26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Inggris vs Italia: Sama-sama sedang Loyo

NAPLES, SUMUTPOS.CO – Italia bertekad memetik kemenangan di laga pertama penyisihan Grup C kualifikasi EURO saat menjamu Inggris di Stadion Diego Maradona, Naples, Jumat (24/3) dini hari pukul 02.45 WIB. Tim yang berstatus sebagai juara bertahan Eropa ini tentu tak ingin mengulangi kegagalan lolos ke Piala Dunia 2022 lalu. Apalagi, rekor pertemuan kedua tim memihak kubu Gli Azzurri.

Sementara itu, Inggris bakal berupaya membalas sejumlah kekalahan menyakitkan kontra Italia di berbagai kesempatan The Three Lions tercatat belum lagi memetik kemenangan kontra Italia dalam 6 pertemuan terakhir, termasuk kekalahan di Wembley dalam EURO 2020 (2021) serta pertemuan terakhir di September tahun lalu.

Jelang pertemuan kontra Italia, Inggris mencoret sejumlah nama di antaranya Marcus Rashford, Nick Pope, dan Mason Mount karena masalah kebugaran dan cedera. Keputusan yang mengejutkan, pasalnya, nama-nama ini, terutama Marcus Rashford yang tengah on fire, diperkirakan bakal menjadi andalan skuad Tiga Singa.

Terlebih, opsi Inggris di sektor sayap juga makin menipis setelah mereka sejak awal tak menyertakan Raheem Sterling karena masalah kebugaran. Inggris sebelumnya kelebihan stok di sektor ini saat Piala Dunia 2022 lalu.

Selain masalah kebugaran sejumlah pemain, Inggris tampaknya juga kesulitan memilih nama-nama pengganti. Pelatih Timnas Inggris, Gareth Southgate, sendiri menilai telah terjadi penurunan kedalaman skuadnya.

Menurutnya, hanya 32 persen dari skuadnya yang tampil sebagai starter di level klub, menurun dari sebelumnya sekitar 35 persen dan sekira 38 persen sejak Southgate membesut The Three Lions 2016 lalu. “Jika Anda melihat menit Liga Champions tahun ini, kami berada di urutan ke-6 dalam daftar itu – kami sebenarnya berada di belakang Brasil dan Portugal,” terang Southgate juga menambahkan penurunan berdasar penampilan pemain di Liga Champions, dilansir dari Sky Sports, Jumat (17/3).

Hal ini juga bisa dilihat dari kembalinya sejumlah pemain yang jarang diberi ruang di tim seperti Harry Maguire. Kapten Man United itu hanya tampil sekitar 1.181 menit musim ini, atau sekira 13 pertandingan penuh. Angka yang terbilang rendah, mengingat Man United telah memainkan lebih dari 40 laga di musim ini. Namun, ia masih mendapatkan tempat di skuad Inggris.

Sedangkan, pemain-pemain yang tampil reguler justru datang dengan situasi kurang fit. Southgate menilai tak memiliki masalah terkait situasi tersebut untuk di laga-laga ke depan. Hanya saja, ia mengkhawatirkan jangka panjang penurunan skuad. “Saya senang dengan kualitas yang harus kami pilih, tetapi dalam posisi tertentu kita kekurangan kedalaman,” kata Southgate.

“Angka-angka itu memburuk dengan cepat di Liga Premier, itu bukan masalah bagi saya dalam 18 bulan ke depan tetapi dalam waktu empat dari lima tahun, kami harus sangat berhati-hati dalam hal itu,” tambahnya.

Terlepas dari hal itu, Southgate sendiri masih memiliki nama-nama segar seperti Ivan Toney, striker Brentford yang dipanggil ke Timnas. Ia sejauh ini mampu bersaing di level klub dengan menempel persaingan perebutan top skor Erling Haaland dan Harry Kane lewat 16 gol yang ia lesakkan di Liga Inggris.

Sementara itu, Pelatih Italia, Roberto Mancini, juga mengeluhkan masalah serupa terhadap penurunan skuad Gli Azzuri. Penurunan ini terlihat saat Italia memanggil Mateo Reategui, pemain kelahiran Argentina yang memiliki paspor dan keturunan Italia. Retugui sendiri juga tak merumput di Eropa dan saat ini bermain untuk Tigre, tim di Liga Argentina. “Kami lebih buruk dari (Gareth) Southgate. Jika ada kemungkinan untuk mengambil pemain baru, kami akan mengambilnya,” terang eks pelatih Manchester City itu dilansir dari Daily Mail, Selasa (21/3) kemarin.

Bahkan menurutnya, bukan tak mungkin Italia bakal kembali mengambil bakat-bakat yang lahir di luar Italia. Kegagalan lolos ke 2 Piala Dunia secara beruntun memang menjadi sinyal bahaya bagi Italia, meski di satu sisi mereka masih tangguh di EURO 2020 lalu. “Di Italia tidak ada yang bermain di jalanan lagi. Kami dulu bermain tiga-empat jam di jalan, lalu kami pergi berlatih, hari ini hal itu tidak terjadi lagi,” katanya.

“Bukan kebetulan bahwa pemain masih lahir di negara-negara tersebut, seperti Uruguay, Argentina atau Brasil, di mana mereka masih banyak bermain di jalan,” terangnya.

Terlepas dari hal itu, skuad Italia tahun ini dihuni beberapa nama-nama segar. Termasuk Wilfried Gnonto dan Gianluca Scamacca yang bermain di Liga Inggris. Sebaliknya, Southgate tak memanggil 2 pemain Inggris yang mentas di Serie A. Sementara, skuad Italia masih mempertahankan beberapa nama lawas yang sebelumnya menjadi tumpuan di EURO 2020 lalu seperti Federico Chiesa, Jorginho, hingga Leonardo Bonucci. Terlepas dari penurunan kualitas dari kedua tim, mental bermain bisa jadi penentu lain pemenang antara Italia dan Inggris. (trt/adz)

NAPLES, SUMUTPOS.CO – Italia bertekad memetik kemenangan di laga pertama penyisihan Grup C kualifikasi EURO saat menjamu Inggris di Stadion Diego Maradona, Naples, Jumat (24/3) dini hari pukul 02.45 WIB. Tim yang berstatus sebagai juara bertahan Eropa ini tentu tak ingin mengulangi kegagalan lolos ke Piala Dunia 2022 lalu. Apalagi, rekor pertemuan kedua tim memihak kubu Gli Azzurri.

Sementara itu, Inggris bakal berupaya membalas sejumlah kekalahan menyakitkan kontra Italia di berbagai kesempatan The Three Lions tercatat belum lagi memetik kemenangan kontra Italia dalam 6 pertemuan terakhir, termasuk kekalahan di Wembley dalam EURO 2020 (2021) serta pertemuan terakhir di September tahun lalu.

Jelang pertemuan kontra Italia, Inggris mencoret sejumlah nama di antaranya Marcus Rashford, Nick Pope, dan Mason Mount karena masalah kebugaran dan cedera. Keputusan yang mengejutkan, pasalnya, nama-nama ini, terutama Marcus Rashford yang tengah on fire, diperkirakan bakal menjadi andalan skuad Tiga Singa.

Terlebih, opsi Inggris di sektor sayap juga makin menipis setelah mereka sejak awal tak menyertakan Raheem Sterling karena masalah kebugaran. Inggris sebelumnya kelebihan stok di sektor ini saat Piala Dunia 2022 lalu.

Selain masalah kebugaran sejumlah pemain, Inggris tampaknya juga kesulitan memilih nama-nama pengganti. Pelatih Timnas Inggris, Gareth Southgate, sendiri menilai telah terjadi penurunan kedalaman skuadnya.

Menurutnya, hanya 32 persen dari skuadnya yang tampil sebagai starter di level klub, menurun dari sebelumnya sekitar 35 persen dan sekira 38 persen sejak Southgate membesut The Three Lions 2016 lalu. “Jika Anda melihat menit Liga Champions tahun ini, kami berada di urutan ke-6 dalam daftar itu – kami sebenarnya berada di belakang Brasil dan Portugal,” terang Southgate juga menambahkan penurunan berdasar penampilan pemain di Liga Champions, dilansir dari Sky Sports, Jumat (17/3).

Hal ini juga bisa dilihat dari kembalinya sejumlah pemain yang jarang diberi ruang di tim seperti Harry Maguire. Kapten Man United itu hanya tampil sekitar 1.181 menit musim ini, atau sekira 13 pertandingan penuh. Angka yang terbilang rendah, mengingat Man United telah memainkan lebih dari 40 laga di musim ini. Namun, ia masih mendapatkan tempat di skuad Inggris.

Sedangkan, pemain-pemain yang tampil reguler justru datang dengan situasi kurang fit. Southgate menilai tak memiliki masalah terkait situasi tersebut untuk di laga-laga ke depan. Hanya saja, ia mengkhawatirkan jangka panjang penurunan skuad. “Saya senang dengan kualitas yang harus kami pilih, tetapi dalam posisi tertentu kita kekurangan kedalaman,” kata Southgate.

“Angka-angka itu memburuk dengan cepat di Liga Premier, itu bukan masalah bagi saya dalam 18 bulan ke depan tetapi dalam waktu empat dari lima tahun, kami harus sangat berhati-hati dalam hal itu,” tambahnya.

Terlepas dari hal itu, Southgate sendiri masih memiliki nama-nama segar seperti Ivan Toney, striker Brentford yang dipanggil ke Timnas. Ia sejauh ini mampu bersaing di level klub dengan menempel persaingan perebutan top skor Erling Haaland dan Harry Kane lewat 16 gol yang ia lesakkan di Liga Inggris.

Sementara itu, Pelatih Italia, Roberto Mancini, juga mengeluhkan masalah serupa terhadap penurunan skuad Gli Azzuri. Penurunan ini terlihat saat Italia memanggil Mateo Reategui, pemain kelahiran Argentina yang memiliki paspor dan keturunan Italia. Retugui sendiri juga tak merumput di Eropa dan saat ini bermain untuk Tigre, tim di Liga Argentina. “Kami lebih buruk dari (Gareth) Southgate. Jika ada kemungkinan untuk mengambil pemain baru, kami akan mengambilnya,” terang eks pelatih Manchester City itu dilansir dari Daily Mail, Selasa (21/3) kemarin.

Bahkan menurutnya, bukan tak mungkin Italia bakal kembali mengambil bakat-bakat yang lahir di luar Italia. Kegagalan lolos ke 2 Piala Dunia secara beruntun memang menjadi sinyal bahaya bagi Italia, meski di satu sisi mereka masih tangguh di EURO 2020 lalu. “Di Italia tidak ada yang bermain di jalanan lagi. Kami dulu bermain tiga-empat jam di jalan, lalu kami pergi berlatih, hari ini hal itu tidak terjadi lagi,” katanya.

“Bukan kebetulan bahwa pemain masih lahir di negara-negara tersebut, seperti Uruguay, Argentina atau Brasil, di mana mereka masih banyak bermain di jalan,” terangnya.

Terlepas dari hal itu, skuad Italia tahun ini dihuni beberapa nama-nama segar. Termasuk Wilfried Gnonto dan Gianluca Scamacca yang bermain di Liga Inggris. Sebaliknya, Southgate tak memanggil 2 pemain Inggris yang mentas di Serie A. Sementara, skuad Italia masih mempertahankan beberapa nama lawas yang sebelumnya menjadi tumpuan di EURO 2020 lalu seperti Federico Chiesa, Jorginho, hingga Leonardo Bonucci. Terlepas dari penurunan kualitas dari kedua tim, mental bermain bisa jadi penentu lain pemenang antara Italia dan Inggris. (trt/adz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/