Seorang perempuan harus memiliki sifat mandiri, apalagi untuk zaman sekarang, dimana emansipasi wanita didegungkan di tengah-tengah masyarakat. Sehingga, tidak pantas bila kaum hawa memiliki sifat manja dan ketergantungan dengan orang lain. kaum pria zaman sekarang juga tidak menyukai wanita yang sifatnya penuh ketergantungan. Karena secara tidak langsung, akan mengekang si pria dalam menjalani kehidupannya.
Saya sendiri mengambil S2 dengan jurusan Study Gender karena melihat posisi tawar wanita masih dipandangan lemah oleh masyarakat. Karena itu saya berjuang untuk memberikan pandangan yang positif akan wanita. Kita menyadari, seorang wanita tidak akan terbebas dari kehidupan mengurus rumah tangga. Seperti memasak, menyapu, dan lainnya. Itu semua bisa dilakukan wanita, mengurus rumah, keluarga, dan lainnya. Karena itu, alasan keluarga tidak harus menjadi penghalang bagi seorang wanita bila ingin berkarier. Karena secara tidak langsung, bekerja bagi wanita dapat menambah kepercayaan dirinya. Saya bekerja, semua barang yang saya mau, dapat saya beli, tidak mengganggu uang suami dan keluarga. Kalau begini, suami saya juga senang bukan?.
Tidak mudah memang untuk menjalaninya. Orangtua saya berprofesi guru yang memiliki penghasilan pas-pasan. Saya harus bekerja sambil kuliah, tamat kuliah dari Minahasa saya kerja sebagai jurnalis, dipindahkan ke Jakarta. Dan setelah itu, saya menjadi staf ahli di DPD. Memang tidak semua nasib kita sama, tapi yang pasti, kalau kita memiliki kemauan berjuang, dapat mengubah nasib kita.
Salah satu yang saya tanamkannya pada keluarga adalah membebaskan anak untuk memilih. Misalnya anak saya memilih warna pink, silahkan. Saya tidak mau mematokkan warna pink untuk wanita, biru untuk pria. Itu sama saja dengan membedakan berdasarkan jenis kelamin. Bukan hanya warna, permainan, dan pilihan lain yang disukai si anak juga tidak akan saya atur. Bagi saya, semua diciptakan untuk manusia baik perempuan maupun laki-laki. (ram)