Penanngangan Cepat Selamatkan Korban Keracunan Makanan
Makanan yang dimakan biasa-biasa saja. Namun, jika tiba-tiba mual, muntah, dan pusing, bisa jadi kondisi tersebut pertanda keracunan.
KERACUNAN makanan hendaknya tak diabaikan. Sebab, ada risiko dampak serius keracunan hingga berujung pada kematian.
Misalnya, yang dialami Ponco, yang meninggal karena mengalami dehidrasi. Selain Ponco, istri, anak, menantu, dan cucunya mengalami keracunan setelah makan daging sapi. Namun, kondisi korban yang lain tak separah Ponco (Grup Sumut Pos, Selasa (1/5).
Menurut dr Yudianto, ada beberapa gangguan awal yang menjadi tanda ke racunan. Di antaranya, kram perut, mual, pusing, muntah, dan akhirnya diare. Kejadian mual hingga muntah berlangsung cukup cepat, seti daknya sejam setelah terkonta minasi. ’’Diare baru muncul tiga jam setelah mengalami mual dan pusing,’’ ucapnya.
Biasanya, keracunan sembuh sendiri dalam waktu 24 jam. Namun, ada kalanya gejalanya berlanjut hingga korban muntah lebih dari 3–4 kali. Kondisi tersebut terus berlanjut hingga 3 jam kemudian.
Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah diare disertai darah ataupun lendir. ’’Orang terdekat harus langsung memberikan pertolongan pertama agar kondisi korban keracunan tak bertambah parah,’’ terang dokter lulusan FK Unair itu.
Pertolongan pertama adalah minum obat penetral racun (selengkapnya lihat grafis). Salah satunya, norit yang bersifat arang aktif yang mampu menyerap apa pun yang berada di sekitarnya, termasuk racun. Hanya, norit cuma menyerap racun yang masih di saluran pencernaan dan belum ikut beredar dalam darah.
Meski norit mampu menyerap banyak racun, obat tersebut juga menyerap zat gizi dan vitamin di makanan. Karena itu, saat minum obat tersebut, korban harus terus mendapat cairan untuk mengganti zat yang ikut terserap norit. Bila tak tersedia norit, bisa minum air kelapa hijau atau susu.
Susu memiliki kelebihan mengikat racun dalam tubuh agar tak beredar lebih jauh. Susu juga bisa merangsang muntah sehingga makanan beracun bisa ikut keluar.
’’Bila kondisi berlanjut meski sudah diberian pertolongan pertama, segera bawa ke rumah sakit. Sebab, dikhawatirkan korban akan mengalami dehidrasi karena sering muntah dan diare,’’ imbuh dokter tersebut.
Apalagi bila korban keracunan adalah balita dan lansia. Tentu lebih baik secepatnya dibawa ke RS. Tubuh anak mengandung banyak cairan. Bila mengalami dehidrasi, kondisinya akan membahayakan.
Kasus keracunan makanan memang banyak terjadi. Namun, ada satu hal yang perlu diwaspadai. Yakni, keracunan makanan kemasan kaleng. Terutama karena ada bakteri clostridium botulinum.
Korban keracunan bakteri tersebut ditandai pandangan kabur, sulit berbicara, hingga lemah seluruh tubuh. Gejala lebih lanjut adalah sulit bernapas maupun tidak mampu menggerakkan lengan atau kaki.
Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih besar.
Salah satu tanda kemasangmengandung racun, bau tak wajar saat kaleng dibuka. Bila terjadi perubahan rasa maupun tekstur, jangan nekat mengonsumsi makanan tersebut. ’’Meski belum kedaluwarsa, bila ada tandatanda perubahan rasa, bentuk, tekstur, dan bau, jangan dikonsumsi,’’ tegasnya.
Perlukah membawa sampel makanan atau faces ke RS? ’’Bila hanya keracunan individual, tak perlu seperti itu,’’ tambahnya. (ai/c5/nda/jpnn)