29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Cemburu Seorang Suami kepada Istri karena Cinta

Rahmi Darwis

Kehidupan rumah tangga tidak akan pernah lepas dari sebuah masalah. Masalah itu akan datang silih berganti, baik datang dari luar atau pun dari dalam diri sendiri setiap pasangan suami istri. Di dalam kehidupan rumah tangga, rasa cinta dan kasih sayang akan semakin terbentuk dan terjalin dengan adanya perwujudan kasih sayang itu sendiri. Salah satu bentuk rasa cinta dan kasih sayang itu adalah cemburu (ghairah).

Cemburu selalu dikonotasikan dalam makna negatif, di mana cemburu pasti memberikan dampak atau efek yang buruk pada setiap pasangan. Padahal, cemburu adalah hal yang lumrah dan suatu perwujudan bentuk kasih sayang seorang kekasih kepada pasangannya.

Cemburu pada pasangan dibenarkan dalam Islam dan apabila tidak ada rasa cemburu, maka perlu dipertanyakan, apakah memang benar pasangan tersebut memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap pasangan yang lainnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah itu muncul manakala seorang mukmin mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah” (HR. Al-Bukhari). Allah sang pencipta alam semesta, pemiliki segalanya adalah juga pecemburu dan cemburu Nya ini merupakan bentuk wujud cinta Nya kepada manusia. Dan bagaimana pula apabila seorang suami tidak ada rasa cemburu terhadap orang yang dikasihinya?

Ghairah (cemburu) adalah menjaga isteri dari berbincang dengan laki-laki yang bukan mahram serta mencari perhatian mereka, juga bersolek dan membuka aurat. Dan bukan menuduh dan menilai rendah agama dan kehormatannya serta memata-matainya. Dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya terdapat suri teladan yang baik dalam hal itu bagi kita semua. Berikut kisah para sahabat mengenai rasa cemburu terhadap istri mereka.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Mughirah, dia berkata; Sa’ad bin ‘Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama isteriku, niscaya aku akan penggal dia dengan pedang tanpa ampun”.  Lalu hal tersebut disampaikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun berkata, “Apakah kalian heran terhadap kecemburuan Sa’ad? Sesung-guhnya aku lebih cemburu daripada dia sedang Allah lebih cemburu lagi dariku.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, ketika melihat hamba laki-laki atau hamba perempuan-Nya yang berzina, wahai umat Muhammad.”

Dari Asma’ binti Abi Bakar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Zubair menikahiku, sedang dia tidak memiliki harta di muka bumi ini, tidak juga budak, dan tidak juga hal lainnya, selain telaga air dan kuda. Aku yang biasa memberi makan dan minum kudanya, juga menjahit geribahnya (kantong air) dan membuat adonan. Padahal aku tidak begitu pintar untuk membuat adonan roti. Beberapa wanita Anshar tetanggaku biasa membantuku membuat adonan roti, dan mereka adalah wanita-wanita yang jujur. Aku memindahkan biji-bijian dari tanah Zubair yang telah diputuskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengangkutnya di atas kepalaku. Dariku, tempat itu berjarak dua pertiga farsakh. Pada suatu hari, aku datang dengan biji-bijian itu di atas kepalaku, lalu aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersamanya terdapat beberapa orang Anshar. Lalu beliau memanggilku dan kemudian berkata, “Sini-sini”, untuk membawaku di belakangnya., tetapi aku malu untuk berjalan bersama kaum pria. Dan aku ceritakan tentang Zubair dan kecemburuannya, dan dia termasuk orang yang paling pencemburu- lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kalau aku telah malu. Kemudian beliau berlalu.

Selanjutnya aku mendatangi Zubair dan kukatakan, Rasulullah  telah bertemu denganku sedang di atas kepalaku terdapat biji-bijian sementara bersama beliau terdapat beberapa orang Sahabatnya, lalu beliau menderumkan untanya untuk aku naiki, sehingga aku merasa malu kepada beliau dan aku mengetahui kecemburuanmu. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, bawaanmu berupa biji-bijian belumlah seberapa bagiku daripada engkau naik unta bersamanya” Asma’ berkata, “Sehingga setelah itu Abu Bakar mengutus seorang pelayan kepadaku yang membantuku untuk mengurus kuda. Seakan-akan ayahku telah memerdekakanku.”

Imam al-Bukhari rahimahullah berkata, Muhammad bin Abi Bakar al-Muqaddami memberitahu kami, ia berkata, Mu’tamir memberitahu kami dari ‘Ubaidillah bin Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Aku pernah masuk Surga atau aku pernah mendatangi surga, tiba-tiba aku melihat sebuah istana, lalu kutanyakan, “Untuk siapa istana ini?”  Mereka menjawab, “Untuk ‘Umar bin al-Khath-thab”.  Maka aku ingin sekali memasukinya dan tidak ada yang menghalangiku, kecuali pengetahuanku tentang kecemburuanmu.”

Umar bin al-Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, demi ayah, dirimu, dan ibuku, wahai Nabi Allah, apakah pantas aku cemburu kepadamu?” Abdan memberitahu kami, ia berkata, Abdullah memberitahu kami dari Yunus dari az-Zuhri, dia berkata, Ibnul Musayyib dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ketika kami tengah duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”, “Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi berada di Surga, tiba-tiba ada seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, lalu kutanyakan, “Untuk siapa istana ini?” Dia menjawab, “Ini untuk Umar”.  Kemudian aku teringat pada kecemburuannya, lantas aku berbalik pergi”.

Maka  Umar pun menangis sedang dia tengah berada di dalam majelis dan kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, apakah pantas aku cemburu kepadamu?” Dan di antara bentuk kecemburuan yang dianjurkan adalah melarang isteri memperlihatkan dandanannya kepada laki-laki lain yang bukan mahram, seperti saudara-saudara laki-laki suaminya dan juga yang lainnya.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Janganlah kalian masuk (ke tempat) wanita.” Lalu seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagai-mana pendapatmu dengan al-hamwu (ipar)?” Beliau menjawab, “al-Hamwu itu kematian.”

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan al-Hamwu di sini adalah kerabat suami selain ayah dan anak-anaknya, karena mereka adalah mahram bagi isteri yang diperbolehkan bagi mereka untuk berkhulwah (menyendiri) dengannya dan mereka tidak disebut sebagai ‘kematian.’ Karena yang dimaksudkan dengan al-Hamwu itu adalah saudara laki-laki (maksudnya, yaitu dari pihak suami-pent), anak laki-laki dari saudara laki-laki, paman dan anaknya, serta yang semisalnya yang bukan mahram (maksudnya, yaitu dari pihak suami). Biasanya, orang-orang cenderung meremehkan masalah ini sehingga dia berkhulwah dengan isteri saudara laki-lakinya padahal ia adalah ‘kematian’ (membawa kepada fitnah dan bahaya lainnya) dan ia lebih patut untuk dihindari daripada laki-laki asing.

Dan di antara bentuk kecemburuan yang dianjurkan adalah tidak menyodorkan isteri untuk dimangsa fitnah. Hal itu bisa dalam bentuk pergi dari sisinya terlalu lama atau dengan memasukkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah, baik itu berupa pesawat televisi ataupun yang lainnya serta tidak mendorongnya untuk banyak keluar ke pasar atau rumah sakit.

Keharmonisan kehidupan dalam suatu rumah tangga terlihat bagaimana perilaku sang suami terhadap istri ataupun sebaliknya. Sikap suami yang bijaksana dalam menghadapi masalah berperan penting terjalinnya hubungan yang baik. Seperti yang telah diceritakan dari kisah para sahabat, rasa cemburu merupakan hal yang wajar dan memang harus dimiliki oleh setiap muslim. Rasa cemburu bukanlah hal yang negating yang selama ini dikenal dilingkungan disekitar kita. Tidak ada yang salah dari kecemburuan terhadap pasangan akan tetapi yang salah itu adalah bagaimana menyikapi cemburu yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan dalam hubungan pernikahan. (*)

Penulis adalah Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara .

Rahmi Darwis

Kehidupan rumah tangga tidak akan pernah lepas dari sebuah masalah. Masalah itu akan datang silih berganti, baik datang dari luar atau pun dari dalam diri sendiri setiap pasangan suami istri. Di dalam kehidupan rumah tangga, rasa cinta dan kasih sayang akan semakin terbentuk dan terjalin dengan adanya perwujudan kasih sayang itu sendiri. Salah satu bentuk rasa cinta dan kasih sayang itu adalah cemburu (ghairah).

Cemburu selalu dikonotasikan dalam makna negatif, di mana cemburu pasti memberikan dampak atau efek yang buruk pada setiap pasangan. Padahal, cemburu adalah hal yang lumrah dan suatu perwujudan bentuk kasih sayang seorang kekasih kepada pasangannya.

Cemburu pada pasangan dibenarkan dalam Islam dan apabila tidak ada rasa cemburu, maka perlu dipertanyakan, apakah memang benar pasangan tersebut memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap pasangan yang lainnya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan kecemburuan Allah itu muncul manakala seorang mukmin mengerjakan apa yang diharamkan oleh Allah” (HR. Al-Bukhari). Allah sang pencipta alam semesta, pemiliki segalanya adalah juga pecemburu dan cemburu Nya ini merupakan bentuk wujud cinta Nya kepada manusia. Dan bagaimana pula apabila seorang suami tidak ada rasa cemburu terhadap orang yang dikasihinya?

Ghairah (cemburu) adalah menjaga isteri dari berbincang dengan laki-laki yang bukan mahram serta mencari perhatian mereka, juga bersolek dan membuka aurat. Dan bukan menuduh dan menilai rendah agama dan kehormatannya serta memata-matainya. Dalam diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabatnya terdapat suri teladan yang baik dalam hal itu bagi kita semua. Berikut kisah para sahabat mengenai rasa cemburu terhadap istri mereka.

Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, dari Mughirah, dia berkata; Sa’ad bin ‘Ubadah berkata, “Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama isteriku, niscaya aku akan penggal dia dengan pedang tanpa ampun”.  Lalu hal tersebut disampaikan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau pun berkata, “Apakah kalian heran terhadap kecemburuan Sa’ad? Sesung-guhnya aku lebih cemburu daripada dia sedang Allah lebih cemburu lagi dariku.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Wahai umat Muhammad, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah, ketika melihat hamba laki-laki atau hamba perempuan-Nya yang berzina, wahai umat Muhammad.”

Dari Asma’ binti Abi Bakar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Zubair menikahiku, sedang dia tidak memiliki harta di muka bumi ini, tidak juga budak, dan tidak juga hal lainnya, selain telaga air dan kuda. Aku yang biasa memberi makan dan minum kudanya, juga menjahit geribahnya (kantong air) dan membuat adonan. Padahal aku tidak begitu pintar untuk membuat adonan roti. Beberapa wanita Anshar tetanggaku biasa membantuku membuat adonan roti, dan mereka adalah wanita-wanita yang jujur. Aku memindahkan biji-bijian dari tanah Zubair yang telah diputuskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan mengangkutnya di atas kepalaku. Dariku, tempat itu berjarak dua pertiga farsakh. Pada suatu hari, aku datang dengan biji-bijian itu di atas kepalaku, lalu aku bertemu dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bersamanya terdapat beberapa orang Anshar. Lalu beliau memanggilku dan kemudian berkata, “Sini-sini”, untuk membawaku di belakangnya., tetapi aku malu untuk berjalan bersama kaum pria. Dan aku ceritakan tentang Zubair dan kecemburuannya, dan dia termasuk orang yang paling pencemburu- lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengetahui kalau aku telah malu. Kemudian beliau berlalu.

Selanjutnya aku mendatangi Zubair dan kukatakan, Rasulullah  telah bertemu denganku sedang di atas kepalaku terdapat biji-bijian sementara bersama beliau terdapat beberapa orang Sahabatnya, lalu beliau menderumkan untanya untuk aku naiki, sehingga aku merasa malu kepada beliau dan aku mengetahui kecemburuanmu. Kemudian beliau berkata, “Demi Allah, bawaanmu berupa biji-bijian belumlah seberapa bagiku daripada engkau naik unta bersamanya” Asma’ berkata, “Sehingga setelah itu Abu Bakar mengutus seorang pelayan kepadaku yang membantuku untuk mengurus kuda. Seakan-akan ayahku telah memerdekakanku.”

Imam al-Bukhari rahimahullah berkata, Muhammad bin Abi Bakar al-Muqaddami memberitahu kami, ia berkata, Mu’tamir memberitahu kami dari ‘Ubaidillah bin Muhammad bin al-Munkadir dari Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
“Aku pernah masuk Surga atau aku pernah mendatangi surga, tiba-tiba aku melihat sebuah istana, lalu kutanyakan, “Untuk siapa istana ini?”  Mereka menjawab, “Untuk ‘Umar bin al-Khath-thab”.  Maka aku ingin sekali memasukinya dan tidak ada yang menghalangiku, kecuali pengetahuanku tentang kecemburuanmu.”

Umar bin al-Khaththab berkata, “Wahai Rasulullah, demi ayah, dirimu, dan ibuku, wahai Nabi Allah, apakah pantas aku cemburu kepadamu?” Abdan memberitahu kami, ia berkata, Abdullah memberitahu kami dari Yunus dari az-Zuhri, dia berkata, Ibnul Musayyib dari Abu Hurairah, dia berkata, “Ketika kami tengah duduk bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”, “Ketika aku sedang tidur, aku bermimpi berada di Surga, tiba-tiba ada seorang wanita berwudhu di samping sebuah istana, lalu kutanyakan, “Untuk siapa istana ini?” Dia menjawab, “Ini untuk Umar”.  Kemudian aku teringat pada kecemburuannya, lantas aku berbalik pergi”.

Maka  Umar pun menangis sedang dia tengah berada di dalam majelis dan kemudian berkata, “Wahai Rasulullah, apakah pantas aku cemburu kepadamu?” Dan di antara bentuk kecemburuan yang dianjurkan adalah melarang isteri memperlihatkan dandanannya kepada laki-laki lain yang bukan mahram, seperti saudara-saudara laki-laki suaminya dan juga yang lainnya.

Dari ‘Uqbah bin ‘Amir bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Janganlah kalian masuk (ke tempat) wanita.” Lalu seorang laki-laki dari kaum Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagai-mana pendapatmu dengan al-hamwu (ipar)?” Beliau menjawab, “al-Hamwu itu kematian.”

Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan al-Hamwu di sini adalah kerabat suami selain ayah dan anak-anaknya, karena mereka adalah mahram bagi isteri yang diperbolehkan bagi mereka untuk berkhulwah (menyendiri) dengannya dan mereka tidak disebut sebagai ‘kematian.’ Karena yang dimaksudkan dengan al-Hamwu itu adalah saudara laki-laki (maksudnya, yaitu dari pihak suami-pent), anak laki-laki dari saudara laki-laki, paman dan anaknya, serta yang semisalnya yang bukan mahram (maksudnya, yaitu dari pihak suami). Biasanya, orang-orang cenderung meremehkan masalah ini sehingga dia berkhulwah dengan isteri saudara laki-lakinya padahal ia adalah ‘kematian’ (membawa kepada fitnah dan bahaya lainnya) dan ia lebih patut untuk dihindari daripada laki-laki asing.

Dan di antara bentuk kecemburuan yang dianjurkan adalah tidak menyodorkan isteri untuk dimangsa fitnah. Hal itu bisa dalam bentuk pergi dari sisinya terlalu lama atau dengan memasukkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah, baik itu berupa pesawat televisi ataupun yang lainnya serta tidak mendorongnya untuk banyak keluar ke pasar atau rumah sakit.

Keharmonisan kehidupan dalam suatu rumah tangga terlihat bagaimana perilaku sang suami terhadap istri ataupun sebaliknya. Sikap suami yang bijaksana dalam menghadapi masalah berperan penting terjalinnya hubungan yang baik. Seperti yang telah diceritakan dari kisah para sahabat, rasa cemburu merupakan hal yang wajar dan memang harus dimiliki oleh setiap muslim. Rasa cemburu bukanlah hal yang negating yang selama ini dikenal dilingkungan disekitar kita. Tidak ada yang salah dari kecemburuan terhadap pasangan akan tetapi yang salah itu adalah bagaimana menyikapi cemburu yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan dalam hubungan pernikahan. (*)

Penulis adalah Mahasiswa Magister Kenotariatan Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara .

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/