JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Suara pemilih muda bakal menentukan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Mengingat, jumlahnya yang mencapai 60 persen dari total pemilih. Sebagai kelompok menentukan, basis pertimbangan dalam menyatakan pilihan kelompok tersebut sejauh ini masih cukup positif.
Berdasar survei yang dilakukan Katadata, pemilih muda terpotret sangat rasional. Sebab, basis yang digunakan terukur. “Karena melihat rekam jejak dan visi-misi program,” kata Manajer Survei Satria Triputra di Jakarta, kemarin (14/11).
Dua pertimbangan tersebut sangat dominan. Yakni, 35,5 persen responden memperhatikan rekam jejak dan diikuti visi-misi sebesar 29,8 persen. Angka itu jauh di atas pertimbangan-pertimbangan primordial seperti agama, suku, asal daerah, ataupun usia yang angkanya di bawah 10 persen.
Data tersebut sejalan dengan tantangan dan harapan yang disampaikan anak muda. Mayoritas menginginkan perubahan pada isu-isu riil di masyarakat. Yang paling menggelisahkan bagi generasi muda adalah lapangan kerja.
Survei mencatat, sebanyak 48,2 persen berharap lapangan kerja menjadi isu yang paling disuarakan. Diikuti isu jaminan kesehatan dan kesejahteraan 13,5 persen serta peningkatan ekonomi digital 13,2 persen. “Anak muda suka kampanye lebih praktis seperti mengadakan pelatihan kewirausahaan,” tuturnya.
Satria menambahkan, dari sisi ketertarikan politik, 59,2 persen anak muda menyatakan tertarik. Namun, realisasinya masih sebatas pada kesiapan untuk mencoblos di TPS. Sementara untuk terlibat langsung dalam politik praktis relatif masih rendah.
Dharmaji Suardika, ketua Tim Pemenangan Muda TPN Ganjar Pranowo-Mahfud MD, mengatakan bahwa temuan survei pemilih muda sangat rasional tidak mengejutkan. Faktanya, anak-anak muda saat ini sudah pintar dan kritis. “Anak-anak muda Indonesia sudah baik,” ujarnya.
Salah satunya dipengaruhi akses terhadap informasi yang sudah sangat mudah. Meski di sisi lain, di era post truth memberi dampak negatif pada pendirian yang mudah digoyang dengan akrobat buzzer dan sebagainya.
Bagi TPN, aspek rekam jejak menjadi menu utama dalam kampanye. Dia meyakini, kiprah Ganjar sebagai gubernur dan Mahfud sebagai birokrat kaya pengalaman menjadi modal yang positif. “Kami tiap hari bagaimana menceritakan jelas dari rekam jejaknya,” terang dia.
Angga Putra, juru bicara tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Amin), mengatakan bahwa dominannya harapan anak-anak muda pada perbaikan persoalan riil di masyarakat sangat dimaklumi. Sebab, faktanya situasi nasional saat ini tidak cukup ideal. Dalam hal lapangan kerja, misalnya, ada keterbatasan yang membuat generasi muda gelisah. “Sinyal keadaan nggak baik-baik saja sekarang,” katanya.
Jika persoalan dasar belum tuntas, lanjut Angga, sulit bagi anak-anak muda beranjak pada isu-isu yang lebih spesifik. Misalnya lingkungan dan sebagainya. Bagi pasangan Amin, isu anak muda masuk dalam prioritas di 148 halaman visi-misi. “Anak muda harus terwakili agendanya,” tegas dia.
Arief Rosyid, komandan pemilih muda TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, menambahkan, pihaknya memiliki komitmen kuat untuk memberikan ruang kepada anak muda. Tidak hanya teori, pihaknya bahkan memberikan ruang kepada anak muda untuk maju dalam kontestasi pilpres.
Selain itu, dari sisi visi-misi tertuang dalam sejumlah program. Misalnya fasilitas kredit start-up yang disampaikan Gibran dalam pidato politiknya. “Ini salah satunya untuk kebutuhan ke depan membuka lapangan kerja,” tuturnya. (far/c9/fal/jpg)