32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Aipda Irfansyah Berhasil Bawa Anak Santri Juara MTQ

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aipda Irfansyah, personel polisi yang sehari-harinya bertugas di Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin) Bidang Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Bidkum Polda Sumut) mampu memberikan tauladan positif di kalangan kepolisian dan masyarakat di Sumut, khususnya di Kota Medan.

Dia mendirikan sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfiz Assairun dan Rumah Yatim Dhuafa secara gratis, sejak dua tahun silam, yang beralamat di Jalan Perjuangan Pasar 4, Gang Cempaka Nomor 60, Desa Klambir 5 Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Deliserdang, Provinsi Sumut.

Bermula anak-anak santri yang dididiknya hanya dua orang, kini santri dan santriyahnya telah berjumlah 25 orang, berusia berkisar 8-17 tahun, yang berasal dari Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi, Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang. Selain itu, Irfansyah juga mengajak anak-anak terlantar untuk ikut dididik di Ponpes miliknya itu.

“visi dan misi saya membangun Ponpes Tahfidz dan Rumah Yatim Dhuafa adalah semata-mata ‘fastabiqul khairat’ dan ingin membuat anak-anak agar menjadi terarah. Sebab, di masa pademi Covid-19 banyak dari mereka yang tidak bersekolah pada umumnya, sehingga saya ingin memberikan kepada mereka pendidikan yang islami dan bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan sekolah gratis serta kehidupan sehari-hari,” ujar Irfansyah kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (14/10).

Dirinya mengajar anak-anak hanya di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), yakni menggunakan komputer selama dua jam per hari. “Ini karena saya juga berdomisili di pondok tersebut,” imbuhnya.

Irfansyah turut dibantu beberapa guru untuk mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris untuk mendidik anak-anak santri dan santriyah di pondok. “Alhamdulillah saya juga sudah mampu merekrut dua orang guru untuk ikut membantu saya dalam mendidik anak-anak. Sehingga, tugas dan tanggung jawab saya sebagai anggota polisi tetap berjalan seperti biasa. Setelah saya selesai dinas, secara bergantian sayalah yang mengajar mereka dari sore hingga selesai maghrib,” ungkapnya.

Kini, tambahnya, anak-anak yang dididiknya susah mampu bertilawah dan meraih juara MTQ tingkat kecamatan di tahun 2022 ini, sepertu juara 1 Kecamatan Parongil, Dairi, juara 2 dan 3 di tingkat Kecamatan Sipiso-piso, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, perwakilan dari Ponpes Assairun.

Dia menuturkan, santri dan santriyah sangat senang belajar di Ponpes Assairun. Selain belajar ilmu pengetahuan agama dan umum, jelas Irfansyah, anak-anak juga belajar yang lainnya, seperti tenis meja, bulu tangkis, memanah dan bercocok tanam dengan sistim hidroponik.

“Saya juga menyediakan fasilitasnya yang bisa melatih mereka secara praktik, tetapi hal yang utama, saya tetap menekankan agar mereka menjadi hafiz dan hafizah dengan cara satu jujuk per lembar per harinya. Bagi anak-anak yang belum pernah belajar membaca Alquran, saya memulainya dari membaca ‘Iqra’ terlebih dahulu. Untuk jamnya juga sudah ditentukan, sehingga anak-anak dapat disiplin,” jelasnya.

Irfansyah berharap, agar di kemudian hari anak-anak dapat menjadi Hafiz 30 juz dan dapat mengamalkannya di masyarakat sesuai Syariat Islam, baik itu menjadi imam masjid atau ulama besar di Indonesia, khususnya di Sumut.

Irfansyah mengisahkan suka dukanya selama mengajar. Terkadang anak-anak jalanan yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang keras, kerap menghirup lem sering melawan dan apatis saat dididik. Sehingga harus lebih ekstra dalam mendidiknya, dengan diawali dasar karakter sifat dan tuntunan salat serta kehidupan sehari-hari.

“Kita mengajarkannya harus dengan cara ‘step by step’, terkadang juga sampai ada yang lompat pagar pondok pada saat jam malam, melarikan diri karena mereka harua menjalani masa karantina. Tapi tetap saja kita jemput kembali ke rumah orgtuanya atau dicari di jalanan dimana awalnya anak-anak itu nongkrong. Jadi kita harus selalu sabar memberikan didikan yang terbaik untuk mereka. Namun kini, anak-anak sudah mulai terbiasa, bahkan terlihat sangat antusias,” tuturnya.

Berkat kesabarannya menjadi tauladan positif tersebut, Irfansyah mendapatkan dukungan keluarga yang sangat besar untuk kepentingan umum, terkhusus untuk anak-anak yatim piatu dan dhuafa.

“Saya banyak dibantu keluarga, terkhusus Ibunda tercinta, Hj Deliana Nasution dan abang saya yang berdinas sebagai Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Sumut, AKBP Dr Herwansyah Putra, SH MSI. Bahkan, saya juga didukung dari warga hingga Kepala Desa Klambir 5 Kebon, Bapak Suhendra. Beliau sangat mendukung Pondok Assairun. Apalagi setiap Jumat, kita selalu menggelar ‘Jumat Barokah’, dengan berdoa bersama warga dan santri serta santriyah, dari setelah Ashar hingga sebelum Magrib, sesuai amalan HR Abu Dawud 1029,” bebernya.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga didukung penuh dari tempatnya berdinas, yakni Polda Sumut. “Saya sangat bersyukur mendapatkan dukungan yang besar dari Polda Sumut, terkhusus Bapak Kabidkum Polda Sumut, Kombes Pol Andry Setiawan SIK MH,” tandasnya. (dwi/azw)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Aipda Irfansyah, personel polisi yang sehari-harinya bertugas di Subbagian Perencanaan dan Administrasi (Subbagrenmin) Bidang Hukum Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Bidkum Polda Sumut) mampu memberikan tauladan positif di kalangan kepolisian dan masyarakat di Sumut, khususnya di Kota Medan.

Dia mendirikan sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfiz Assairun dan Rumah Yatim Dhuafa secara gratis, sejak dua tahun silam, yang beralamat di Jalan Perjuangan Pasar 4, Gang Cempaka Nomor 60, Desa Klambir 5 Kebon, Kecamatan Hamparan Perak, Deliserdang, Provinsi Sumut.

Bermula anak-anak santri yang dididiknya hanya dua orang, kini santri dan santriyahnya telah berjumlah 25 orang, berusia berkisar 8-17 tahun, yang berasal dari Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi, Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang. Selain itu, Irfansyah juga mengajak anak-anak terlantar untuk ikut dididik di Ponpes miliknya itu.

“visi dan misi saya membangun Ponpes Tahfidz dan Rumah Yatim Dhuafa adalah semata-mata ‘fastabiqul khairat’ dan ingin membuat anak-anak agar menjadi terarah. Sebab, di masa pademi Covid-19 banyak dari mereka yang tidak bersekolah pada umumnya, sehingga saya ingin memberikan kepada mereka pendidikan yang islami dan bisa bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan sekolah gratis serta kehidupan sehari-hari,” ujar Irfansyah kepada Sumut Pos di Medan, Jumat (14/10).

Dirinya mengajar anak-anak hanya di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek), yakni menggunakan komputer selama dua jam per hari. “Ini karena saya juga berdomisili di pondok tersebut,” imbuhnya.

Irfansyah turut dibantu beberapa guru untuk mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris untuk mendidik anak-anak santri dan santriyah di pondok. “Alhamdulillah saya juga sudah mampu merekrut dua orang guru untuk ikut membantu saya dalam mendidik anak-anak. Sehingga, tugas dan tanggung jawab saya sebagai anggota polisi tetap berjalan seperti biasa. Setelah saya selesai dinas, secara bergantian sayalah yang mengajar mereka dari sore hingga selesai maghrib,” ungkapnya.

Kini, tambahnya, anak-anak yang dididiknya susah mampu bertilawah dan meraih juara MTQ tingkat kecamatan di tahun 2022 ini, sepertu juara 1 Kecamatan Parongil, Dairi, juara 2 dan 3 di tingkat Kecamatan Sipiso-piso, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, perwakilan dari Ponpes Assairun.

Dia menuturkan, santri dan santriyah sangat senang belajar di Ponpes Assairun. Selain belajar ilmu pengetahuan agama dan umum, jelas Irfansyah, anak-anak juga belajar yang lainnya, seperti tenis meja, bulu tangkis, memanah dan bercocok tanam dengan sistim hidroponik.

“Saya juga menyediakan fasilitasnya yang bisa melatih mereka secara praktik, tetapi hal yang utama, saya tetap menekankan agar mereka menjadi hafiz dan hafizah dengan cara satu jujuk per lembar per harinya. Bagi anak-anak yang belum pernah belajar membaca Alquran, saya memulainya dari membaca ‘Iqra’ terlebih dahulu. Untuk jamnya juga sudah ditentukan, sehingga anak-anak dapat disiplin,” jelasnya.

Irfansyah berharap, agar di kemudian hari anak-anak dapat menjadi Hafiz 30 juz dan dapat mengamalkannya di masyarakat sesuai Syariat Islam, baik itu menjadi imam masjid atau ulama besar di Indonesia, khususnya di Sumut.

Irfansyah mengisahkan suka dukanya selama mengajar. Terkadang anak-anak jalanan yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang keras, kerap menghirup lem sering melawan dan apatis saat dididik. Sehingga harus lebih ekstra dalam mendidiknya, dengan diawali dasar karakter sifat dan tuntunan salat serta kehidupan sehari-hari.

“Kita mengajarkannya harus dengan cara ‘step by step’, terkadang juga sampai ada yang lompat pagar pondok pada saat jam malam, melarikan diri karena mereka harua menjalani masa karantina. Tapi tetap saja kita jemput kembali ke rumah orgtuanya atau dicari di jalanan dimana awalnya anak-anak itu nongkrong. Jadi kita harus selalu sabar memberikan didikan yang terbaik untuk mereka. Namun kini, anak-anak sudah mulai terbiasa, bahkan terlihat sangat antusias,” tuturnya.

Berkat kesabarannya menjadi tauladan positif tersebut, Irfansyah mendapatkan dukungan keluarga yang sangat besar untuk kepentingan umum, terkhusus untuk anak-anak yatim piatu dan dhuafa.

“Saya banyak dibantu keluarga, terkhusus Ibunda tercinta, Hj Deliana Nasution dan abang saya yang berdinas sebagai Kasubbid Penmas Bidhumas Polda Sumut, AKBP Dr Herwansyah Putra, SH MSI. Bahkan, saya juga didukung dari warga hingga Kepala Desa Klambir 5 Kebon, Bapak Suhendra. Beliau sangat mendukung Pondok Assairun. Apalagi setiap Jumat, kita selalu menggelar ‘Jumat Barokah’, dengan berdoa bersama warga dan santri serta santriyah, dari setelah Ashar hingga sebelum Magrib, sesuai amalan HR Abu Dawud 1029,” bebernya.

Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga didukung penuh dari tempatnya berdinas, yakni Polda Sumut. “Saya sangat bersyukur mendapatkan dukungan yang besar dari Polda Sumut, terkhusus Bapak Kabidkum Polda Sumut, Kombes Pol Andry Setiawan SIK MH,” tandasnya. (dwi/azw)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/