26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Atasi Polusi di Jakarta, Hujan Buatan Dilanjutkan Besok

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN mengumumkan penghentian sementara misi hujan buatan di wilayah Jabodetabek. Pertimbangannya, kondisi awan yang minim, sehingga tidak efektif untuk dilakukan penerbangan hujan buatan.

Informasi penghentian sementara penerbangan hujan buatan itu disampaikan Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo.

Budi mengatakan keputusan itu diambil merujuk informasi yang disampaikan BMKG. Informasi dari BMKG menyebutkan potensi hujan atau bibit awan di Jakarta dan sekitarnya pada 22-23 Agustus sangat kecil.

Rencananya penerbangan hujan buatan akan dilanjutkan kembali besok, Kamis, 24 Agustus 2023. Kemudian posko TMC dipindah dari Lanud Husein Sastranegara di Bandung ke Halim Perdanakusuma Jakarta.

Budi mengatakan operasi TMC di Jakarta dan sekitarnya ditujukan untuk mengurangi polusi udara. Kegiatan penyemaian awan dilakukan pada rentang 19-21 Agustus.

Tim TMC BRIN tetap bekerja meskipun potensi terjadinya hujan hanya di kisaran 50-70 persen. Untuk diketahui pada Minggu (21/8) malam sebagian wilayah Depok diguyur hujan cukup deras meskipun tidak terlalu lama.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan upaya pembasahan atau hujan buatan itu adalah strategi yang perlu dilakukan. Dia menjelaskan secara umum sumber polusi yang sekarang ramai di Jakarta tidak mengalami perubahan dari sebelumnya.

“Tidak tambah macet dibandingkan lalu-lalu. PLTU juga tetap ada di situ dari kemarin-kemarin,” katanya usai peresmian Beasiswa Riset Baznas di Jakarta Senin (21/8).

Handoko mengatakan, polusi di Jakarta dan sekitarnya sekarang seolah-olah meningkat tajam karena kekeringan atau kemarau. “Sehingga partikel polutan itu melayang-layang terus. Ini seperti debu yang melayang terus,” tuturnya.

Pada kondisi normal, alias bukan kemarau seperti sekarang, polutan cepat tereduksi turun ke bumi terbawa air hujan. Untuk itu dia menegaskan upaya pembasahan atau hujan buatan perlu dilakukan untuk menarik polutan yang melayang-layang turun ke bumi.

Handoko membenarkan sudah ada permintaan dari BNPB untuk pelaksanaan TMC atau hujan buatan. Namun pelaksanaannya tetap menyesuaikan kondisi di lapangan. Pasalnya hujan buatan itu dilakukan dengan cara menaburi awan dengan garam, supaya bisa jadi hujan. Jadi kuncinya adalah ketersediaan awan dengan kondisi tertentu sesuai kajian tim teknis. (jpg/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Tim Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) BRIN mengumumkan penghentian sementara misi hujan buatan di wilayah Jabodetabek. Pertimbangannya, kondisi awan yang minim, sehingga tidak efektif untuk dilakukan penerbangan hujan buatan.

Informasi penghentian sementara penerbangan hujan buatan itu disampaikan Koordinator Laboratorium TMC BRIN Budi Harsoyo.

Budi mengatakan keputusan itu diambil merujuk informasi yang disampaikan BMKG. Informasi dari BMKG menyebutkan potensi hujan atau bibit awan di Jakarta dan sekitarnya pada 22-23 Agustus sangat kecil.

Rencananya penerbangan hujan buatan akan dilanjutkan kembali besok, Kamis, 24 Agustus 2023. Kemudian posko TMC dipindah dari Lanud Husein Sastranegara di Bandung ke Halim Perdanakusuma Jakarta.

Budi mengatakan operasi TMC di Jakarta dan sekitarnya ditujukan untuk mengurangi polusi udara. Kegiatan penyemaian awan dilakukan pada rentang 19-21 Agustus.

Tim TMC BRIN tetap bekerja meskipun potensi terjadinya hujan hanya di kisaran 50-70 persen. Untuk diketahui pada Minggu (21/8) malam sebagian wilayah Depok diguyur hujan cukup deras meskipun tidak terlalu lama.

Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan upaya pembasahan atau hujan buatan itu adalah strategi yang perlu dilakukan. Dia menjelaskan secara umum sumber polusi yang sekarang ramai di Jakarta tidak mengalami perubahan dari sebelumnya.

“Tidak tambah macet dibandingkan lalu-lalu. PLTU juga tetap ada di situ dari kemarin-kemarin,” katanya usai peresmian Beasiswa Riset Baznas di Jakarta Senin (21/8).

Handoko mengatakan, polusi di Jakarta dan sekitarnya sekarang seolah-olah meningkat tajam karena kekeringan atau kemarau. “Sehingga partikel polutan itu melayang-layang terus. Ini seperti debu yang melayang terus,” tuturnya.

Pada kondisi normal, alias bukan kemarau seperti sekarang, polutan cepat tereduksi turun ke bumi terbawa air hujan. Untuk itu dia menegaskan upaya pembasahan atau hujan buatan perlu dilakukan untuk menarik polutan yang melayang-layang turun ke bumi.

Handoko membenarkan sudah ada permintaan dari BNPB untuk pelaksanaan TMC atau hujan buatan. Namun pelaksanaannya tetap menyesuaikan kondisi di lapangan. Pasalnya hujan buatan itu dilakukan dengan cara menaburi awan dengan garam, supaya bisa jadi hujan. Jadi kuncinya adalah ketersediaan awan dengan kondisi tertentu sesuai kajian tim teknis. (jpg/ila)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/