27 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Sulap Limbah Sawit Jadi Duit, UMKM Creabrush Dapat Orderan Pengusaha Hotel Asal Bali

SUMUTPOS.CO – Di Sumatera Utara tidak susah menemui tanaman Kelapa Sawit yang biasanya sering ditemui di areal perkebunan sawit milik perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ataupun Swasta. Lahan kepunyaan masyarakat juga banyak tersebar sampai pelosok desa sekalipun.

Tanaman ini dijuluki Kurma Sumatera, sering terdengar sebagai candaan masyarakat yang mengira tanaman ini khas dan habitatnya paling banyak tersebar di Pulau Sumatera.

Dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) asal Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara, Febri Yunarta (49) memanfaatnya menjadi hasil karya bernilai fantastis. Tak tanggung-tanggung, ia membandrol hasil karyanya dengan mahar paling tinggi bernilai Rp25 juta.

Bahan baku tidak hanya dari Tankos Kelapa Sawit saja, namun sabut kelapa yang daging buah dijadikan santan juga bisa. Disebut Tankos (Tandan Kosong), dikarenakan tandan ini sudah kosong alias sudah terpisah dari buahnya. Tankos termasuk limbah padat dari sisa pengolahan proses produksi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit.

“Produk usaha saya harganya bervariatif bang, paling murah seharga 40 ribu, paling mahal bisa sampai 25 juta. Tergantung tingkat kesulitan, waktu yang dibutuhkan, dan berapa banyak bahan baku yang digunakan. Sampai puluhan juta biasanya produk lukisan yang saya bandrol segitu bang,” jelas Febri saat sesi wawancara kepada awak media (15/5/2023).

Pria yang menamatkan pendidikan sarjananya di Manejemen Ekonomi Universitas Andalas ini menjelaskan pembuatan Sabut Kelapa menjadi bahan produk kerajinan bisa memakan waktu lama dikarenakan ada proses pengerjaan sehingga bahan baku betul-betul halus dan ada alatnya.

Pengerjaannya paling lama dapat memakan waktu tiga pekan, itu sudah dibantu dengan 3 rekannya yang juga memiliki bakat dalam urusan melukis dari sabut kelapa.

“Bisa sampai 3 pekan pengerjaan, saat itu tahun 2018 kami mengerjakan projek dikatakan besar bang. Syukur Alhamdulillah, karya kami berhasil memecahkan Rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesi) sebagai lukisan terbesar berukuran 3,6 meter x 4,8 dari Sabut Kelapa. Lukisan tersebut membutuhkan bahan berupa 100 Kg sabut kelapa, 20 Kg ijuk serta 60 Kg lem,” ujarnya.

Pria paruh baya ini yang memulai bisnisnya pada tahun 2016 ini menyebut kerajinan sabut kelapa atau dikenal dengan sebutan Creabrush dibagi menjadi dua kategori berdasarkan fungsinya yaitu kategori home decor yang terdiri dari lukisan, kaligrafi, miniatur dan cup lampu hias. Yang kedua kategori fashion craft yang terdiri dari tas, sandal, sepatu, dan buku agenda.

Produk kerajinan sabut kelapa ini banyak diminati masyarakat di Sumatera Utara bahkan sampai ke pulau Jawa. Saat ini, kerajinan milik Febri sering digunakan untuk mengisi dekorasi ruang tamu, kantor dan rumah, selanjutnya juga dapat dijadikan sebagai cendramata (souvenir).

Mengutip dari tulisan Undergraduate Thesis, Universitas Negeri Medan oleh Mawaddah, Syaifah (2020) tentang Tinjauan Terhadap Kerajinan Berbahan Sabut Kelapa di Sentra Creabrush Desa Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang menerangkan bahwa penelitian itu bertujuan untuk meninjau lebih jauh tentang jumlah bentuk yang dihasilkan.

Kemudian setelah dikonfirmasi dengan narasumber yang terkait pada penelitian itu, Febri menjelaskan bahwa ia mengucapkan terima kasih atas masukan dari kalangan akedemis. “Usaha ini sudah saya mulai sejak 2016, suka duka sudah banyak saya lewati. Kalau ada masukan saya tampung demi kemajuan bisnis saya,” ujarnya dengan nada ramah tamah.

#Bisa Pesan Melalui E-Commerce atau Media Sosial

Berkat kerja keras dan konsistensinya memasarkan produknya melalui e-Commerce, Creabrush milik Febri masuk dalam 500 UMKM terbaik yang mengikuti BRI Expo BRILianpreneur tahun 2021 yang lalu.

Seiring perkembangan teknologi, berbelanja di pasar digital telah menjadi pilihan banyak orang. Cakupan pasar yang luas menjadi pertimbangan pelaku bisnis untuk memasarkan produknya, bahkan dapat dimaksimalkan untuk membidik peminat bahkan dari berbagai mancanegara.

Peluang pasar itulah yang coba dimanfaatkan oleh pembisnis Creabrush untuk dapat memperluas segmen pembeli. Pembeli juga dengan mudahnya menemukan usaha Creabrush ini di Platform E-Commerce ternama seperti Shopee dan Tokopedia

Selain itu, Febri juga memanfaatkan media sosial yang dikelolanya bernama
Creabrush_indonesia. Pembeli juga bisa memesannya melalui sarana tersebut

Ia juga memiliki fasilitas berbelanja QRIS (transaksi pembayaran scan barcode) dan Mesin EDC (Electronic Data Capture) yang merupakan suatu mesin dengan fungsi mendukung proses penerimaan pembayaran dari konsumen pengguna kartu debit maupun kredit. Kedua fasilitas pendukung ini ia terima dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bagi pembeli yang mau lihat-lihat dahulu, bisa datang langsung ke gerainya di Komplek Semanggi Indah jalan Medan – Binjai KM 11,2 Desa Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

“Saya pakai QRIS BRI sejak 2019. Sebelumnya QRIS yang saya pakai dari salah satu Bank Swasta bang,namun sudah tidak bisa dipakai lagi. Saat itu saya langsung mengurus untuk pembukaan QRIS yang baru ke Bank BRI Cabang Gatot Subroto,” jelasnya.

Dari fasilitas kemudahan transaksi yang diberikan BRI cukup membantunya dalam menjalankan usaha. “Saya juga memiliki aplikasi Brimo, jadi cek transaksi pembeli lebih mudah cukup dengan satu genggaman Smart Phone,” ucap Febri yang mengaku sebagai nasabah BRI Kantor Cabang Gatot Subroto Kota Medan.

Ia juga bercerita, berkat dari peluang memasarkan produknya secara digital, Febri mendapatkan pesanan produk pesanan dari pengusaha Perhotelan asal Bali. “Syarat khusus dari penawarannya, produk yang saya buat harus ditambah dengan kain tenun asal Bali. Menurut saya sih tak masalah dan projek inipun berjalan. Besok, Rabu (17/5) kiriman kain tenun itu sampai ke saya,” ujar pria yang pernah bekerja di perusahaan retail.

Di kesempatan berbeda, Putri yang pernah memesan Buku Agenda Lidi Cambia seharga 110 Ribu mengaku cukup mudah memesan dari Instagram. Ia menerima paket pengiriman setelah 3 hari melakukan pemesanan.

Ketika ditanya awak media (15/5) ia mengaku cukup mudah memesan buku ini. “Saya memang mencari buku agenda yang khas dan mau tampil beda. Saya searcing di google, kemudian ada intagramnya, lalu saya pesan. Menarik si produknya, apalagi saya lihat ada puluhan lukisan tokoh-tokoh nasional dari sabut kelapa yang mirip banget sama aslinya,” pungkasnya

#Dampak Pandemi, Manfaatkan Lahan Kelola Usaha Bidang Agrikultur

Era Pandemi kemaren menjadi pukulan telak bagi usaha Febri. “Perlahan berkat iktiar dan selalu melakukan inovasi produk, alhamdulillah usaha saya bertahan sampai sekarang. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari pada era pandemi kemaren, saya menjajaki usaha bidang Agrikultur sembari memanfaatkan lahan yang ada,” ujarnya.

Ia menjelaskan, berkah dari upayanya bangkit dari menurunnya pesanan di era pandemi, tahun 2022 memulai usaha bidang yang baru. Kini ia jadi memiliki bidang usaha yang baru dirintisnya, mengelola tanaman muda berupa bawang, kentang, dan tanaman kol. “Alhamdulillah hasilnya terbilang cukup bagi pemula bang, panen bawang kemaren bisa mencapai 3-5 ton/hektar dengan masa tanam selama 3 bulan,” jelasnya.

Ketika ditanya omzet dari usaha pertaniannya, ia menjawab sekitar 2 juta/bulan belum dikurangi biaya perawatan dan lain-lain. “Masalah besarnya justru datang dari ternak tetangga bang, hewan ternak berkaki empat itu kalau sudah masuk ke lahan saya, jadi rusak la sudah,” pungkasnya.(rel)

SUMUTPOS.CO – Di Sumatera Utara tidak susah menemui tanaman Kelapa Sawit yang biasanya sering ditemui di areal perkebunan sawit milik perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ataupun Swasta. Lahan kepunyaan masyarakat juga banyak tersebar sampai pelosok desa sekalipun.

Tanaman ini dijuluki Kurma Sumatera, sering terdengar sebagai candaan masyarakat yang mengira tanaman ini khas dan habitatnya paling banyak tersebar di Pulau Sumatera.

Dengan ketersediaan bahan baku yang melimpah, pelaku UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) asal Kabupaten Deliserdang Provinsi Sumatera Utara, Febri Yunarta (49) memanfaatnya menjadi hasil karya bernilai fantastis. Tak tanggung-tanggung, ia membandrol hasil karyanya dengan mahar paling tinggi bernilai Rp25 juta.

Bahan baku tidak hanya dari Tankos Kelapa Sawit saja, namun sabut kelapa yang daging buah dijadikan santan juga bisa. Disebut Tankos (Tandan Kosong), dikarenakan tandan ini sudah kosong alias sudah terpisah dari buahnya. Tankos termasuk limbah padat dari sisa pengolahan proses produksi di Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit.

“Produk usaha saya harganya bervariatif bang, paling murah seharga 40 ribu, paling mahal bisa sampai 25 juta. Tergantung tingkat kesulitan, waktu yang dibutuhkan, dan berapa banyak bahan baku yang digunakan. Sampai puluhan juta biasanya produk lukisan yang saya bandrol segitu bang,” jelas Febri saat sesi wawancara kepada awak media (15/5/2023).

Pria yang menamatkan pendidikan sarjananya di Manejemen Ekonomi Universitas Andalas ini menjelaskan pembuatan Sabut Kelapa menjadi bahan produk kerajinan bisa memakan waktu lama dikarenakan ada proses pengerjaan sehingga bahan baku betul-betul halus dan ada alatnya.

Pengerjaannya paling lama dapat memakan waktu tiga pekan, itu sudah dibantu dengan 3 rekannya yang juga memiliki bakat dalam urusan melukis dari sabut kelapa.

“Bisa sampai 3 pekan pengerjaan, saat itu tahun 2018 kami mengerjakan projek dikatakan besar bang. Syukur Alhamdulillah, karya kami berhasil memecahkan Rekor MURI (Museum Rekor Dunia Indonesi) sebagai lukisan terbesar berukuran 3,6 meter x 4,8 dari Sabut Kelapa. Lukisan tersebut membutuhkan bahan berupa 100 Kg sabut kelapa, 20 Kg ijuk serta 60 Kg lem,” ujarnya.

Pria paruh baya ini yang memulai bisnisnya pada tahun 2016 ini menyebut kerajinan sabut kelapa atau dikenal dengan sebutan Creabrush dibagi menjadi dua kategori berdasarkan fungsinya yaitu kategori home decor yang terdiri dari lukisan, kaligrafi, miniatur dan cup lampu hias. Yang kedua kategori fashion craft yang terdiri dari tas, sandal, sepatu, dan buku agenda.

Produk kerajinan sabut kelapa ini banyak diminati masyarakat di Sumatera Utara bahkan sampai ke pulau Jawa. Saat ini, kerajinan milik Febri sering digunakan untuk mengisi dekorasi ruang tamu, kantor dan rumah, selanjutnya juga dapat dijadikan sebagai cendramata (souvenir).

Mengutip dari tulisan Undergraduate Thesis, Universitas Negeri Medan oleh Mawaddah, Syaifah (2020) tentang Tinjauan Terhadap Kerajinan Berbahan Sabut Kelapa di Sentra Creabrush Desa Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang menerangkan bahwa penelitian itu bertujuan untuk meninjau lebih jauh tentang jumlah bentuk yang dihasilkan.

Kemudian setelah dikonfirmasi dengan narasumber yang terkait pada penelitian itu, Febri menjelaskan bahwa ia mengucapkan terima kasih atas masukan dari kalangan akedemis. “Usaha ini sudah saya mulai sejak 2016, suka duka sudah banyak saya lewati. Kalau ada masukan saya tampung demi kemajuan bisnis saya,” ujarnya dengan nada ramah tamah.

#Bisa Pesan Melalui E-Commerce atau Media Sosial

Berkat kerja keras dan konsistensinya memasarkan produknya melalui e-Commerce, Creabrush milik Febri masuk dalam 500 UMKM terbaik yang mengikuti BRI Expo BRILianpreneur tahun 2021 yang lalu.

Seiring perkembangan teknologi, berbelanja di pasar digital telah menjadi pilihan banyak orang. Cakupan pasar yang luas menjadi pertimbangan pelaku bisnis untuk memasarkan produknya, bahkan dapat dimaksimalkan untuk membidik peminat bahkan dari berbagai mancanegara.

Peluang pasar itulah yang coba dimanfaatkan oleh pembisnis Creabrush untuk dapat memperluas segmen pembeli. Pembeli juga dengan mudahnya menemukan usaha Creabrush ini di Platform E-Commerce ternama seperti Shopee dan Tokopedia

Selain itu, Febri juga memanfaatkan media sosial yang dikelolanya bernama
Creabrush_indonesia. Pembeli juga bisa memesannya melalui sarana tersebut

Ia juga memiliki fasilitas berbelanja QRIS (transaksi pembayaran scan barcode) dan Mesin EDC (Electronic Data Capture) yang merupakan suatu mesin dengan fungsi mendukung proses penerimaan pembayaran dari konsumen pengguna kartu debit maupun kredit. Kedua fasilitas pendukung ini ia terima dari Bank Rakyat Indonesia (BRI). Bagi pembeli yang mau lihat-lihat dahulu, bisa datang langsung ke gerainya di Komplek Semanggi Indah jalan Medan – Binjai KM 11,2 Desa Mulyorejo Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

“Saya pakai QRIS BRI sejak 2019. Sebelumnya QRIS yang saya pakai dari salah satu Bank Swasta bang,namun sudah tidak bisa dipakai lagi. Saat itu saya langsung mengurus untuk pembukaan QRIS yang baru ke Bank BRI Cabang Gatot Subroto,” jelasnya.

Dari fasilitas kemudahan transaksi yang diberikan BRI cukup membantunya dalam menjalankan usaha. “Saya juga memiliki aplikasi Brimo, jadi cek transaksi pembeli lebih mudah cukup dengan satu genggaman Smart Phone,” ucap Febri yang mengaku sebagai nasabah BRI Kantor Cabang Gatot Subroto Kota Medan.

Ia juga bercerita, berkat dari peluang memasarkan produknya secara digital, Febri mendapatkan pesanan produk pesanan dari pengusaha Perhotelan asal Bali. “Syarat khusus dari penawarannya, produk yang saya buat harus ditambah dengan kain tenun asal Bali. Menurut saya sih tak masalah dan projek inipun berjalan. Besok, Rabu (17/5) kiriman kain tenun itu sampai ke saya,” ujar pria yang pernah bekerja di perusahaan retail.

Di kesempatan berbeda, Putri yang pernah memesan Buku Agenda Lidi Cambia seharga 110 Ribu mengaku cukup mudah memesan dari Instagram. Ia menerima paket pengiriman setelah 3 hari melakukan pemesanan.

Ketika ditanya awak media (15/5) ia mengaku cukup mudah memesan buku ini. “Saya memang mencari buku agenda yang khas dan mau tampil beda. Saya searcing di google, kemudian ada intagramnya, lalu saya pesan. Menarik si produknya, apalagi saya lihat ada puluhan lukisan tokoh-tokoh nasional dari sabut kelapa yang mirip banget sama aslinya,” pungkasnya

#Dampak Pandemi, Manfaatkan Lahan Kelola Usaha Bidang Agrikultur

Era Pandemi kemaren menjadi pukulan telak bagi usaha Febri. “Perlahan berkat iktiar dan selalu melakukan inovasi produk, alhamdulillah usaha saya bertahan sampai sekarang. Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari pada era pandemi kemaren, saya menjajaki usaha bidang Agrikultur sembari memanfaatkan lahan yang ada,” ujarnya.

Ia menjelaskan, berkah dari upayanya bangkit dari menurunnya pesanan di era pandemi, tahun 2022 memulai usaha bidang yang baru. Kini ia jadi memiliki bidang usaha yang baru dirintisnya, mengelola tanaman muda berupa bawang, kentang, dan tanaman kol. “Alhamdulillah hasilnya terbilang cukup bagi pemula bang, panen bawang kemaren bisa mencapai 3-5 ton/hektar dengan masa tanam selama 3 bulan,” jelasnya.

Ketika ditanya omzet dari usaha pertaniannya, ia menjawab sekitar 2 juta/bulan belum dikurangi biaya perawatan dan lain-lain. “Masalah besarnya justru datang dari ternak tetangga bang, hewan ternak berkaki empat itu kalau sudah masuk ke lahan saya, jadi rusak la sudah,” pungkasnya.(rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/