita dihancurkan oleh perilaku buzzer-buzzer yang hanya ingin meruntuhkan persatuan di antara kita. Kalau kita berkomitmen semua itu, dua pasang, tiga pasang, empat pasang, atau berapa pun, Indonesia tidak akan pecah, dan pemilu kita berkualitas dan Indonesia akan semakin maju ke depan,” tegasnya.

AHY juga kembali menegaskan komitmennya dalam mencegah polarisasi saat Pemilu 2024 nanti. “Kita harus terus membangun literasi politik. Sama seperti yang lain, terutama bagi generasi muda, jumlahnya semakin besar, diperkirakan generasi milenial ditambah dengan generasi Z, termasuk pemilih pemula di dalamnya, akan berada di komposisi 60% dari total jumlah pemilih di 2024, jumlahnya besar, mereka yang paling aktif, dan mereka yang paling dinamis, termasuk di dalam ruang digital democracy,” lanjutnya.

“Oleh karena itu, saya ingin terus bersama-sama dengan yang lain, membangun literasi yang tepat. Saya mengapresiasi Ketua BEM UI tadi, yang memiliki literasi politik, dan mampu mengartikulasikannya dengan baik, artinya membaca, tidak hanya dari buku, membaca dari realitas lapangan,” sambung AHY.

Generasi muda Indonesia menurut AHY semakin memiliki kecerdasan dalam berpolitik dan berdemokrasi. “Yang saya maksud dengan literasi, bukan hanya meningkatkan jumlah partisipasi dalam pemilu, atau hanya dihitung dengan secara kuantitatif dalam aspek voters turn out, itu penting, saya yakin kita semua akan semakin senang jika semakin banyak yang datang ke TPS, tapi pada akhirnya, demokrasi tidak boleh dihitung hanya dari regularitas penyelenggaraan pemilu. Itu tadi syarat minimal, betul, tetapi bukan hanya dihitung dari jumlah yang datang ke TPS, itu juga salah satu parameter, tetapi, kualitasnya bagaimana? Kualitas dan rasionalitas dari sang pemilih untuk menggunakan haknya, haknya untuk memilih pemimpin. Harapannya tentu kita mengisi ruang itu bersama-sama,” bebernya.

AHY mengajak beberapa pihak, seperti rekan-rekan media agar terus mengawal, karena peran media penting dan sentral dalam menjaga demokrasi, dalam menjaga check and balance. “Terakhir, tentu ajakan ini kepada segenap rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, yang tadi ternyata berdasarkan hasil survei terakhir, antusiasme anak-anak muda ini meningkat, untuk mengikuti Pemilu 2024. Mudah-mudahan antusiasme tersebut bukan didasari oleh politik uang, politik identitas dan politik fitnah, tetapi karena benar-benar ingin menjadi motor perubahan dan perbaikan menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan,” pungkas AHY.

Hadir pula dalam acara tersebut antara lain, Ketua KPU Hasyim As’yari, Ketua Bawaslu Rahmat Bagja, beberapa pimpinan dan petinggi partai politik, diantaranya Ketua Umum PKS Akhmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus. (rel/adz)
AHY: Pahami Sumber Masalah di Pemilu, agar Polarisasi Tidak Terjadi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berharap, pelaksanaan Pemilu 2024 dapat menghadirkan kepemimpinan yang mampu membawa perubahan dan juga kebaikan ke arah yang lebih baik lagi. Menurut Ahay, hal ini bukan sebuah keniscayaan, tetapi juga amanah sejarah, lintas generasi, lintas kepemimpinan, sehingga sudah sewajarnya seperti itu.

“Sebetulnya bukan masalah dua atau tiga poros lebih baik, atau berapa pun jumlahnya. Karena pada akhirnya, kalau kita tidak melihat sumber masalah, maka berapa pun jumlah poros, siapapun yang mengikuti pemilu, maka bisa menimbulkan prahara sekaligus polarisasi,” tegas AHY saat menghadiri Launching Kanal Pemilu Terpercaya CNN Indonesia, di Menara Bank Mega, Senin (1/8) malam.

AHY menilai, ada tiga permasalahan demokrasi di Indonesia. Pertama, money politics. “Di sini banyak generasi muda. Saya juga mengajak, mari kita sama-sama kawal pemilu ini agar tidak terjadi eksploitasi politik uang yang berlebihan, vote buying, ini bahaya, karena hanya mereka yang memiliki uang akhirnya, yang bisa menguasai politik dan pada akhirnya mengawaki negara kita,” kata AHY.

Yang kedua, permasalahannya adalah politik identitas. “Bukan sesuatu yang baru memang, sejak dulu sudah ada, tetapi jika dieksploitasi secara berlebihan, politik agama, suku, ras dan identitas lainnya, maka ini berbahaya. Ini hanya menimbulkan perpecahan di antara kita dan sentimen itu akan diteruskan ke generasi selanjutnya, anak cucu kita, costnya terlalu tinggi,” tutur AHY.

Terakhir, lanjut AHY, politik fitnah, hoax, fake news, black campaign, ini juga selalu menjadi masalah bersama, serta kita tenggelam dalam tsunami informasi dan sekaligus disinformasi. “Oleh karena itu, mari kita memiliki sebuah mekanisme sebagai bangsa untuk melawan itu semua, jangan dibiarkan, bangsa kita dihancurkan oleh perilaku buzzer-buzzer yang hanya ingin meruntuhkan persatuan di antara kita. Kalau kita berkomitmen semua itu, dua pasang, tiga pasang, empat pasang, atau berapa pun, Indonesia tidak akan pecah, dan pemilu kita berkualitas dan Indonesia akan semakin maju ke depan,” tegasnya.

AHY juga kembali menegaskan komitmennya dalam mencegah polarisasi saat Pemilu 2024 nanti. “Kita harus terus membangun literasi politik. Sama seperti yang lain, terutama bagi generasi muda, jumlahnya semakin besar, diperkirakan generasi milenial ditambah dengan generasi Z, termasuk pemilih pemula di dalamnya, akan berada di komposisi 60% dari total jumlah pemilih di 2024, jumlahnya besar, mereka yang paling aktif, dan mereka yang paling dinamis, termasuk di dalam ruang digital democracy,” lanjutnya.

“Oleh karena itu, saya ingin terus bersama-sama dengan yang lain, membangun literasi yang tepat. Saya mengapresiasi Ketua BEM UI tadi, yang memiliki literasi politik, dan mampu mengartikulasikannya dengan baik, artinya membaca, tidak hanya dari buku, membaca dari realitas lapangan,” sambung AHY.

Generasi muda Indonesia menurut AHY semakin memiliki kecerdasan dalam berpolitik dan berdemokrasi. “Yang saya maksud dengan literasi, bukan hanya meningkatkan jumlah partisipasi dalam pemilu, atau hanya dihitung dengan secara kuantitatif dalam aspek voters turn out, itu penting, saya yakin kita semua akan semakin senang jika semakin banyak yang datang ke TPS, tapi pada akhirnya, demokrasi tidak boleh dihitung hanya dari regularitas penyelenggaraan pemilu. Itu tadi syarat minimal, betul, tetapi bukan hanya dihitung dari jumlah yang datang ke TPS, itu juga salah satu parameter, tetapi, kualitasnya bagaimana? Kualitas dan rasionalitas dari sang pemilih untuk menggunakan haknya, haknya untuk memilih pemimpin. Harapannya tentu kita mengisi ruang itu bersama-sama,” bebernya.

AHY mengajak beberapa pihak, seperti rekan-rekan media agar terus mengawal, karena peran media penting dan sentral dalam menjaga demokrasi, dalam menjaga check and balance. “Terakhir, tentu ajakan ini kepada segenap rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, yang tadi ternyata berdasarkan hasil survei terakhir, antusiasme anak-anak muda ini meningkat, untuk mengikuti Pemilu 2024. Mudah-mudahan antusiasme tersebut bukan didasari oleh politik uang, politik identitas dan politik fitnah, tetapi karena benar-benar ingin menjadi motor perubahan dan perbaikan menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan,” pungkas AHY.

Hadir pula dalam acara tersebut antara lain, Ketua KPU Hasyim As’yari, Ketua Bawaslu Rahmat Bagja, beberapa pimpinan dan petinggi partai politik, diantaranya Ketua Umum PKS Akhmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus. (rel/adz)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berharap, pelaksanaan Pemilu 2024 dapat menghadirkan kepemimpinan yang mampu membawa perubahan dan juga kebaikan ke arah yang lebih baik lagi. Menurut Ahay, hal ini bukan sebuah keniscayaan, tetapi juga amanah sejarah, lintas generasi, lintas kepemimpinan, sehingga sudah sewajarnya seperti itu.

“Sebetulnya bukan masalah dua atau tiga poros lebih baik, atau berapa pun jumlahnya. Karena pada akhirnya, kalau kita tidak melihat sumber masalah, maka berapa pun jumlah poros, siapapun yang mengikuti pemilu, maka bisa menimbulkan prahara sekaligus polarisasi,” tegas AHY saat menghadiri Launching Kanal Pemilu Terpercaya CNN Indonesia, di Menara Bank Mega, Senin (1/8) malam.

AHY menilai, ada tiga permasalahan demokrasi di Indonesia. Pertama, money politics. “Di sini banyak generasi muda. Saya juga mengajak, mari kita sama-sama kawal pemilu ini agar tidak terjadi eksploitasi politik uang yang berlebihan, vote buying, ini bahaya, karena hanya mereka yang memiliki uang akhirnya, yang bisa menguasai politik dan pada akhirnya mengawaki negara kita,” kata AHY.

Yang kedua, permasalahannya adalah politik identitas. “Bukan sesuatu yang baru memang, sejak dulu sudah ada, tetapi jika dieksploitasi secara berlebihan, politik agama, suku, ras dan identitas lainnya, maka ini berbahaya. Ini hanya menimbulkan perpecahan di antara kita dan sentimen itu akan diteruskan ke generasi selanjutnya, anak cucu kita, costnya terlalu tinggi,” tutur AHY.

Terakhir, lanjut AHY, politik fitnah, hoax, fake news, black campaign, ini juga selalu menjadi masalah bersama, serta kita tenggelam dalam tsunami informasi dan sekaligus disinformasi. “Oleh karena itu, mari kita memiliki sebuah mekanisme sebagai bangsa untuk melawan itu semua, jangan dibiarkan, bangsa kita dihancurkan oleh perilaku buzzer-buzzer yang hanya ingin meruntuhkan persatuan di antara kita. Kalau kita berkomitmen semua itu, dua pasang, tiga pasang, empat pasang, atau berapa pun, Indonesia tidak akan pecah, dan pemilu kita berkualitas dan Indonesia akan semakin maju ke depan,” tegasnya.

AHY juga kembali menegaskan komitmennya dalam mencegah polarisasi saat Pemilu 2024 nanti. “Kita harus terus membangun literasi politik. Sama seperti yang lain, terutama bagi generasi muda, jumlahnya semakin besar, diperkirakan generasi milenial ditambah dengan generasi Z, termasuk pemilih pemula di dalamnya, akan berada di komposisi 60% dari total jumlah pemilih di 2024, jumlahnya besar, mereka yang paling aktif, dan mereka yang paling dinamis, termasuk di dalam ruang digital democracy,” lanjutnya.

“Oleh karena itu, saya ingin terus bersama-sama dengan yang lain, membangun literasi yang tepat. Saya mengapresiasi Ketua BEM UI tadi, yang memiliki literasi politik, dan mampu mengartikulasikannya dengan baik, artinya membaca, tidak hanya dari buku, membaca dari realitas lapangan,” sambung AHY.

Generasi muda Indonesia menurut AHY semakin memiliki kecerdasan dalam berpolitik dan berdemokrasi. “Yang saya maksud dengan literasi, bukan hanya meningkatkan jumlah partisipasi dalam pemilu, atau hanya dihitung dengan secara kuantitatif dalam aspek voters turn out, itu penting, saya yakin kita semua akan semakin senang jika semakin banyak yang datang ke TPS, tapi pada akhirnya, demokrasi tidak boleh dihitung hanya dari regularitas penyelenggaraan pemilu. Itu tadi syarat minimal, betul, tetapi bukan hanya dihitung dari jumlah yang datang ke TPS, itu juga salah satu parameter, tetapi, kualitasnya bagaimana? Kualitas dan rasionalitas dari sang pemilih untuk menggunakan haknya, haknya untuk memilih pemimpin. Harapannya tentu kita mengisi ruang itu bersama-sama,” bebernya.

AHY mengajak beberapa pihak, seperti rekan-rekan media agar terus mengawal, karena peran media penting dan sentral dalam menjaga demokrasi, dalam menjaga check and balance. “Terakhir, tentu ajakan ini kepada segenap rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, yang tadi ternyata berdasarkan hasil survei terakhir, antusiasme anak-anak muda ini meningkat, untuk mengikuti Pemilu 2024. Mudah-mudahan antusiasme tersebut bukan didasari oleh politik uang, politik identitas dan politik fitnah, tetapi karena benar-benar ingin menjadi motor perubahan dan perbaikan menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan,” pungkas AHY.

Hadir pula dalam acara tersebut antara lain, Ketua KPU Hasyim As’yari, Ketua Bawaslu Rahmat Bagja, beberapa pimpinan dan petinggi partai politik, diantaranya Ketua Umum PKS Akhmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus. (rel/adz)
AHY: Pahami Sumber Masalah di Pemilu, agar Polarisasi Tidak Terjadi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO- Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berharap, pelaksanaan Pemilu 2024 dapat menghadirkan kepemimpinan yang mampu membawa perubahan dan juga kebaikan ke arah yang lebih baik lagi. Menurut Ahay, hal ini bukan sebuah keniscayaan, tetapi juga amanah sejarah, lintas generasi, lintas kepemimpinan, sehingga sudah sewajarnya seperti itu.

“Sebetulnya bukan masalah dua atau tiga poros lebih baik, atau berapa pun jumlahnya. Karena pada akhirnya, kalau kita tidak melihat sumber masalah, maka berapa pun jumlah poros, siapapun yang mengikuti pemilu, maka bisa menimbulkan prahara sekaligus polarisasi,” tegas AHY saat menghadiri Launching Kanal Pemilu Terpercaya CNN Indonesia, di Menara Bank Mega, Senin (1/8) malam.

AHY menilai, ada tiga permasalahan demokrasi di Indonesia. Pertama, money politics. “Di sini banyak generasi muda. Saya juga mengajak, mari kita sama-sama kawal pemilu ini agar tidak terjadi eksploitasi politik uang yang berlebihan, vote buying, ini bahaya, karena hanya mereka yang memiliki uang akhirnya, yang bisa menguasai politik dan pada akhirnya mengawaki negara kita,” kata AHY.

Yang kedua, permasalahannya adalah politik identitas. “Bukan sesuatu yang baru memang, sejak dulu sudah ada, tetapi jika dieksploitasi secara berlebihan, politik agama, suku, ras dan identitas lainnya, maka ini berbahaya. Ini hanya menimbulkan perpecahan di antara kita dan sentimen itu akan diteruskan ke generasi selanjutnya, anak cucu kita, costnya terlalu tinggi,” tutur AHY.

Terakhir, lanjut AHY, politik fitnah, hoax, fake news, black campaign, ini juga selalu menjadi masalah bersama, serta kita tenggelam dalam tsunami informasi dan sekaligus disinformasi. “Oleh karena itu, mari kita memiliki sebuah mekanisme sebagai bangsa untuk melawan itu semua, jangan dibiarkan, bangsa kita dihancurkan oleh perilaku buzzer-buzzer yang hanya ingin meruntuhkan persatuan di antara kita. Kalau kita berkomitmen semua itu, dua pasang, tiga pasang, empat pasang, atau berapa pun, Indonesia tidak akan pecah, dan pemilu kita berkualitas dan Indonesia akan semakin maju ke depan,” tegasnya.

AHY juga kembali menegaskan komitmennya dalam mencegah polarisasi saat Pemilu 2024 nanti. “Kita harus terus membangun literasi politik. Sama seperti yang lain, terutama bagi generasi muda, jumlahnya semakin besar, diperkirakan generasi milenial ditambah dengan generasi Z, termasuk pemilih pemula di dalamnya, akan berada di komposisi 60% dari total jumlah pemilih di 2024, jumlahnya besar, mereka yang paling aktif, dan mereka yang paling dinamis, termasuk di dalam ruang digital democracy,” lanjutnya.

“Oleh karena itu, saya ingin terus bersama-sama dengan yang lain, membangun literasi yang tepat. Saya mengapresiasi Ketua BEM UI tadi, yang memiliki literasi politik, dan mampu mengartikulasikannya dengan baik, artinya membaca, tidak hanya dari buku, membaca dari realitas lapangan,” sambung AHY.

Generasi muda Indonesia menurut AHY semakin memiliki kecerdasan dalam berpolitik dan berdemokrasi. “Yang saya maksud dengan literasi, bukan hanya meningkatkan jumlah partisipasi dalam pemilu, atau hanya dihitung dengan secara kuantitatif dalam aspek voters turn out, itu penting, saya yakin kita semua akan semakin senang jika semakin banyak yang datang ke TPS, tapi pada akhirnya, demokrasi tidak boleh dihitung hanya dari regularitas penyelenggaraan pemilu. Itu tadi syarat minimal, betul, tetapi bukan hanya dihitung dari jumlah yang datang ke TPS, itu juga salah satu parameter, tetapi, kualitasnya bagaimana? Kualitas dan rasionalitas dari sang pemilih untuk menggunakan haknya, haknya untuk memilih pemimpin. Harapannya tentu kita mengisi ruang itu bersama-sama,” bebernya.

AHY mengajak beberapa pihak, seperti rekan-rekan media agar terus mengawal, karena peran media penting dan sentral dalam menjaga demokrasi, dalam menjaga check and balance. “Terakhir, tentu ajakan ini kepada segenap rakyat Indonesia, khususnya generasi muda, yang tadi ternyata berdasarkan hasil survei terakhir, antusiasme anak-anak muda ini meningkat, untuk mengikuti Pemilu 2024. Mudah-mudahan antusiasme tersebut bukan didasari oleh politik uang, politik identitas dan politik fitnah, tetapi karena benar-benar ingin menjadi motor perubahan dan perbaikan menuju Indonesia yang lebih baik di masa depan,” pungkas AHY.

Hadir pula dalam acara tersebut antara lain, Ketua KPU Hasyim As’yari, Ketua Bawaslu Rahmat Bagja, beberapa pimpinan dan petinggi partai politik, diantaranya Ketua Umum PKS Akhmad Syaikhu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Sekjen Partai Nasdem Johnny G. Plate, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani dan Sekjen Partai Golkar Lodewijk F Paulus. (rel/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/