32 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Sensor Gempa Berbasis Teknologi Jebakan Magnetik PDL Siap Diproduksi Massal

INSTITUT Teknologi (IT) Del mencapai kemajuan penting dalam pengembangan sensor gempa (seismometer) berbasis teknologi jebakan magnetic Parallel Dipole Line (PDL) sensor. Pada 23 September 2024, diskusi mengenai tahap produksi massal seismometer digelar di kampus IT Del.

Teknologi yang ditemukan Oki Gunawan (peneliti IBM)
diharapkan menjadi solusi efektif pemantauan gempa bumi yang lebih detail dan masif di Indonesia, terutama menghadapi ancaman megathrust.

Diskusi ini dihadiri pemangku kepentingan, termasuk Indra Tambunan (dekan Fakultas Informatika dan Teknik Elektro selaku ketua Tim Peneliti IT Del), Januar Arifin dan Hilya Fauzi (BMKG Pusat), Agus Riyanto (BMKG Sumut) dan Gatot (BMKG Silangit). Turut hadir Pungky D Sastya (senior engineer PT Len Industri) sebagai mitra utama dalam produksi massal seismometer.

Sebelumnya, IBM diwakili Oki Gunawan sebagai penemu teknologi PDL sensor, telah menjalin kerja sama strategis dengan IT Del melalui technology transfer sejak 2023. Melalui kerja sama ini memungkinkan IT Del memproduksi alat tersebut secara mandiri.

Perlu diketahui bahwa Indonesia, salah satu negara dengan aktivitas seismik tertinggi di dunia yang dapat mengancam lebih 270 juta penduduk. Teknologi sensor gempa saat ini sangat mahal dan harus diimpor. Dengan teknologi PDL sensor, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mitigasi bencana yang lebih canggih, efisien dan mandiri.

Sistem PDL sensor menggunakan prinsip jebakan magnetic yang menggunakan efek fisika yang unik dan baru yang dikenal sebagai ‘jebakan punuk unta’ untuk mendeteksi sinyal gempa bumi dengan sensitivitas yang sangat tinggi, bahkan untuk gempa bumi skala menengah (sekitar M6) yang terjadi ribuan kilometer dari lokasi sensor.

Seismometer berbasis PDL sensor telah dikembangkan melalui beberapa generasi. Generasi pertama yang diuji coba di Italia, berfungsi sebagai demonstrasi awal dari konsep sensor PDL. Generasi kedua dimulai pasca-gempa Lombok 2018 dengan tambahan digitizer dan kemampuan koneksi ke internet.

Seismometer generasi ketiga yang digunakan dalam proyek IT Del. Sensor ini dilengkapi dengan sensor geofon vertikal dan casing yang profesional. Kini, seismometer generasi keempat siap diproduksi massal yang dilengkapi akselerometer tiga sumbu dan mikrokontroller yang lebih canggih. Generasi keempat memiliki lebih banyak fungsi dan berperforma tinggi sehingga lebih canggih dan efektif digunakan di Indonesia.

Pengujian seismometer generasi kedua dan ketiga di Kampus IT Del menunjukkan hasil yang luar biasa. Pada 3 April 2024, gempa berkekuatan M7.3 di Taiwan (berjarak 3.400 km) berhasil direkam PDL sensor generasi ke-2 di Laboratorium Teknik Elektro IT Del. Gempa berkekuatan M6.3 pada 17 April 2024 di Jepang (berjarak 4.886 km) juga terekam dengan baik.

Sensor ini bahkan mampu mendeteksi sinyal gempa dari Meksiko (berjarak 17.745 km) dan berbagai negara lain. Alat ini mengalahkan performa sensor geofon tradisional dalam mendeteksi sinyal gempa pada jarak teleseismik (lebih dari 1.000 km).

Pengembangan seismometer berbasis PDL sensor sejalan dengan fokus pemerintah dalam mempersiapkan sistem mitigasi bencana yang lebih kuat dan mandiri, terutama untuk mengantisipasi potensi megathrust yang bisa memicu gempa besar.

Dengan dukungan BMKG dan PT Len Industri, produksi massal seismometer generasi keempat akan memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat jaringan seismik nasional, meningkatkan kapasitas deteksi dan mitigasi bencana di Indonesia.

Teknologi PDL sensor yang inovatif menjadi bukti Indonesia mampu mengembangkan dan memproduksi teknologi tinggi dan berstandar internasional.

Kerja sama IT Del, IBM, BMKG dan PT Len Industri ini memberi solusi yang berdampak besar bagi penanganan bencana alam. Produksi massal seismometer PDL jadi tonggak sejarah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mitigasi bencana di Indonesia. (dmp)

INSTITUT Teknologi (IT) Del mencapai kemajuan penting dalam pengembangan sensor gempa (seismometer) berbasis teknologi jebakan magnetic Parallel Dipole Line (PDL) sensor. Pada 23 September 2024, diskusi mengenai tahap produksi massal seismometer digelar di kampus IT Del.

Teknologi yang ditemukan Oki Gunawan (peneliti IBM)
diharapkan menjadi solusi efektif pemantauan gempa bumi yang lebih detail dan masif di Indonesia, terutama menghadapi ancaman megathrust.

Diskusi ini dihadiri pemangku kepentingan, termasuk Indra Tambunan (dekan Fakultas Informatika dan Teknik Elektro selaku ketua Tim Peneliti IT Del), Januar Arifin dan Hilya Fauzi (BMKG Pusat), Agus Riyanto (BMKG Sumut) dan Gatot (BMKG Silangit). Turut hadir Pungky D Sastya (senior engineer PT Len Industri) sebagai mitra utama dalam produksi massal seismometer.

Sebelumnya, IBM diwakili Oki Gunawan sebagai penemu teknologi PDL sensor, telah menjalin kerja sama strategis dengan IT Del melalui technology transfer sejak 2023. Melalui kerja sama ini memungkinkan IT Del memproduksi alat tersebut secara mandiri.

Perlu diketahui bahwa Indonesia, salah satu negara dengan aktivitas seismik tertinggi di dunia yang dapat mengancam lebih 270 juta penduduk. Teknologi sensor gempa saat ini sangat mahal dan harus diimpor. Dengan teknologi PDL sensor, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mitigasi bencana yang lebih canggih, efisien dan mandiri.

Sistem PDL sensor menggunakan prinsip jebakan magnetic yang menggunakan efek fisika yang unik dan baru yang dikenal sebagai ‘jebakan punuk unta’ untuk mendeteksi sinyal gempa bumi dengan sensitivitas yang sangat tinggi, bahkan untuk gempa bumi skala menengah (sekitar M6) yang terjadi ribuan kilometer dari lokasi sensor.

Seismometer berbasis PDL sensor telah dikembangkan melalui beberapa generasi. Generasi pertama yang diuji coba di Italia, berfungsi sebagai demonstrasi awal dari konsep sensor PDL. Generasi kedua dimulai pasca-gempa Lombok 2018 dengan tambahan digitizer dan kemampuan koneksi ke internet.

Seismometer generasi ketiga yang digunakan dalam proyek IT Del. Sensor ini dilengkapi dengan sensor geofon vertikal dan casing yang profesional. Kini, seismometer generasi keempat siap diproduksi massal yang dilengkapi akselerometer tiga sumbu dan mikrokontroller yang lebih canggih. Generasi keempat memiliki lebih banyak fungsi dan berperforma tinggi sehingga lebih canggih dan efektif digunakan di Indonesia.

Pengujian seismometer generasi kedua dan ketiga di Kampus IT Del menunjukkan hasil yang luar biasa. Pada 3 April 2024, gempa berkekuatan M7.3 di Taiwan (berjarak 3.400 km) berhasil direkam PDL sensor generasi ke-2 di Laboratorium Teknik Elektro IT Del. Gempa berkekuatan M6.3 pada 17 April 2024 di Jepang (berjarak 4.886 km) juga terekam dengan baik.

Sensor ini bahkan mampu mendeteksi sinyal gempa dari Meksiko (berjarak 17.745 km) dan berbagai negara lain. Alat ini mengalahkan performa sensor geofon tradisional dalam mendeteksi sinyal gempa pada jarak teleseismik (lebih dari 1.000 km).

Pengembangan seismometer berbasis PDL sensor sejalan dengan fokus pemerintah dalam mempersiapkan sistem mitigasi bencana yang lebih kuat dan mandiri, terutama untuk mengantisipasi potensi megathrust yang bisa memicu gempa besar.

Dengan dukungan BMKG dan PT Len Industri, produksi massal seismometer generasi keempat akan memberikan kontribusi signifikan dalam memperkuat jaringan seismik nasional, meningkatkan kapasitas deteksi dan mitigasi bencana di Indonesia.

Teknologi PDL sensor yang inovatif menjadi bukti Indonesia mampu mengembangkan dan memproduksi teknologi tinggi dan berstandar internasional.

Kerja sama IT Del, IBM, BMKG dan PT Len Industri ini memberi solusi yang berdampak besar bagi penanganan bencana alam. Produksi massal seismometer PDL jadi tonggak sejarah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mitigasi bencana di Indonesia. (dmp)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/