WORLD Economic Forum (WEF) Januari 2025 lalu baru saja merilis sebuah insight report yang berjudul Future of Jobs Report 2025 yang berisi tentang lansekap pasar tenaga kerja global tahun 2025 terdiri dari: 1) Faktor Pendorong Pasar Tenaga Kerja, 2) Prospek Pekerjaan, 3) Prospek Keterampilan, 4) Strategi Tenaga Kerja dan 5) Wawasan Wilayah, Ekonomi dan Industri. Laporan ini memperkirakan masa depan dunia kerja dengan rentang waktu 2025-2030 akan dikuasai oleh teknologi Kecerdasan Artifisial atau Artificial Intelligence (AI).
Pada bagian prospek pekerjaan, laporan ini memberikan gambaran bahwa akan terjadi kenaikan dan penurunan kebutuhan tenaga kerja dari jenis pekerjaan yang dibutuhkan. Salah satu yang terimbas dari penurunan kebutuhan tenaga kerja ini adalah pekerjaan yang berkaitan dengan akuntansi, pembukuan dan petugas penggajian serta akuntan dan auditor menjadi pekerjaan dengan jumlah penurunan tertinggi.
Transformasi digital benar-benar akan menjadi momok menakutkan bagi sebagian pekerja yang terimbas akan perkembangannya. Kita seakan dipaksa untuk menyesuaikan dengan tuntutan kondisi terkini. Namun, apakah akuntan akan hilang di tahun 2030?
Sudah saatnya kini akuntan meningkatkan kompetensi selain menjadi “tukang catat”, ia harus memiliki peran lebih sebagai mitra strategis seperti yang dikemukakan oleh Majalah Forbes dengan tajuk Why The Chief Accounting Officer Role Is Getting More Strategic bahwa memahami teknologi menjadi sebuah keharusan guna memudahkan pekerjaan akuntan dalam analisa dan menyusun strategi.
Namun, dalam laporan yang dirilis oleh WEF tersebut didapatkan pertumbuhan pekerjaan baru seperti Data Analysts and Scientists, Sustainability Specialists, Strategic Advisors, Management and Organisation Analysts hingga Training and Development Specialists yang dapat menjadi solusi bagi para akuntan dan auditor.
Lima tahun sebelumnya, tepatnya tahun 2020, WEF merilis bahwa pada tahun 2025 keterampilan yang dibutuhkan adalah analytical thinking, resilience, flexibility and agility, leadership and social influence diikuti dengan creative thinking. Namun terdapat perubahan signifikan pada tahun 2030 dimana peningkatan keterampilan seperti AI and big data, networks and cybersecurity, technological literacy, serta creative thinking.
Kondisi ini telah direspon oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) selaku payung organisasi akuntan di Indonesia yang telah mempersiapkan tantangan yang akan terjadi di kemudian hari. IAI sendiri bekerjasama dengan Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) dalam meningkatkan kompetensi anggotanya seperti Sertifikasi Data Analisis dan Sustainable Finance.
Bahkan IAI sendiri telah mengampanyekan See Beyond The Number sebagai bentuk bahwa lanskap keuangan yang berkembang pesat saat ini, peran akuntan telah berkembang melampaui kemampuan tradisionalnya seputar angka dan data. Akuntansi modern membutuhkan perpaduan keterampilan analitis, kemahiran teknologi, dan pemikiran strategis.
Akuntan dan Auditor terkenal memiliki analisa tinggi, perkembangan teknologi adalah alat bantu atau tools yang seharusnya digunakan oleh akuntan dan auditor dalam membantu menyelesaikan pekerjaannya. Akuntan dan Auditor harus benar-benar dapat memberikan sesuatu yang lebih dalam melakukan pekerjaannya tidak sebatas menghasilkan output berupa laporan keuangan atau laporan akuntan independen. Apakah akuntan dan auditor akan hilang pada tahun 2030? Ya, jika akuntan dan auditor tidak dapat berteman dengan kemajuan teknologi. (*)
Penulis:
Khairul Amri Hasibuan, SE., M.Si., CBV., ACFI
CEO Reins Consulting
Anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Dosen FEBI UIN Sumatera Utara