30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pulau Simuk Nias Selatan Krisis Pangan

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara dalam waktu, akan mengirim bantuan ke Pulau Simuk, Kecamatan Simuk, Kabupaten Nias Selatan (Nisel). Karena, warga di pulau tersebut mengalami krisis pangan, beberapa hari belakangan ini.

Krisis pangan ini, disebabkan cuaca ekstrem di perairan Kepulauan Nias. Sehingga kapal pengangkut logistik, tidak berani berlayar. Hal itu, menyebabkan distribusi dan pasokan kebutuhan pokok mengalami kekurangan drastis hingga kosong.

Akibat pasokan pangan kurang, membuat masyarakat mengganti beras dengan sagu hingga roti dan mie instan. Itu pun, stok masih berkurang.

“Terima kasih, pangan di Nias Selatan sudah kami konsultasikan, dalam waktu dekat akan kita beri bantuan kepada masyarakat di sana,” ucap Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, Hassanudin kepada wartawan, di Kota Medan, Rabu (21/9/2023).

Mantan Pangdam Sultan Iskandar Muda menjelaskan bahwa bantuan akan dikirim ke Pulau Simuk, bahan kebutuhan pokok masyarakat, seperti beras, gula, minyak goreng dan lain-lainya.

“Yang jelas kebutuhan pokok, sudah kita kordinasikan dengan OPD terkait. Kita akan kordinasikan semuanya,” ucap Hassanudin.

Hassanudin mengungkapkan kondisi Pulau Simuk dengan ombak tinggi di perairan tersebut, membuat akses susah dijangkau bila terjadi cuaca ekstrem melanda.

“Betul, nanti kita kordinasikan tingkat atas. Sehingga masyarakat tidak terisolasi di sana. Terima kasih, teman-teman terus monitor dan update beritanya,” jelas mantan Pangdam I Bukit Barisan.

Sebelum ekspansi beras masuk ke Indonesia, warga Simuk memang memanfaatkan sagu sebagai makanan pokok. Namun saat ini, jumlah luas lahan untuk tanaman sagu terus berkurang. Digantikan perkebunan kelapa untuk dijadikan Kopra sebagai mata pencaharian warga.

Untuk diketahui, Pulau Simuk dihuni sekitar 510 keluarga dengan 3.000 jiwa di 6 desa dan terancam kelaparan.

Camat Simuk, Gentelman Bago mengungkapkan pihaknya, menerima informasi bahwa sudah ada 3 kapal logistik, per kapal dengan berbobot 18 ton masuk ke Pulau Simuk. Mereka memanfaatkan cuaca dengan kondisi ombak tidak terlalu tinggi

“Barusan saya mendapat kabar, ada tiga kapal yang menyandar pukul 10.00 WIB, pukul 11.00 WIB dan pukul 14.00 WIB. Satu sudah masuk ke dermaga untuk memasok logistik. Kalau bantuan dari pemerintah belum ada sampai saat ini,” ucap Bago saat dikonfirmasi Sumut Pos, kemarin.

Bago mengatakan atas berlabuh tiga kapal tersebut. Diperkirakan akan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

“Tadi saya cek, bisa memenuhi kebutuhan pokok masyarakat selama satu bulan,” jelasnya.

Berdasarkan data diperoleh kapal pengangkut logistik, terakhir berlabuh ke Pulau Simuk, tiga pekan lalu. Ombak tinggi di perairan Nias menyebabkan kapal tidak berani untuk berlayar.

“Sama hari ini (kemarin) sudah 8 hari, masyarakat konsumsi roti, mie, terigu, ketan dan sagu. Jadi tiga hari lalu yang bisa dibeli di warung itu betul-betul habis. Dan masyarakat hanya konsumsi sagu,” jelas Bago.

Bago mengungkapkan pasokan pangan mengalami kekurangan drastis ini, menyebabkan anak-anak berjatuhan sakit. Ditambah lagi, warung-warung di Pulau Simuk sudah banyak tutup, karena stok kosong untuk dijual.

“Saya sudah tanya ke Puskesmas, beberapa anak-anak jatuh sakit. Karena mereka tidak terbiasa makan sagu. Apalagi sebelumnya mereka hanya makan mie instan saja. Puji Tuhan sampai hari ini tidak ada yang meninggal,” jelas Bago.

Satu dermaga lagi masih dalam tahap pembangunan. Untuk masuk ke dermaga, kapal harus memilih jalur agar tidak menabrak karang.

“Masuk ke pelabuhan Simuk itu sangat sangat ekstrim dan itu sudah berkali kali kapal sudah berlayar 6 jam, hanya menempuh jarak yang harusnya 5 menit mencapai pelabuhan. Itulah ekstrim nya masuk pelabuhan Pulau sSimuk,” jelas Bago.

Bukan hanya kali ini, ancaman kelaparan melanda Simuk. Bago mengatakan lima tahun lalu ancaman serupa pernah terjadi. Namun kata dia, tahun ini merupakan yang terparah.

Selama ini warga di Simuk memang hanya mengandalkan pasokan pangan dari luar pulau. Lantaran warga tidak bisa menanam pangan alternatif di atas pulau.

“Di Simuk itu strukturnya pasir berbatu. Sehingga tak sembarang tanaman bisa hidup. Makanya kita juga tidak punya sawah. Kami pernah menanam ubi dan jagung. Memang tumbuh. Tapi tidak ada umbinya,” tandas Bago.(gus/ram)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara dalam waktu, akan mengirim bantuan ke Pulau Simuk, Kecamatan Simuk, Kabupaten Nias Selatan (Nisel). Karena, warga di pulau tersebut mengalami krisis pangan, beberapa hari belakangan ini.

Krisis pangan ini, disebabkan cuaca ekstrem di perairan Kepulauan Nias. Sehingga kapal pengangkut logistik, tidak berani berlayar. Hal itu, menyebabkan distribusi dan pasokan kebutuhan pokok mengalami kekurangan drastis hingga kosong.

Akibat pasokan pangan kurang, membuat masyarakat mengganti beras dengan sagu hingga roti dan mie instan. Itu pun, stok masih berkurang.

“Terima kasih, pangan di Nias Selatan sudah kami konsultasikan, dalam waktu dekat akan kita beri bantuan kepada masyarakat di sana,” ucap Penjabat (Pj) Gubernur Sumut, Hassanudin kepada wartawan, di Kota Medan, Rabu (21/9/2023).

Mantan Pangdam Sultan Iskandar Muda menjelaskan bahwa bantuan akan dikirim ke Pulau Simuk, bahan kebutuhan pokok masyarakat, seperti beras, gula, minyak goreng dan lain-lainya.

“Yang jelas kebutuhan pokok, sudah kita kordinasikan dengan OPD terkait. Kita akan kordinasikan semuanya,” ucap Hassanudin.

Hassanudin mengungkapkan kondisi Pulau Simuk dengan ombak tinggi di perairan tersebut, membuat akses susah dijangkau bila terjadi cuaca ekstrem melanda.

“Betul, nanti kita kordinasikan tingkat atas. Sehingga masyarakat tidak terisolasi di sana. Terima kasih, teman-teman terus monitor dan update beritanya,” jelas mantan Pangdam I Bukit Barisan.

Sebelum ekspansi beras masuk ke Indonesia, warga Simuk memang memanfaatkan sagu sebagai makanan pokok. Namun saat ini, jumlah luas lahan untuk tanaman sagu terus berkurang. Digantikan perkebunan kelapa untuk dijadikan Kopra sebagai mata pencaharian warga.

Untuk diketahui, Pulau Simuk dihuni sekitar 510 keluarga dengan 3.000 jiwa di 6 desa dan terancam kelaparan.

Camat Simuk, Gentelman Bago mengungkapkan pihaknya, menerima informasi bahwa sudah ada 3 kapal logistik, per kapal dengan berbobot 18 ton masuk ke Pulau Simuk. Mereka memanfaatkan cuaca dengan kondisi ombak tidak terlalu tinggi

“Barusan saya mendapat kabar, ada tiga kapal yang menyandar pukul 10.00 WIB, pukul 11.00 WIB dan pukul 14.00 WIB. Satu sudah masuk ke dermaga untuk memasok logistik. Kalau bantuan dari pemerintah belum ada sampai saat ini,” ucap Bago saat dikonfirmasi Sumut Pos, kemarin.

Bago mengatakan atas berlabuh tiga kapal tersebut. Diperkirakan akan memenuhi kebutuhan pokok masyarakat.

“Tadi saya cek, bisa memenuhi kebutuhan pokok masyarakat selama satu bulan,” jelasnya.

Berdasarkan data diperoleh kapal pengangkut logistik, terakhir berlabuh ke Pulau Simuk, tiga pekan lalu. Ombak tinggi di perairan Nias menyebabkan kapal tidak berani untuk berlayar.

“Sama hari ini (kemarin) sudah 8 hari, masyarakat konsumsi roti, mie, terigu, ketan dan sagu. Jadi tiga hari lalu yang bisa dibeli di warung itu betul-betul habis. Dan masyarakat hanya konsumsi sagu,” jelas Bago.

Bago mengungkapkan pasokan pangan mengalami kekurangan drastis ini, menyebabkan anak-anak berjatuhan sakit. Ditambah lagi, warung-warung di Pulau Simuk sudah banyak tutup, karena stok kosong untuk dijual.

“Saya sudah tanya ke Puskesmas, beberapa anak-anak jatuh sakit. Karena mereka tidak terbiasa makan sagu. Apalagi sebelumnya mereka hanya makan mie instan saja. Puji Tuhan sampai hari ini tidak ada yang meninggal,” jelas Bago.

Satu dermaga lagi masih dalam tahap pembangunan. Untuk masuk ke dermaga, kapal harus memilih jalur agar tidak menabrak karang.

“Masuk ke pelabuhan Simuk itu sangat sangat ekstrim dan itu sudah berkali kali kapal sudah berlayar 6 jam, hanya menempuh jarak yang harusnya 5 menit mencapai pelabuhan. Itulah ekstrim nya masuk pelabuhan Pulau sSimuk,” jelas Bago.

Bukan hanya kali ini, ancaman kelaparan melanda Simuk. Bago mengatakan lima tahun lalu ancaman serupa pernah terjadi. Namun kata dia, tahun ini merupakan yang terparah.

Selama ini warga di Simuk memang hanya mengandalkan pasokan pangan dari luar pulau. Lantaran warga tidak bisa menanam pangan alternatif di atas pulau.

“Di Simuk itu strukturnya pasir berbatu. Sehingga tak sembarang tanaman bisa hidup. Makanya kita juga tidak punya sawah. Kami pernah menanam ubi dan jagung. Memang tumbuh. Tapi tidak ada umbinya,” tandas Bago.(gus/ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/