MEDAN, SUMUTPOS.CO – Bingung mau menjual sampah daur ulang? Instal saja aplikasi Kepul. Lalu, tekan ikon jual sampah. Tak lama kemudian, datang driver motor yang siap membeli sampah Anda dengan harga yang sudah tercantum dalam aplikasi.
SOSOK di balik aplikasi Kepul itu bernama Abdul Latif Wahid Nasution. Ide awal pembuatan aplikasi tersebut berawal pada 2020. Kala itu, Kota Medan masih terbelit masalah sampah. Hampir sepanjang mata memandang, sampah bertebaran di berbagai sudut kota. “Karena saya tinggal di Medan, makanya saya kembangkan n
aplikasi ini dari Medan dulu,’’ katanya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos).
Banyak warga Medan yang tidak tahu ke mana harus menjual sampahnya. Terutama sampah recycle atau sampah yang bisa didaur ulang. Pria kelahiran Lubukpakam, Deliserdang, pada 1995 itu lantas memutar otak. Lulusan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut ingin merancang aplikasi untuk mewadahi masyarakat yang ingin menjual sampah.
Dia lantas memanfaatkan teknologi untuk memudahkan user ataupun yang mau menjual sampah lewat aplikasi. Sekaligus membantu pengepul dan pemulung di Kota Medan agar mendapat penghasilan yang lebih laik. “Karena semua driver kita usahakan dari pengepul itu sendiri,” paparnya.
Mirip aplikasi ojek online yang juga merangkul kalangan ojek konvensional atau ojek pangkalan. “Pengepul konvensional kami ajak untuk main ke teknologi,” lanjutnya.
Apa yang membuat para pengepul lebih nyaman menjadi mitra Kepul? “Pertama, tentu saja karena fixed cost ya,” jelasnya.
Pengeluaran para pengepul bersifat tetap dan dibayarkan perusahaan dalam kondisi apa pun. Jumlahnya cenderung sama dan tidak terpengaruh penjualan. “Keuntungan bisa Rp 3-4 juta per bulan. Itu sudah hal yang mereka senangi. Tidak usah takut tidak dapat customer karena aplikasi yang mencarikan,” tuturnya.
Setelah semua sistem siap, aplikasi itu di-launching pada Oktober 2020. Kini, setelah dua tahun berjalan, animo masyarakat sangat baik. Indikasinya, pengguna aplikasi terus tumbuh hingga 20 kali lipat dari awal launching. “Dari user hingga volume sampahnya juga padat,” jelasnya.
Menurut analisis Latif dan tim Kepul, animo yang melebihi ekspektasi itu lantaran belum ada platform sejenis yang benar-benar serius menangani sampah daur ulang. “Apalagi ini aplikasi gampang banget, simpel. Cuma pakai aplikasi, order dari aplikasi, dan tinggal dijemput. Gratis pula,” ujarnya.
Hingga kini, sampah yang paling banyak dibeli dari masyarakat berjenis kardus, botol plastik, minyak jelantah, buku, hingga logam. Harga setiap jenis tentu berbeda. Botol plastik bersih, misalnya, dibeli dengan harga Rp1.300 per kg. Lalu, koran bekas Rp3.000 – Rp4.000 per kg. Kepul juga siap membeli AC komplet bekas dengan harga Rp200.000.
Berkat aplikasi itu, Latif terpilih menjadi best innovator dalam Festival Pemberdayaan Inovasi Iptek Pemuda 2022 dengan tema National Youth Science and Technology (NYST) Awards 2022 yang digagas Kemenpora, akhir tahun lalu. Dia mengungguli 426 peserta dari 28 provinsi dan 128 kabupaten/kota.
Aplikasi Kepul dinilai sebagai karya unik dengan karakteristik berdaya guna. Yang tak kalah penting, aplikasi itu mampu memberdayakan berbagai kelompok masyarakat. Kepul juga bisa menjadi solusi atas permasalahan lingkungan. Baik dalam skala lokal, nasional, maupun global.
Selain itu, Kepul memiliki lima poin Indeks Pembangunan Pemuda yang terdiri atas pendidikan, peningkatan kesempatan kerja, kesehatan dan kesejahteraan pemuda, partisipasi dan organisasi, serta gender dan diskriminasi. “Dari poin pendidikan, kami mengedukasi pengolahan sampah itu dari Kepul sendiri,” ucapnya.
Poin lain yang menarik, Kepul tidak hanya memiliki fitur menjual sampah daur ulang. Ada juga fitur menabung emas hingga umrah dengan modal sampah. “Jadi, hal-hal seperti itu kami buat. Dari segi pendidikan dikemas dengan kreatif di Kepul,” tambahnya.
Keberhasilannya menjadi juara memberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan aplikasi dan jangkauan yang lebih luas. Apalagi, dari ajang itu terdapat beberapa komunitas dan sponsor yang bakal mendukung.
Misalnya, Science Hunter Indonesia yang juga merupakan para pemuda inovatif di bidang pendidikan riset, IndigoSpace, Tanoto Foundation, hingga komunitas Arah Pemuda Indonesia, Indonesian Action, dan Indonesian Youth and Culture. Masing-masing berkenan memberikan program pengabdian fully funded ke berbagai wilayah Indonesia dan luar negeri. “Alhamdulillah sudah ada komunikasi. Tapi, masih perlu komunikasi lebih lanjut,” ungkapnya.
Penghargaan lain yang diraih Kepul adalah Winner of Young Social Business Competition pada 2019. Kepul juga masuk Top 10 in the Asia Pacific Information and Communication Alliance di Guangzhou, Tiongkok, pada 2018.
Latif kini tertantang untuk membuat aplikasi yang tak hanya berada di Kota Medan, namun bisa go national. Sasaran utamanya adalah wilayah Jabodetabek. Selain pasarnya yang lebih luas, masalah sampah di wilayah metropolitan itu juga sangat serius. ’’Next plan di 2023, kami ekspansi ke Jabodetabek,’’ ucapnya. (*/c18/oni)