MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sejumlah dosen STMIK Triguna Dharma berinovasi dalam meningkatkan kreativitas anak. Lewat education fieldtrip atau studi lapangan, para dosen mengimplementasikan tools robotik berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, dan Math (STEAM). Inovasi ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat.
Adapun dosen yang melakukan, Devri Suherdi SKom MKom, Syarifah Fadillah Rezky Skin MKom, dan Kartika Sari SKom MKom. Para dosen juga dibantu mahasiswa dan Robobrick Lab (Robotik dan Bricks Laboratory).
Ketua Tim Pengabdian, Devri Suherdi menyampaikan berkembangnya teknologi industri menuntut manusia untuk berpikir maju. Karena itu, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman. “Upaya meningkatkan kreativitas anak ini dilakukan lewat education fieldtrip, tentunya dengan memanfaatkan teknologi. Hal ini akan diterapkan sejak usia dini dan remaja agar mereka melek IT. Namun demikian, support dan peran orang tua sangat membantu agar anak-anaknya tercapai menjadi anak yang berkreativitas tinggi, berinovasi tinggi serta berkarakter di masa depan,” ungkapnya, Selasa (3/10).
Devri menjelaskan, metode education fieldtrip ini merupakan studi lapangan yang akan dilakukan oleh siswa dan siswi sekolah atau lembaga untuk melakukan kegiatan belajar yang dilaksanakan baik di lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Tujuannya, untuk memberikan pengalaman belajar nyata kepada siswa dan siswi apalagi dengan diterapkannya media yang mendukung teknologi dan pembelajaran sekarang. Maka dari itu, sangat penting rasanya dukungan orang tua, sekolah dan para penggiat teknologi dan pendidikan.
Akan tetapi, mungkin tidak semua sekolah atau lembaga yang melakukan atau melaksanakan kegiatan fieldtrip ini. Hal itu mengingat jumlah siswa dan anggaran yang terbatas. “Kita, peneliti berupaya untuk mewujudkan kegiatan fieldtrip ini ke lembaga lembaga sekolah terkait agar siswa dan siswinya dapat menunjang pembelajaran sekolah dengan mengikuti kegiatan education fieldtrip, trial robot building,” terang Devri.
Dia menuturkan, permasalahan yang sering ditemukan adalah kurangnya wawasan siswa dan siswi mengenai keilmuan teknologi yang dapat menunjang pembelajaran mereka. Padahal, media teknologi dapat membantu cara mereka untuk berfikir sistematis, meningkatkan motorik halus pada anak usia dini, keterampilan imajinasi, merangsang keterampilan inovatif, melatih kerja sama serta melatih kesabaran dan ketekunan yang notabenenya hanya untuk mendukung kegiatan belajar formal mereka.
“Saat ini, robotik lah yang merupakan salah satu teknologi dan hadir di lingkungan masyarakat. Dimana, nantinya robot ini akan diciptakan dan dibuat untuk mampu membantu tugas manusia baik itu dalam skala besar maupun kecil. Sebuah robot yang nantinya dibuat dan akan dilengkapi dengan brain susunan komponen fisik serta software yang akan ditanamkan, hingga menghasilkan sifat dan tingkah laku. Salah satu media yang akan kita gunakan nantinya dalam kegiatan education fieldtrip ini adalah Wedo Education 1.0,” papar Devri.
Wedo Education 1.0 merupakan alat edukasi yang memperkenalkan sebuah bentuk pola dua dan tiga dimensi, hingga perpaduan warna untuk mengekspresikannya. Serta, programming puzzle dan blok untuk pengaplikasiannya. “Hal yang dipelajari dari media ini adalah tentang bagaimana kekokohan project yang dibangun dengan melatih sensor motorik anak. Tentunya banyak keuntungan yang didapat dari media edukasi ini, yaitu dapat mengembangkan kreatifitas dan imajinasi anak, mengasah keterampilan yang ada, membentuk cara berfikir sistematis, melatih kesabaran dan meningkatkan logika programming pada anak usia dini dan remaja,” sambung Devri.
Ia menambahkan, dengan menggunakan media ini dapat membantu anak anak untuk menunjang pembelajarannya di sekolah seperti ilmu pengetahuan, matematika, biologi dan fisika. Hal itu telah dilakukan di Kelas 4 Plus SD Swasta Nurul Huda pada beberapa waktu lalu (29/8).
Wali Kelas 4 Plus SD Swasta Nurul Huda, Sri Andalusiawati, SPdi memberikan apresiasi dan terima kasih kepada dosen STMIK Triguna Dharma karena sudah mau memberikan sumbangsihnya. Yaitu, pengabdian kepada anak-anak sehingga kelak nantinya mereka bisa berinovasi, berkarya sesuai dengan bakat dan minatnya yang dapat teraplikasi dalam kehidupan sehari-hari. “Ini juga merupakan salah satu tujuan dari kurikulum merdeka. Artinya, memberikan kemerdekaan kepada anak didik untuk berkarya, belajar sesuai dengan bidang yang ditekuninya,” ujar Sri. (rel/azw)