30 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Warga dan Marinir Bentrok, 3 Warga, 1 Oknum Marinir Luka-luka

MEDAN- Ratusan warga Lingkungan II, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, melakukan aksi unjukrasa di depan PT Agro Jaya Perdana, Selasa (14/2) sekitar pukul 11.00 WIB.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes warga terhadap keberadaan perusahaan pengolahan minyak goreng tersebut dinilai telah merugikan warga.
Saat melakukan aksi, tiba-tiba puluhan personel anggota TNI AL dan Marinir, langsung memukul warga yang melakukan aksi.
Akibatnya, tiga warga dan seorang oknum Marinir luka-luka. Ketiga warga yakni, S Sarumpet (56), Rizal dan Sahrul Bahri serta oknum Marinir Sertu Kiswanto.

“Keresahan kami kian memuncak, karena suara bising pabrik. Siang malam kami tak bisa tidur, seperti suara pesawat terbang, AMDAL pabriknya juga saat ditanya ternyata nggak ada, anehnya saat kami aksi, kenapa oknum Marinir langsung main pukul,” ungkap Nurhayati.
Merasa kecewa terhadap tindakan puluhan anggota Marinir tersebut, warga kembali melakukan penyerangan terhadap oknum Marinir dengan melempari batu ke anggota Marinir yang berjaga di lokasi pabrik.

“Gimana kami tidak melakukan pelemparan, karena mereka yang mulai melakukan pemukulan terhadap teman kami, sehingga mengalami luka-luka,” kata Sahrul, warga yang juga ikut dalam aksi tersebut.

Dalam aksinya, ratusan warga memblokiran ruas Jalan Yos Sudarso KM 15,5 tepatnya di depan PT Agro Jaya Kencana.
Salah seorang korban S Sarumpaet (56) warga Lingkungan II mengatakan, dirinya saat itu sedang melakukan aksi unjukrasa damai di depan PT Agro Jaya Kencana, namun secara membabi buta oknum Marinir berpakaian olah raga memukul dirinya hingga luka di bagian kepala, tangan sebelah kiri serta kaki sebelah kanan.

“Aku tadi tidak tau, karena sedang berdiri-diri di depan PT Agro, menuntut agar PT Agro segera ditutup, tapi tiba-tiba anggota Marinir langsung memukulku sampai tersungkur di parit,” beber Sarumpaet.

Atas kejadian tersebut, dirinya beserta teman-temannya langsung membuat laporan ke Polsek Labuhan. “Kami juga sudah membuat visum untuk melaporan oknum tersebut ke Polsek, dan tadi kami juga langsung didampingi Wakapolsek Labuhan,” jelasnya.

Sementara itu, Dan Yon Marinir Mayor Agung Setiawan mengatakan, dirinya tidak pernah memerintahkan anggotanya untuk melakukan pemukulan terhadap warga, serta kedatangan mereka di perusahaan tersebut berdasarkan permintaan polisi.

“Kita tidak pernah diminta oleh perusahaan untuk melakukan pengamanan, tapi permintaan secara lisan dari Wakapolres, karena katanya ada masa yang anarkis di PT Argo Jaya Kencana,” teranga orang nomor satu di Marinir itu.

Agung juga menjelaskan, pihaknya melakukan pemukulan terhadap warga, lantaran terlebih dahulu anggotanya yang dianiaya warga.
“Anggota kita dulu yang dipukul warga, yakni Sertu Siswanto. Kita tidak mau lagi terulang seperti anggota polisi dianiaya, makanya kita langsung melakukan tindakan,” ujar Agung.

Berbeda dengan Dan Yon Marinir, salah seorang perwakilan PT Argo Jaya Kencana mengatakan, anggota Marinir merupakan pengaman di perusahaan mereka.

“Sudah 14 tahun Marinir menjadi pengaman di perusahaan kami, ini tertuang dari kesepakatan kami, baik pengamanan dalam maupun luar, makanya Marinir datang ke sini untuk melakukan pengamanan terhadap tindakan warga,” kata Anto dengan logat melayu Malaysia.
Atas tuntutan warga, pihak PT Argo membuat nota kesepakatan dengan warga setelah lima orang anggota DPRD Sumut hadir di lokasi.
Kelima anggota DPRD Sumut tersebut M Nasir, Nurhasanah, M Faisal dan Dabora Lubis.

Dalam nota kesepakatan tersebut, PT Agro bersedia menghentikan sementara operasional mesin boiler yang menimbulkan suara bising dan mengeluarkan asap tebal hingga mengganggu masyarakat sekitar pabrik. Kemudian, PT Argo ke depannya harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait keberadaan perusahaannya tersebut.

Meski PT Argo bersedia menghentikan sementara oprasi perusahaannya, namun warga tetap menolak dan meminta perusahaan tersebut ditutup.
“Walaupun izin sudah diterbitkan dan mesin dioperasikan, kami tak terima, intinya kami mau PT Agro tutup, jangan kami jadi korban dari kepentingan mereka,” teriak warga yang tak terima dengan keputusan tersebut sambil membubarkan diri dari depan PT Agro. (ris/ril/adl/smg)

MEDAN- Ratusan warga Lingkungan II, Kelurahan Martubung, Kecamatan Medan Labuhan, melakukan aksi unjukrasa di depan PT Agro Jaya Perdana, Selasa (14/2) sekitar pukul 11.00 WIB.

Aksi ini dilakukan sebagai bentuk protes warga terhadap keberadaan perusahaan pengolahan minyak goreng tersebut dinilai telah merugikan warga.
Saat melakukan aksi, tiba-tiba puluhan personel anggota TNI AL dan Marinir, langsung memukul warga yang melakukan aksi.
Akibatnya, tiga warga dan seorang oknum Marinir luka-luka. Ketiga warga yakni, S Sarumpet (56), Rizal dan Sahrul Bahri serta oknum Marinir Sertu Kiswanto.

“Keresahan kami kian memuncak, karena suara bising pabrik. Siang malam kami tak bisa tidur, seperti suara pesawat terbang, AMDAL pabriknya juga saat ditanya ternyata nggak ada, anehnya saat kami aksi, kenapa oknum Marinir langsung main pukul,” ungkap Nurhayati.
Merasa kecewa terhadap tindakan puluhan anggota Marinir tersebut, warga kembali melakukan penyerangan terhadap oknum Marinir dengan melempari batu ke anggota Marinir yang berjaga di lokasi pabrik.

“Gimana kami tidak melakukan pelemparan, karena mereka yang mulai melakukan pemukulan terhadap teman kami, sehingga mengalami luka-luka,” kata Sahrul, warga yang juga ikut dalam aksi tersebut.

Dalam aksinya, ratusan warga memblokiran ruas Jalan Yos Sudarso KM 15,5 tepatnya di depan PT Agro Jaya Kencana.
Salah seorang korban S Sarumpaet (56) warga Lingkungan II mengatakan, dirinya saat itu sedang melakukan aksi unjukrasa damai di depan PT Agro Jaya Kencana, namun secara membabi buta oknum Marinir berpakaian olah raga memukul dirinya hingga luka di bagian kepala, tangan sebelah kiri serta kaki sebelah kanan.

“Aku tadi tidak tau, karena sedang berdiri-diri di depan PT Agro, menuntut agar PT Agro segera ditutup, tapi tiba-tiba anggota Marinir langsung memukulku sampai tersungkur di parit,” beber Sarumpaet.

Atas kejadian tersebut, dirinya beserta teman-temannya langsung membuat laporan ke Polsek Labuhan. “Kami juga sudah membuat visum untuk melaporan oknum tersebut ke Polsek, dan tadi kami juga langsung didampingi Wakapolsek Labuhan,” jelasnya.

Sementara itu, Dan Yon Marinir Mayor Agung Setiawan mengatakan, dirinya tidak pernah memerintahkan anggotanya untuk melakukan pemukulan terhadap warga, serta kedatangan mereka di perusahaan tersebut berdasarkan permintaan polisi.

“Kita tidak pernah diminta oleh perusahaan untuk melakukan pengamanan, tapi permintaan secara lisan dari Wakapolres, karena katanya ada masa yang anarkis di PT Argo Jaya Kencana,” teranga orang nomor satu di Marinir itu.

Agung juga menjelaskan, pihaknya melakukan pemukulan terhadap warga, lantaran terlebih dahulu anggotanya yang dianiaya warga.
“Anggota kita dulu yang dipukul warga, yakni Sertu Siswanto. Kita tidak mau lagi terulang seperti anggota polisi dianiaya, makanya kita langsung melakukan tindakan,” ujar Agung.

Berbeda dengan Dan Yon Marinir, salah seorang perwakilan PT Argo Jaya Kencana mengatakan, anggota Marinir merupakan pengaman di perusahaan mereka.

“Sudah 14 tahun Marinir menjadi pengaman di perusahaan kami, ini tertuang dari kesepakatan kami, baik pengamanan dalam maupun luar, makanya Marinir datang ke sini untuk melakukan pengamanan terhadap tindakan warga,” kata Anto dengan logat melayu Malaysia.
Atas tuntutan warga, pihak PT Argo membuat nota kesepakatan dengan warga setelah lima orang anggota DPRD Sumut hadir di lokasi.
Kelima anggota DPRD Sumut tersebut M Nasir, Nurhasanah, M Faisal dan Dabora Lubis.

Dalam nota kesepakatan tersebut, PT Agro bersedia menghentikan sementara operasional mesin boiler yang menimbulkan suara bising dan mengeluarkan asap tebal hingga mengganggu masyarakat sekitar pabrik. Kemudian, PT Argo ke depannya harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait keberadaan perusahaannya tersebut.

Meski PT Argo bersedia menghentikan sementara oprasi perusahaannya, namun warga tetap menolak dan meminta perusahaan tersebut ditutup.
“Walaupun izin sudah diterbitkan dan mesin dioperasikan, kami tak terima, intinya kami mau PT Agro tutup, jangan kami jadi korban dari kepentingan mereka,” teriak warga yang tak terima dengan keputusan tersebut sambil membubarkan diri dari depan PT Agro. (ris/ril/adl/smg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/