26 C
Medan
Monday, September 30, 2024

Pilot Anton Gobay Ditangkap di Filipina, Selundupkan Senjata untuk Dukung Papua Merdeka

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pasca penangkapan pilot Anton Gobay di Filipina, Polri terus berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk mendalami dugaan penyelundupan senjata ilegal. Tim Polri yang tengah berada di negeri yang beribu kota di Manila itu juga telah mewawancarai Anton Gobay. Didapat informasi tentang praktik dan jaringan penyelundupan senjata dari Filipina ke Papua.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, upaya wawancara Anton Gobay itu dilakukan bersama tim KBRI dan Philippines Regional Intelligence Division, Mindanao Intelligence Task Group of Philippines Immigration (MITG), serta National Intelligence Coordination Agencies (NICA). “Ini dalam rangka pendalaman,” kata Dedi dalam keterangannya di Jakarta kemarin (13/1).

Dedi mengungkapkan, dari hasil wawancara tersebut, Anton Gobay mengaku berangkat ke Filipina pada September tahun lalu. Pria yang berprofesi pilot itu berangkat melalui Bandara International Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara International Ninoy Aquino, Manila. Anton sempat transit di Malaysia.

Selanjutnya pada Desember 2022, dari Manila dia lantas menuju Danao City melalui rute Leite. Di Danao City itulah warga negara Indonesia (WNI) asal Papua tersebut membeli senjata ilegal. Setelah mendapatkan senjata, Anton kemudian melanjutkan perjalanan menuju Gensan, lalu ke Maitum dengan menggunakan mobil jenis van. Maitum merupakan tujuan terakhir sebelum menuju Indonesia.

“AG (Anton Gobay, Red) sudah melakukan survei rute tersebut sebelumnya. Namun, sebelum sampai Maitum, AG telah ditangkap RMFB (Kepolisian Pasukan Mobil Regional Filipina, Red) pada 7 Januari,” ungkap perwira tinggi polisi bintang dua tersebut. Dari informasi yang dihimpun Polri, Anton Gobay memilih jalur Davao City karena tidak ada peralatan X-ray di sana. Hal tersebut memudahkan penyelundupan senjata.

Anton mengaku sendirian dari Danao City ke Gensan. Namun, setibanya di Gensan, pria yang pernah mengenyam sekolah penerbangan di Asia Aviation Academy (AAA) Filipina pada 2015–2018 itu bertemu dengan tiga warga Filipina yang dikenal melalui Facebook. Lewat mereka, Anton Gobay diantar ke Maitum.

Hasil wawancara yang dilakukan tim Polri juga mengungkap bahwa Anton mengetahui jika orang-orang di Danao City punya kemampuan memproduksi, merakit, dan memodifikasi senjata api. Senjata-senjata tersebut kemudian dijual dengan nominal harga yang disepakati. Informasi itulah yang membuat Anton langsung melakukan pembayaran ketika mendapatkan 12 pucuk senjata yang disimpan di dalam koper.

Anton membeli senjata menggunakan alias. Selusin senjata yang dibeli itu terdiri atas 10 senjata api laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm senilai 50 ribu peso. Kemudian, dua senjata api laras pendek merek Ingram 9 mm dibeli dengan harga 45 ribu peso. Dua senjata tersebut dibeli tanpa amunisi.

Dedi melanjutkan, Anton mengaku tergiur dengan bisnis jual beli senjata api di Papua. “AG menyampaikan apabila senjata api tersebut berhasil lolos masuk ke Papua, maka akan menjual kepada siapa pun yang sanggup membeli dengan harga tertinggi,” terang Dedi.

Selain faktor bisnis, Anton juga mengaku ingin mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka. Bahkan, Anton mengakui bahwa dirinya pernah mengikuti acara pertemuan di Papua Nugini untuk membahas pergerakan Papua Barat. Anton juga menyampaikan, dirinya merupakan salah satu pendiri gerakan komunal untuk wilayah Vanimo di Papua Nugini. “AG menyampaikan bahwa dirinya hanya seorang simpatisan yang mendukung Organisasi Papua Merdeka,” kata Dedi.

Soal kondisi terkini Anton, Dedi menyebut pilot yang kedapatan pernah berfoto bersama Gubernur Papua (nonaktif) Lukas Enembe itu dalam keadaan sehat. Saat ini Anton berada dalam penahanan Police Regional Office 12 di General Santos. Hak-hak tersangka pun telah dipenuhi oleh pihak kepolisian setempat.

Berkas penyidikan Anton juga telah dilimpahkan ke Kejaksaan Alabel, Saranggani, kemarin. “Sebagai warga negara Indonesia, AG meminta maaf telah merepotkan pemerintah Indonesia karena tindakan yang dilakukan di Filipina,” imbuh Dedi.

Sebelumnya, Anton Gobay, seorang warga negara Indonesia (WNI) asal Papua yang ditangkap kepolisian Filipina karena mempunyai 12 senjata api (senpi) ilegal.

Senjata tersebut dibeli dari seseorang penjual senjata ilegal di wilayah Danao City, Provinsi Cebu, Filipina.

Anton berhasil membeli 10 senjata laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm tanpa amunisi senilai 50 ribu Peso. Dan dua pucuk senjata api laras pendek jenis Ingram dengan kaliber 9 mm senilai 45 ribu Peso, tanpa amunisi.

Anton Gobay tak berkutik saat ditangkap Polisi Filipina bersama  karung karung berisi senjata ilegal. Anton Gobay  mengaku warga negara Indonesia dari provinsi Papua. Dan Gobay juga mengaku  kepada kepolisian Filipina  bahwa  ia hendak membawa senjata api (senpi) ilegal ke Papua. Anton Gobay mengaku senpi ilegal itu hendak dibawa ke Papua untuk mendukung kegiatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Informasi yang dihimpun dari Polda Papua, menyebut Anton Gobay sendiri mempunyai seorang istri dan dua anak di Jayapura. Anton Gobay memiliki istri yang bekerja sebagai perawat dan dua anak yang tinggal di Jayapura.

Pemberitaan di Papua menyebut  kedua teman Anton Gobay yang turut ditangkap. Antara lain Michael Tino (25) dari Maitum, Sarangani dan Jimmy Desales Abolde (53) dari Labangal, Kota General Santos.(tyo/c6/ttg/jpc/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pasca penangkapan pilot Anton Gobay di Filipina, Polri terus berkoordinasi dengan kepolisian setempat untuk mendalami dugaan penyelundupan senjata ilegal. Tim Polri yang tengah berada di negeri yang beribu kota di Manila itu juga telah mewawancarai Anton Gobay. Didapat informasi tentang praktik dan jaringan penyelundupan senjata dari Filipina ke Papua.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan, upaya wawancara Anton Gobay itu dilakukan bersama tim KBRI dan Philippines Regional Intelligence Division, Mindanao Intelligence Task Group of Philippines Immigration (MITG), serta National Intelligence Coordination Agencies (NICA). “Ini dalam rangka pendalaman,” kata Dedi dalam keterangannya di Jakarta kemarin (13/1).

Dedi mengungkapkan, dari hasil wawancara tersebut, Anton Gobay mengaku berangkat ke Filipina pada September tahun lalu. Pria yang berprofesi pilot itu berangkat melalui Bandara International Soekarno-Hatta, Jakarta, menuju Bandara International Ninoy Aquino, Manila. Anton sempat transit di Malaysia.

Selanjutnya pada Desember 2022, dari Manila dia lantas menuju Danao City melalui rute Leite. Di Danao City itulah warga negara Indonesia (WNI) asal Papua tersebut membeli senjata ilegal. Setelah mendapatkan senjata, Anton kemudian melanjutkan perjalanan menuju Gensan, lalu ke Maitum dengan menggunakan mobil jenis van. Maitum merupakan tujuan terakhir sebelum menuju Indonesia.

“AG (Anton Gobay, Red) sudah melakukan survei rute tersebut sebelumnya. Namun, sebelum sampai Maitum, AG telah ditangkap RMFB (Kepolisian Pasukan Mobil Regional Filipina, Red) pada 7 Januari,” ungkap perwira tinggi polisi bintang dua tersebut. Dari informasi yang dihimpun Polri, Anton Gobay memilih jalur Davao City karena tidak ada peralatan X-ray di sana. Hal tersebut memudahkan penyelundupan senjata.

Anton mengaku sendirian dari Danao City ke Gensan. Namun, setibanya di Gensan, pria yang pernah mengenyam sekolah penerbangan di Asia Aviation Academy (AAA) Filipina pada 2015–2018 itu bertemu dengan tiga warga Filipina yang dikenal melalui Facebook. Lewat mereka, Anton Gobay diantar ke Maitum.

Hasil wawancara yang dilakukan tim Polri juga mengungkap bahwa Anton mengetahui jika orang-orang di Danao City punya kemampuan memproduksi, merakit, dan memodifikasi senjata api. Senjata-senjata tersebut kemudian dijual dengan nominal harga yang disepakati. Informasi itulah yang membuat Anton langsung melakukan pembayaran ketika mendapatkan 12 pucuk senjata yang disimpan di dalam koper.

Anton membeli senjata menggunakan alias. Selusin senjata yang dibeli itu terdiri atas 10 senjata api laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm senilai 50 ribu peso. Kemudian, dua senjata api laras pendek merek Ingram 9 mm dibeli dengan harga 45 ribu peso. Dua senjata tersebut dibeli tanpa amunisi.

Dedi melanjutkan, Anton mengaku tergiur dengan bisnis jual beli senjata api di Papua. “AG menyampaikan apabila senjata api tersebut berhasil lolos masuk ke Papua, maka akan menjual kepada siapa pun yang sanggup membeli dengan harga tertinggi,” terang Dedi.

Selain faktor bisnis, Anton juga mengaku ingin mendukung perjuangan rakyat Papua untuk merdeka. Bahkan, Anton mengakui bahwa dirinya pernah mengikuti acara pertemuan di Papua Nugini untuk membahas pergerakan Papua Barat. Anton juga menyampaikan, dirinya merupakan salah satu pendiri gerakan komunal untuk wilayah Vanimo di Papua Nugini. “AG menyampaikan bahwa dirinya hanya seorang simpatisan yang mendukung Organisasi Papua Merdeka,” kata Dedi.

Soal kondisi terkini Anton, Dedi menyebut pilot yang kedapatan pernah berfoto bersama Gubernur Papua (nonaktif) Lukas Enembe itu dalam keadaan sehat. Saat ini Anton berada dalam penahanan Police Regional Office 12 di General Santos. Hak-hak tersangka pun telah dipenuhi oleh pihak kepolisian setempat.

Berkas penyidikan Anton juga telah dilimpahkan ke Kejaksaan Alabel, Saranggani, kemarin. “Sebagai warga negara Indonesia, AG meminta maaf telah merepotkan pemerintah Indonesia karena tindakan yang dilakukan di Filipina,” imbuh Dedi.

Sebelumnya, Anton Gobay, seorang warga negara Indonesia (WNI) asal Papua yang ditangkap kepolisian Filipina karena mempunyai 12 senjata api (senpi) ilegal.

Senjata tersebut dibeli dari seseorang penjual senjata ilegal di wilayah Danao City, Provinsi Cebu, Filipina.

Anton berhasil membeli 10 senjata laras panjang jenis M4 kaliber 5,56 mm tanpa amunisi senilai 50 ribu Peso. Dan dua pucuk senjata api laras pendek jenis Ingram dengan kaliber 9 mm senilai 45 ribu Peso, tanpa amunisi.

Anton Gobay tak berkutik saat ditangkap Polisi Filipina bersama  karung karung berisi senjata ilegal. Anton Gobay  mengaku warga negara Indonesia dari provinsi Papua. Dan Gobay juga mengaku  kepada kepolisian Filipina  bahwa  ia hendak membawa senjata api (senpi) ilegal ke Papua. Anton Gobay mengaku senpi ilegal itu hendak dibawa ke Papua untuk mendukung kegiatan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Informasi yang dihimpun dari Polda Papua, menyebut Anton Gobay sendiri mempunyai seorang istri dan dua anak di Jayapura. Anton Gobay memiliki istri yang bekerja sebagai perawat dan dua anak yang tinggal di Jayapura.

Pemberitaan di Papua menyebut  kedua teman Anton Gobay yang turut ditangkap. Antara lain Michael Tino (25) dari Maitum, Sarangani dan Jimmy Desales Abolde (53) dari Labangal, Kota General Santos.(tyo/c6/ttg/jpc/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/