MEDAN- Tingkat kesadaran warga Kota Medan untuk memeriksakan gigi masih sangat rendah. Diperkirakan 80 persen warga Kota Medan mengalami kerusakan gigi.
Hal itu dikatakan Ketua Persatuan Dokter Gigi Indonesia Cabang Medan drg Iskandar Muda Siregar, Sp Ort didampingi Wakil Ketua PDGI Drg. Christian Andri Syahputra, Selasa (6/3).
Menurutnya, persentase tertinggi kerusakan pada gigi ini ada di wilayah Medan Utara. Faktor yang mempengaruhi karena rendahnya kesadaran masyarakatnya tentang memelihara gigi serta kurangnya pemahaman cara memelihara gigi. Namun, bisa saja disebabkan faktor air di Medan Utara yang kadar zat asamnya tinggi atau airnya tidak mengandung floride.
“Air yang digunakan juga sangat mempengaruhi kesehatan gigi. Faktor makanan siap saji, mudah lengket dan manis juga dapat merusak gigi. Proses fermentasinya berawal dari sisa makanan tersebut menempel pada gigi lalu membentuk plak dan merusak mail, sehingga terjadi keasaman yang menyebabkan gigi berlubang,” jelasnya.
Dikatakannya, banyak anak-anak maupun orang dewasa yang memeriksakan giginya ketika sudah menimbulkan rasa sakit. “Rata-rata sudah ditemukan masalah pada kesehatan gigi, baru mereka datang ke dokter gigi. Bahkan mereka juga tidak tau cara menggosok gigi yang benar yaitu setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Tapi, sekarang banyak anak-anak gosok gigi dulu baru sarapan, ini yang salah. Karena sisa makanan tadi akan kembali menempel,” terangnya.
Kurang pahaman masyarakat juga dapat dinilai dari pengetahuan tentang gigi susu dan permanen. “Masih banyak yang beranggapan gigi graham yang tumbuh pada usia 6 tahun merupakan gigi susu dan bisa berganti. Padahal, gigi graham yang tumbuh pada umur 6 tahun sudah permanen. Pada usia 12 tahun keatas kerusakan pada gigi akan semakin parah jika tidak ditangani sedini mungkin,” tuturnya.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat jangan menyepelekan permasalahan pada gigi. “Karena infeksi pada gigi, bisa menginfeksi organ tubuh lainnya seperti jantung. Bahkan pada ibu hamil toksin pada gigi dan infeksi pada gigi yang dideripta, bisa menyebabkan bayi yang lahir prematur. Jadi ibu hamil juga kita imbau untuk memeriksakan gigi, karena jika bayi terinfeksi ini, maka bayi tersebut akan lahir prematur,” ucapnya.
Rencananya, 27 Mei mendatang IKORGI (Ikatan Konservasi Gigi Indonesia) Laboratorium FKG USU akan melaksanakan seminar Endonontik di Hotel JW Marriot. Selanjutnya pada 30 Agustus sampai 1 September mendatang, INPRO (International Prostodentil) akan melaksanakan seminar yang pelaksananya IPROST Cabang Medan dengan Ketua Umum dr Ismet Daniel Nasution.
“Di sini akan dibahas mengenai ilmu kedokteran gigi dan kaitannya dengan ilmu lainnya. PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia) Cabang Medan juga dipilih oleh PDGI Pusat sebagai penyelenggara seminar Federasi Dental International (FDI) Association Joint Meeting, yang dirangkai dengan Medan International Dental. Rencananya diadakan di Hotel Santika Dyandra pada 11-18 November mendatang. Peserta diperkirakan 1500 orang. Dengan kegiatan ini akan memacu Indonesia kedepannya sebagai pusat pelayanan gigi di Asia Tenggara,” urainya. (mag-11)