28 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Awal Puasa Berpotensi Beda, Lebaran Kompak

JAKARTA – Bulan depan, umat muslim mulai menjalankan ibadah puasa. Disusul sebulan kemudian, merayakan hari kemenangan atau lebaran. Seperti biasanya, penetapan awal puasa di Indonesia bakal mengalami perbedaan. Tetapi penetapan 1 Syawal berpotensi kompak antara sejumlah ormas dengan pemerintah.

Perkiraan penetapan awal puasa dan lebaran tadi dipaparkan oleh Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin. Melalui email yang dia kirim langsung dari Wina kemarin (8/6), guru besar sekaligus anggota Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) itu memaparkan hasil pengamatannya terhadap posisi bulan.

Thomas menuturkan, setelah mengamati posisi bulan dia menyimpulkan jika ada potensi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan. Dia menjelaskan, pemerintah melalui Kemenag akan menjalankan pengamatan bulan atau rukyatul hilal pada 19 Juli 2012 nanti.

Dari perjalanan bulan, diketahui bahwa pada magrib akhir sya”ban atau 19 Juli 2012 nanti bulan telah wujud atau tampak di Indonesia. Tetapi ketinggiannya kurang dari imkan rukyat. Ketentuan Imkan rukyat menggunakan kriteria yang disepakati ketinggian bulan minimal 2 derajat.

Nah, karena pada 19 Juli 2012 bulan sudah wujud tetapi kurang dari 2 derajat, maka pengguna hisab wujudul hilal akan menetapkan awal Ramadan jatuh pada 20 juli. Pengguna hisab wujudul hilal ini diantaranya adalah Muhammadiyah.

Sedangkan ormas yang menggunkan hisab imkan rukyat akan menetapkan 1 Ramadan pada 21 Juli. Sementara itu, posisi hilal yang rendah tadi (antara 0 “ 2 derajat) tidak mungkin akan berhasil di-rukyat pada 19 Juli. “Maka pengguna rukyat kemungkinan besar menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 21 Juli. Pengguna rukyat ini diantaranya adalah pemerintah dan NU (Nahdlatul Ulama).

Thomas menyimpulkan, Muhammadiyah berpotensi mengawali berpuasa ketimbang ketetapan pemerintah yaitu pada 20 Juli 2012. Sementara pemerintah dan biasanya diikuti ormas-ormas lain terutama NU, akan menjalankan ibadah puasa mulai 21 Juli 2012.

“Potensi perbedaan hanya pada 1 Ramadan. Untuk 1 Syawal atau lebaran berpotensi kompak,” kata dia. Penetapan 1 Syawal yang kompak ini terjadi karena posisi bulan sudah cukup tinggi pada akhir Ramadan.

Sementara itu, potensi perbedaan penetapan tanggal penting dalam kalender Islam bakal terajadi saat penetapan Dzulqaidah 1433 H. Menurut perhitungan Muhammadiyah, 1 Dzulqaidah 1433 H jatuh pada 17 September 2012 M. Sedangkan menurut ormas lain yang menggunakan kriteria imkan rukyat, 1 Dzulqaidah 1433 H jatuh pada 18 September 2012 M.

Thomas menuturkan, umat Islam di Indonesia sudah mengawali permulaan kalender hijriyah dengan perbedaan. Ini terjadi ketika Muhammadiyah menetapkan 1 Muharram (bulan pertama hijriyah) 1433 H pada 26 November 2011. Sementara sebagian ormas lain yang mengghunakan hisab imkan rukyat menjatuhkan 1 Muharram 1433 H pada 27 November 2011.

“Sebenarnya kita bisa bersatu, jika kita mau mempersatukan kriterianya,” tutur Thomas. Kriteria yang bisa dipersatukan menurut Thomas itu adalah, batasan yang menentukan awal bulan. Dia menyayangkan gerakan tajdid atau pembaharuan Muhammadiyah yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan tidak berlanjut.

Akibatnya menurut Thomas, saat ini warga Muhammadiyah gigih mempertahankan kriteria hisab wujudul hilal yang usang dan atas dasar taqlid (pengekor). (wan/jpnn)

JAKARTA – Bulan depan, umat muslim mulai menjalankan ibadah puasa. Disusul sebulan kemudian, merayakan hari kemenangan atau lebaran. Seperti biasanya, penetapan awal puasa di Indonesia bakal mengalami perbedaan. Tetapi penetapan 1 Syawal berpotensi kompak antara sejumlah ormas dengan pemerintah.

Perkiraan penetapan awal puasa dan lebaran tadi dipaparkan oleh Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin. Melalui email yang dia kirim langsung dari Wina kemarin (8/6), guru besar sekaligus anggota Badan Hisab dan Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) itu memaparkan hasil pengamatannya terhadap posisi bulan.

Thomas menuturkan, setelah mengamati posisi bulan dia menyimpulkan jika ada potensi perbedaan dalam penetapan 1 Ramadan. Dia menjelaskan, pemerintah melalui Kemenag akan menjalankan pengamatan bulan atau rukyatul hilal pada 19 Juli 2012 nanti.

Dari perjalanan bulan, diketahui bahwa pada magrib akhir sya”ban atau 19 Juli 2012 nanti bulan telah wujud atau tampak di Indonesia. Tetapi ketinggiannya kurang dari imkan rukyat. Ketentuan Imkan rukyat menggunakan kriteria yang disepakati ketinggian bulan minimal 2 derajat.

Nah, karena pada 19 Juli 2012 bulan sudah wujud tetapi kurang dari 2 derajat, maka pengguna hisab wujudul hilal akan menetapkan awal Ramadan jatuh pada 20 juli. Pengguna hisab wujudul hilal ini diantaranya adalah Muhammadiyah.

Sedangkan ormas yang menggunkan hisab imkan rukyat akan menetapkan 1 Ramadan pada 21 Juli. Sementara itu, posisi hilal yang rendah tadi (antara 0 “ 2 derajat) tidak mungkin akan berhasil di-rukyat pada 19 Juli. “Maka pengguna rukyat kemungkinan besar menetapkan 1 Ramadan jatuh pada 21 Juli. Pengguna rukyat ini diantaranya adalah pemerintah dan NU (Nahdlatul Ulama).

Thomas menyimpulkan, Muhammadiyah berpotensi mengawali berpuasa ketimbang ketetapan pemerintah yaitu pada 20 Juli 2012. Sementara pemerintah dan biasanya diikuti ormas-ormas lain terutama NU, akan menjalankan ibadah puasa mulai 21 Juli 2012.

“Potensi perbedaan hanya pada 1 Ramadan. Untuk 1 Syawal atau lebaran berpotensi kompak,” kata dia. Penetapan 1 Syawal yang kompak ini terjadi karena posisi bulan sudah cukup tinggi pada akhir Ramadan.

Sementara itu, potensi perbedaan penetapan tanggal penting dalam kalender Islam bakal terajadi saat penetapan Dzulqaidah 1433 H. Menurut perhitungan Muhammadiyah, 1 Dzulqaidah 1433 H jatuh pada 17 September 2012 M. Sedangkan menurut ormas lain yang menggunakan kriteria imkan rukyat, 1 Dzulqaidah 1433 H jatuh pada 18 September 2012 M.

Thomas menuturkan, umat Islam di Indonesia sudah mengawali permulaan kalender hijriyah dengan perbedaan. Ini terjadi ketika Muhammadiyah menetapkan 1 Muharram (bulan pertama hijriyah) 1433 H pada 26 November 2011. Sementara sebagian ormas lain yang mengghunakan hisab imkan rukyat menjatuhkan 1 Muharram 1433 H pada 27 November 2011.

“Sebenarnya kita bisa bersatu, jika kita mau mempersatukan kriterianya,” tutur Thomas. Kriteria yang bisa dipersatukan menurut Thomas itu adalah, batasan yang menentukan awal bulan. Dia menyayangkan gerakan tajdid atau pembaharuan Muhammadiyah yang dipelopori KH. Ahmad Dahlan tidak berlanjut.

Akibatnya menurut Thomas, saat ini warga Muhammadiyah gigih mempertahankan kriteria hisab wujudul hilal yang usang dan atas dasar taqlid (pengekor). (wan/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/