27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Cegah Paham Radikalisme Dimulai dari Keluarga

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara menggelar sosialisasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme dengan mengusung tema ”Prempuan Top Viralkan Perdamaian’ yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Kota Medan, Senin (29/8).

Kegiatan ini, dihadiri langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar, berbagai kalangan organisasi kemasyarakatan, TNI/Polri dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut.

Boy menjelaskan bahwa virus Covid-19 dan virus paham intoleransi, radikalisme dan terorisme sama-sama sangat membahayakan dan mematikan. Sehingga kedua virus ini, harus dapat dikendalikan dan harus dibasmi bersama dengan melakukan benteng dan kewaspadaan dimulai dari keluarga.

“Saya mau menyampaikan virus baru, tentunya ada juga secara global. Virus intoleransi mengarah ke terorisme. Pandemi ini, sudah berlangsung lama setidak-tidaknya tiga dekade terakhir. Dari era tahun 90-an sampai kesini. itu pandemi intoleransi, radikalisme dan terorisme menggejala di dunia. Bukan Indonesia saja,” kata Boy.

Boy mengungkapkan orang terpapar virus intoleransi, radikalisme dan terorisme ini, tidak merasa seperti terkena virus tersebut. Dia menganggap sehat-sehat saja. Tapi, sudah berubah.

“Bukan batu dan pilek tapi berubah cara berpikirnya, prilakunya berubah. Pandemi (virus terorisme) sudah lama, tapi tidak tahu kapan akan berakhir. Tapi, dia berkembang luas seperti virus Covid-19,” ucap mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu.

Boy mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh pihak dapat membentengi keluarganya dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme. Karena, kewaspadaan itu, dapat dilakukan sejak dini dari keluarga.

“Kita sangat perlukan ketahanan keluarga, jadi meningkatkan kewaspadaan kita dengan gejala-gejala virus tersebut. Intoleransi, radikalisme bisa masuk dalam keluarga, ke kita, anak kita, ke sahabat kita. Tidak tahu, tapi sudah terpapar virus intoleransi, radikalisme dan terorisme,” ucap Boy.

Jendral bintang tiga polisi itu, mengatakan berdasarkan identifikasi dilakukan oleh BNPT. Bahwa paham terorisme itu, bukan ideologi asli Indonesia dan bersifat transnasional. Kemudian, anti sekali dengan konstitusi di tanah air ini. Apa lagi, ideologi Pancasila.

“Karakter berikutnya, intoleransi, radikalisme dan eksklusif. Tidak terima dengan perbedaan dan wajib dihancurkan, kira-kira menurut mereka,” ucap mantan Kapolda Banten itu.

Boy mengungkapkan yang lebih bahaya lagi, virus terorisme tersebut, membawa narasi agama dalam menjalankan misi ideologi mereka anut. Dengan alasan mengajak untuk berbuat sesuatu untuk agama. Namun, dibalik itu semua, untuk kepentingan tertentu.

“Kemudian, mereka penyampaian paham-paham ideologi, itu tujuan politik. Ini mereka sering sampai jihad dan mati syahid.Coba kita buka, mana agama menghalalkan mati bunuh diri. Tapi, bagi dia boleh dan halal,” tandas mantan Kapolda Papua itu.

Sementara itu, Ketua FKPT Sumatera Utara, Ishaq Ibrahim menjelaskan kegiatan digelar untuk mencegah paham-paham terorisme. Hal ini, untuk meningkatkan waspada radikalisme yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan negara.

“Untuk mencegah pemahaman terorisme dan radikalisme, pencegahan dilakukan dari keluarga. FKPT merupakan mitra strategi BPNT dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme,” sebut Ishaq.

Ishaq menyebutkan sangat diperlukan peran aktif dari keluarga yang mampu mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme dalam keluarga. Sehingga perlu dilakukan pencegahan berbasis keluarga untuk kedepannya.

“Tujuan kegiatan ini, mempererat silaturahmi antara pemerintah dengan FKPT. Karena, Pencegahan teroris berbasis keluarga harus kita lakukan bersama,” pungkas Ishaq.(gus/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumatera Utara menggelar sosialisasi pencegahan paham radikalisme dan terorisme dengan mengusung tema ”Prempuan Top Viralkan Perdamaian’ yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Kota Medan, Senin (29/8).

Kegiatan ini, dihadiri langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Boy Rafli Amar, berbagai kalangan organisasi kemasyarakatan, TNI/Polri dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut.

Boy menjelaskan bahwa virus Covid-19 dan virus paham intoleransi, radikalisme dan terorisme sama-sama sangat membahayakan dan mematikan. Sehingga kedua virus ini, harus dapat dikendalikan dan harus dibasmi bersama dengan melakukan benteng dan kewaspadaan dimulai dari keluarga.

“Saya mau menyampaikan virus baru, tentunya ada juga secara global. Virus intoleransi mengarah ke terorisme. Pandemi ini, sudah berlangsung lama setidak-tidaknya tiga dekade terakhir. Dari era tahun 90-an sampai kesini. itu pandemi intoleransi, radikalisme dan terorisme menggejala di dunia. Bukan Indonesia saja,” kata Boy.

Boy mengungkapkan orang terpapar virus intoleransi, radikalisme dan terorisme ini, tidak merasa seperti terkena virus tersebut. Dia menganggap sehat-sehat saja. Tapi, sudah berubah.

“Bukan batu dan pilek tapi berubah cara berpikirnya, prilakunya berubah. Pandemi (virus terorisme) sudah lama, tapi tidak tahu kapan akan berakhir. Tapi, dia berkembang luas seperti virus Covid-19,” ucap mantan Kadiv Humas Mabes Polri itu.

Boy mengajak seluruh masyarakat Indonesia dan seluruh pihak dapat membentengi keluarganya dari virus intoleransi, radikalisme dan terorisme. Karena, kewaspadaan itu, dapat dilakukan sejak dini dari keluarga.

“Kita sangat perlukan ketahanan keluarga, jadi meningkatkan kewaspadaan kita dengan gejala-gejala virus tersebut. Intoleransi, radikalisme bisa masuk dalam keluarga, ke kita, anak kita, ke sahabat kita. Tidak tahu, tapi sudah terpapar virus intoleransi, radikalisme dan terorisme,” ucap Boy.

Jendral bintang tiga polisi itu, mengatakan berdasarkan identifikasi dilakukan oleh BNPT. Bahwa paham terorisme itu, bukan ideologi asli Indonesia dan bersifat transnasional. Kemudian, anti sekali dengan konstitusi di tanah air ini. Apa lagi, ideologi Pancasila.

“Karakter berikutnya, intoleransi, radikalisme dan eksklusif. Tidak terima dengan perbedaan dan wajib dihancurkan, kira-kira menurut mereka,” ucap mantan Kapolda Banten itu.

Boy mengungkapkan yang lebih bahaya lagi, virus terorisme tersebut, membawa narasi agama dalam menjalankan misi ideologi mereka anut. Dengan alasan mengajak untuk berbuat sesuatu untuk agama. Namun, dibalik itu semua, untuk kepentingan tertentu.

“Kemudian, mereka penyampaian paham-paham ideologi, itu tujuan politik. Ini mereka sering sampai jihad dan mati syahid.Coba kita buka, mana agama menghalalkan mati bunuh diri. Tapi, bagi dia boleh dan halal,” tandas mantan Kapolda Papua itu.

Sementara itu, Ketua FKPT Sumatera Utara, Ishaq Ibrahim menjelaskan kegiatan digelar untuk mencegah paham-paham terorisme. Hal ini, untuk meningkatkan waspada radikalisme yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan negara.

“Untuk mencegah pemahaman terorisme dan radikalisme, pencegahan dilakukan dari keluarga. FKPT merupakan mitra strategi BPNT dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme,” sebut Ishaq.

Ishaq menyebutkan sangat diperlukan peran aktif dari keluarga yang mampu mencegah masuknya paham radikalisme dan terorisme dalam keluarga. Sehingga perlu dilakukan pencegahan berbasis keluarga untuk kedepannya.

“Tujuan kegiatan ini, mempererat silaturahmi antara pemerintah dengan FKPT. Karena, Pencegahan teroris berbasis keluarga harus kita lakukan bersama,” pungkas Ishaq.(gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/