MEDAN – Pada dasarnya pernikahan yang bahagia selalu menjadi idaman setiap orang tak terkecuali wanita. Namun dari sisi Psikologi, banyak alasan yang menyebabkan kenapa seorang wanita terlalu lama melangsungkan pernikahannya. Bisa saja karena pengalaman patah hati, keinginan untuk memiliki karir yang lebih tinggi, ingin mandiri dan sebagainya.
“Masa lalu terkadang membuat wanita sengaja menghindari atau bersinggungan dengan laki-laki, apalagi berkomitmen,’’ ujar Direktur Biro Psikologi Persona, Irna Minauli.
Bahkan, kata Irna, ada penelitian yang cukup menarik. Banyak wanita cerdas lebih cenderung menunda perkawinannya. Perempuan yang cerdas berfikir dirinya memiliki nilai yang tinggi sehingga mereka merasa sulit untuk menemukan lelaki yang setara. Apalagi sebagiannya menyadari bahwa mereka mandiri secara ekonomi. “Banyak yang “terjebak” dengan ke-single-annya. Pada awalnya, mereka mengkesampingkan urusan cari jodoh karena sedang menikmati pekerjaan dan fokus mengejar karier. Ketika sadar semua sudah terpenuhi, ‘’urai Irna.
Menurutnya, memang di dalam memilih pasangan, seseorang baiknya mendapatka pasangan pas yang memiliki “harga” setara. Karena kalau tidak, mereka akan kesulitan menyesuaikan diri. Namun bila ditinjau dari sisi Psikologi Ekonomi, pada dasarnya setiap orang memiliki nilai atau harga sehingga ketika membina hubungan dengan lawan jenis sebenarnya terjadi semacam transaksi “tawar menawar” (bargaining).
“Banyak orang khususnya wanita yang menetapkan “harga” yang terlalu tinggi sehingga pasangannya tidak sanggup memenuhinya. Atau mungkin saja laki-laki tersebut memang tidak sesuai dengan harga yang dimilikinya. Sehubungan dengan teori Psikologi Ekonomi tadi, banyak laki-laki yang juga merasa kurang layak mendampingi perempuan cerdas,” jelasnya.
Selain itu, ada juga penelitian menarik, bahwa perempuan yang jarang atau tidak pernah tersenyum, juga cenderung lebih lambat menikah atau bahkan tidak menikah. (mag-11)