SUMUTPOS.CO – Kehadiran tim dosen dan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan (UM-Tapsel) di lokasi pengungsian Desa Garoga, Kabupaten Tapanuli Selatan, membawa secercah harapan di tengah situasi darurat yang kian kompleks. Bantuan logistik yang disalurkan memang meringankan beban pengungsi, namun persoalan yang dihadapi warga Garoga jauh melampaui sekadar kebutuhan pangan dan perlengkapan harian.
Peristiwa ini dipicu oleh curah hujan sangat tinggi yang menyebabkan banjir bandang di Desa tersebut. Kondisi ini memaksa sekitar 900 jiwa atau sekitar 217 lebih Kepala Keluarga (KK) meninggalkan rumah mereka. Bantuan disalurkan Tim UM-Tapsel melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) Tanggap Darurat bertajuk Inovasi Distribusi Logistik Berbasis Program SANTANA.
Tim dipimpin Rafiqah Amanda Lubis, M.P bersama Dr. Husniah Ramadhani Pulungan, S.Pd., M.Hum, Riski Baroroh, SE., M.M, Eny Mayasari, SE., M.Ak, Yusnita Wahyuni Silitonga, M.Si, Yani Sukriah Siregar, M.Si, Nikmah Sari Hasibuan, M.Pd dan Laila Kalsum Hasibuan, ME.
Bantuan yang disalurkan difokuskan pada logistik dasar yaitu paket kontainer (sembako, peralatan masak, peralatan makan) dan freezer box 200 liter lengkap dengan frozen food. Bantuan ini penting, mengingat sebagian besar pengungsi kehilangan dapur dan peralatan rumah tangga akibat banjir bandang. Namun dalam konteks Garoga, bantuan logistik hanyalah penyangga sementara.
Banjir bandang yang terjadi akhir November lalu akibat curah hujan tinggi dan meluapnya aliran Sungai Garoga, kata Rafiqah Amanda Lubis, M.P, telah berdampak luas di beberapa desa di Kecamatan Batang Toru. Berdasarkan data penanganan bencana tercatat puluhan warga meninggal dunia di wilayah Tapanuli Selatan.
Selain korban meninggal dunia, bencana ini juga masih mengisahkan cerita pilu. Puluhan orang dinyatakan hilang. Kemudian ratusan lainnya mengalami luka-luka maupun kehilangan tempat tinggal akibat banjir dan longsor.
“Hingga laporan terbaru, di Kabupaten Tapanuli Selatan tercatat korban meninggal mencapai puluhan jiwa dan puluhan masih hilang, dengan jumlah pengungsi yang tersebar di titik evakuasi setempat. Kondisi infrastruktur dan akses jalan di sejumlah desa masih banyak yang rusak dan sulit dilalui akibat endapan material banjir,” tuturnya.
Tim mahasiswa yang terlibat antara lain Heri Sopyan Siagian, Emdra Syapudra HSB, Dinda Hafizah, Paraduan Hasibuan, Afrilia Angraini, Syaiful Ammar Alamsyah Harahap, Lukmanul Hakim, Novia Amanda, Fitriani Harahap, Riyadhus Sholihin, Johanes Parlindungan Hutabarat, Nadin Anjelia, Ferdy Hasan Siregar, Ernaida Ritonga, Adhela Wandina dan Muhammad Nazzar. Mahasiswa membantu proses pengemasan, pendataan dan penyaluran bantuan langsung ke masyarakat.
Rafiqah Amanda Lubis, M.P menegaskan bahwa kegiatan ini difokuskan sepenuhnya pada penyaluran logistik dasar yang sangat dibutuhkan masyarakat selama masa tanggap darurat.
“Prioritas kami adalah memberikan bantuan yang langsung dapat meringankan kebutuhan harian warga terdampak. Kami ingin memastikan warga tidak merasa sendiri menghadapi bencana dan kebutuhan dasar mereka tetap terpenuhi di masa sulit ini,” katanya.
Rafiqah Amanda Lubis, M.P juga berterima kasih kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan dengan adanya Skema Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Wilayah Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat Tahun Anggaran 2025.
Sementara itu pemerintah desa setempat menyambut baik kehadiran tim UM-Tapsel dan menilai bantuan logistik ini sangat membantu warga di tengah keterbatasan pascabanjir. Melalui Program SANTANA, UM-Tapsel berharap kehadiran perguruan silat tinggi dapat memberikan manfaat nyata bagi masyarakat terdampak bencana. (dmp)

