Drs John F Marpaung MA
Fenomena kenakalan remaja dan anak-anak muda kita semakin menjadi-jadi. Kalau dulu ancaman bahaya terhadap remaja adalah bahaya seks bebas, narkoba, miras, kini muncul ancaman yang baru, geng motor.
Kita tidak tahu pasti cikal bakal lahirnya geng motor sebagai bahaya baru bagi masyarakat.
Bayangkan, kalau kita di Kota Medan berjalan pada malam Minggu di atas jam 12, kita bisa diberhentikan tanpa sebab, dipukul tanpa sebab, sepeda motor atau harta benda lainnya dibawa lari.
Sungguh sebuah pemandangan yang jauh dari manusia beradab dan bermoral. Nurani sudah mati, etika sudah hilang, pikiran mungkin juga sudah dirasuki oleh setan.
Kini geng motor menjadi penyakit sosial baru di kota-kota besar seperti Medan dan Jakarta. Hampir setiap malam Minggu di Kota Medan anak-anak nakal ini membuat keonaran. Melempar pom bensin, melempar KFC, merampok, bahkan tidak segan memukul tanpa belas kasihan sedikitpun.
Kita pun sangat menyesalkan mengapa aparat Polri tidak bisa mengatasi masalah ini. Memang Polri sebagai institusi tidak bisa sendirian mengatasi ini. Tetapi sebagai institusi yang punya kapasitas dan kewenangan kelembagaan sudah seharusnya Polri mengatasi ini dengan maksimal agar tercipta sebuah masyarakat yang kondusif serta tertib di negara kita.
Kitapun tidak tahu persis apa yang dicari oleh geng motor ini. Apakah dengan melakukan kekerasan mereka bisa menjadi kaya mendadak? Tentu tidak. Apakah dengan melakukan kekerasan mereka langsung menjadi freeman yang dihormati dan ditakuti oleh masyarakat? Tidak juga.
Sekarang bukan lagi zaman otot, tetapi zaman otak. Budaya fisik dalam arti premanisme tidak lagi pada tempatnya. Negara-negara luar sekarang bicara mengenai nuklir, kemajuan IT, kemajuan teknologi mutahir. Mereka bukan bicara mengenai bagaimana manusia yang kebal senjata. Tetapi apa yang bisa dilakukan untuk terus melakukan penemuan teknologi terkini.
Lantas, apa sebenarnya yang kau cari geng motor? Kalau mafia Italia di Sisilia dan Venezia jelas yang dicari, yakni uang..uang..uang.. dan uang. Mereka bermain pada kelas tinggi. Mereka tidak menyusahkan orang kecil. Mereka bermain pada level atas dan selalu melakukan aksinya dengan teknologi terkini. Artinya mereka merupakan mafia yang terorganisir dan punya Renstra yang jelas. Mereka punya tujuan yang jelas pula. Mereka punya target yang ingin dicapai. Sekalipun mereka mengabaikan moral. Tidak seperti geng motor kita yang tidak tahu apa yang mau dicari. Justru merugikan orang lain.
Geng motor memberikan kita banyak pesan. Ada beberapa hal yang perlu kita pahami sekaligus mengenai mengenai geng motor ini. Pertama, kita dihadapkan pada sebuah fase krisis generasi. Bayangkan apa jadinya bangsa ini tanpa dukungan generasi yang bermoral dan berahlak. Geng motor merupakan sebuah pesan bahwa bangsa ini dihadapkan pada krisis moral. Kita tidak tahu apakah keluarga, sekolah gagal menndidik mereka menjadi manusia bermoral? Kalaulah kita bilang bahwa kekerasan karena kemiskinan, fenomena geng motor bukanlah karena kemiskinan. Mana mungkin orang miskin mau membelikan anaknya sepeda motor yang harganya lumayan mahal.
Justru orang yang bergabung di geng motor adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi dan dari kalangan kelas atas. Selama ini studi sosiologi selalu menempatkan akar dari kekerasan adalah kemiskinan dan kesenjangan sosial. Geng motor bukan lahir dari kekerasan dan kesenjangan sosial.
Geng motor lahir sebagai sebuah konsekuensi logis kegagalan keluarga dan sekolah dalam mendidik mereka menjadi manusia bermoral. Ini pun tidak bisa menjadi sebuah kesimpulan.
Kedua, negara ini membutuhkan pendidikan karakter yang kuat agar menjadi negara yang punya masa depan yang lebih bagus. Geng motor merupakan sebuah potret dimana anak-anak muda ini kehilangan karakter yang bagus. Presiden Soekarno dulu selalu menekankan perlunya sebuah karakter yang kuat bagi bangsa Indonesia agar bisa menajdi bangsa yang diperhitungkan. Kegagalan menanamkan karakter yang kuat bagi bangsa ini menjadi tanggung jawab kita semua.
Ketiga, perlu sebuah upaya bagaimana menjadikan anak-anak muda ini menjadi asik dengan hal-hal yang bersifat positif. Pengalaman saya ketika belajar di Virginia State University tahun 1994 banyak tempat-tempat anak muda menuangkan bakatnya. Mulai dari bengkel remaja, olahraga, dan berbagai sarana publik lainnya. Mereka semua menuangkan bakatnya dan bebas mengekspresikan kemampuannya. Sehingga dari mereka terbangun sebuah energi yang sangat positif. Membuat mereka asik dengan hal-hal yang positif tidaklah sulit. Hanya butuh komitmen dari penguasa di negara ini. Memang negara kita sekarang berjuang sangat keras agar terbebas dari korupsi. Korupsi menjadi penyakit akut bangsa yang membuat semua sendi kehidupan bangsa ini sangat rapuh.
Sekali lagi, apa yang kau cari geng motor sehingga meresahkan masyarakat? Engkau geng motor tidak akan pernah menajdi kaya dengan perilaku seperti ini. Engkau geng motor hanya akan menjadi sampah masyarakat yang akan busuk dan dicampakkan ke tong sampah masyarakat.
Engkau geng motor harus melihat ini bukan lagi zaman otot, tetapi zaman otak. Engkau geng motor tidak usah menjadi belajar jadi preman karena preman bukan zamannya lagi.
Kita harus berjuang terus bagaimana supaya bibit geng motor divaksin agar jangan menyebar. Mengamputasi genologi geng motor adalah keharusan.
Sungguh sebuah perilaku biadab memukul orang yang tidak tahu apa-apa dan merampoknya dengan ramai-ramai di tempat umum. Untuk itu Polri harus tegas agar muncul efek jera. Sudah banyak persoalan yang dialami oleh negara ini. Muncul lagi persoalan yang sangat menyayat hati, sekelompok orang atas nama geng motor melakukan keonaran di tempat umum.
Tidak segan-segan memukul dan merampok orang di jalan raya. Mari berperang melawan geng motor mulai dari keluarga. Keluarga harus mengevaluasi dan mendidik semua anak remajanya sebagai pencegahan yang paling efektif. Sekali lagi, apa yang kau cari geng motor? Kalau mafia Italia di Sisilia sangat jelas yang dicari. Sementara kau geng motor tidak tahu apa yang mau kau cari.(*)
Penulis adalah: Ketua Pembina STMIK Pelita Nusantara Medan