Perjalanan politisi muda yang lahir dari keluarga politisi Islam ini diajarkan untuk bersikap santun. Dialah H Fadly Nurzal SAg. Hal ini pulala yang membuatnya terpilih sebagai Ketua DPW PPP Sumatera Utara, beberapa waktu lalu.
Sikapnya yang tegas namun bersahaja dalam memimpin DPW PPP Sumut membawanya jadi pemimpin muda yang sangat disegani, baik kawan maupun lawan. Setidaknya hal ini dapat dibuktikan dari kiprahnya di panggung politik menghadapi berbagai persoalan rumit yang kerap muncul dalam situasi politik di Sumatera Utara baik di internal PPP maupun berubah-rubahnya situasi politik di Sumatera Utara, namun Fadly berhasil keluar dari kesulitan tersebut.
Sebagai contoh, saat PPP mengalami situasi penegasan identitas di tengah-tengah partai yang beragam dan terbuka dengan segera Fadly mengusung isu lama PPP yang diadaptasi kembali yaitu ‘PPP Tetap Partai Islam’.
Meski demikian, Fadly Nurzal tidak pernah lupa diri. Bahkan politisi muda asal Tanjung Balai ini kerap mengalah jika berbicara kepentingan umat. Sebagai contoh, ketika proses pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2008 lalu, Fadly Nurzal yang dikenal sebagai pioner penggagas koalisi partai Islam tidak punya ambisi untuk maju sebagai Gubernur atau Wakil Gubernur.
Berkat keteduhan prilaku politiknya, Fadly Nurzal berhasil membawa koalisi partai Islam menghantarkan H Syamsul Arifin sebagai Gubernur Sumatera Utara berpasangan dengan H Gatot Pujo Nugroho.
Tidak hanya Syamsul Arifin yang berhasil dihantarkan Fadly Nurzal, tetapi sudah banyak tokoh yang kini menjadi kepala daerah. Semua itu dilakukannya tanpa pamrih apalagi menggunakan politik transaksional yang selalu ditolaknya.
“Saya ingin bermanfaat untuk orang banyak, tapi saya menolak dimanfaatkan walau hanya oleh satu orang,” kata Fadly Nurzal, yang kini duduk menjadi Ketua Fraksi PPP DPRD Sumatera Utara.
Barangkali darah politik ditempa secara genetik karena Kakeknya H Ahmad Saleh adalah mantan Ketua DPC PPP Asahan yang pernah jadi pimpinan DPRD di Asahan. Ibunya Hj Zaleha HAS SMHk juga pernah menjadi Ketua DPC PPP Asahan dan pimpinan DPRD di daerah tersebut.
Sedangkan Bapaknya Drs HM Noor Pohan yang tadinya seorang guru juga pernah menjadi anggota DPRD Tanjung Balai.
Kini, M Noor Pohan telah dipanggil Allah SWT keharibaan-Nya akhir tahun lalu. Namun, hal ini tidak membuat Fadly Nurzal patah semangat dalam memimpin PPP.
Meski terlahir dari keluarga politisi, Fadly menyatakan sesungguhnya dirinya mulai mengenal organisasi secara baik dan efektif ketika bergabung di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi Ketua Senat Fakultas Syariah IAIN Medan. Penempahan prilaku organisasi pria kelahiran Tanjung Balai ini banyak dipengaruhi oleh HMI.
“Ketika di HMI-lah, mulai terbentuk motivasi pada diri saya untuk berpolitik. Motivasi itu pula yang membawa saya bersahabat dengan kawan-kawan di organisasi Al Wasliyah, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama,” kata Fadly.
Dia menuturkan politik saat ini telah menjadi dunianya karena politik memberikan kita kesempatan untuk melakukan banyak hal dan dalam berpolitik harus ada seni, karena politik itu disebut The Art Of Possibility yang berarti seni merangkai kemungkinan.
Maka, sebagai politisi harus merangkai yang mungkin dilakukan dan itu ada seninya, terutama untuk kepentingan rakyat.
Ketua Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) ini berkomitmen untuk mengabdi kepada rakyat secara tulus dan menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan motivasi yang tinggi merupakan prinsip hidup yang selalu diemban Fadly semenjak dipercaya menjadi anggota DPRD Sumatera Utara empat tahun lalu karena hidup harus ada motivasi, tanpa motivasi sebaiknya jangan hidup.
Prinsip sejati ini yang terus mengalir dalam sanubari sosok teladan satu ini.
Fadly yang dikenal sebagai sosok politisi muda yang sangat mencintai orangtuanya. Di tengah kesibukannya mengurus partai dan menggagas koalisi partai Islam saat mengusung Syamsul Arifin sebagai calon Gubernur, Fadly beberapa kali harus pulang pergi ke Medan-Penang untuk melihat kondisi kesehatan ibunya yang saat ini terbaring sakit di rumahnya yang sederhana di Jalan STM Medan.
“Bagi saya, orangtua adalah segala-galanya. Apa pun akan saya lakukan untuk membahagiakan orangtua,” kata Fadly, yang mengaku dalam hidup ini mempunyai motto Hidup Berguna, Mati Beriman.
Belakangan ini beliau sedang dapat cobaan yang berat setelah ayahnya Drs HM Noor Pohan meninggal tiga bulan setelah itu mertuanya H Syahruddin juga meninggal.
“Ini adalah cara Allah menyanyangi saya. Allah berikan cobaan pastilah Allah menyayangi saya, karena Allah tidak akan membiarkan hambanya melewati kesulitan tanpa ada hikmah yang Allah siapkan,” kata Fadly. (adv)