27 C
Medan
Friday, January 31, 2025

Malam Numpang Nginap, Siang Kembali ke Tenda Darurat

Melihat Korban Kebakaran di Desa Tuntungan I, Pancurbatu

Mereka tetap tersenyum. Mata mereka pun masih memancarkan sinar semangat. Padahal, kebakaran hebat yang menghanguskan rumah mereka telah meludeskan harta benda. Kini, bermodalkan baju di badan dan beberapa bantuan sekadarnya, mereka bertahan di tenda darurat.

Syahrial, Medan

Begitulah, sehari setelah kebakaran yang menghanguskan 22 rumah, di Jalan Kutalimbaru, Dusun II, Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten DeliSerdang, yang terjadi Kamis (7/6) lalu, 70 warga masih ditampung di tenda-tenda darurat.

Ada empat tenda yang dibangun perangkat desa dan pemerintah setempat. Lokasinya berjarak 15 meter dari lokasi rumah yang terbakar. Ya, di sebuah tanah kosong. Dan, saat Sumut Pos menyambangi lokasi itu kemarin, memang ada senyum dari wajah-wajah mereka. Anak-anak pun tampak bermain. Ada suasana yang ceria. Meski, di wajah orang dewasa, ada sinar kesedihan yang dalam.

Para korban bercengkrama satu sama lain, di bawah tenda-tenda darurat, meski terik matahari menembus kain-kain tenda itu. Mereka mengaku masih bersyukur bisa kembali berkumpul dengan keluarga karena tidak ada korban jiwa maupun luka akibat kejadian itu.

Belum bisa dipastikan kapan tenda itu akan dibongkar. Mungkin saja bisa selamanya, jika pemerintah tak kunjung memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah-rumah mereka yang sudah hancur.

Saat malam tiba, sebagian dari mereka menginap di rumah sanak saudaranya untuk menghindari dinginnya udara malam. Saat pagi tiba, kaum bapak pergi untuk bekerja, sementara itu kaum ibu dan anak-anak berkumpul di dalam tenda.

Tono (48), seorang korban yang rumahnya terbakar, mengaku tidak ada lagi harta bendanya yang bisa diselamatkan. Dikatakannya, saat kebakaran terjadi, dirinya sedang bekerja di ladang. Setelah dia kembali, rumahnya sudah hangus dan tidak ada lagi yang tersisa. “Kalau malam saya menginap di rumah saudara saya,” ujarnya, Jumat (8/6) siang.

Bagi Tono, hal yang paling utama yang dibutuhkannya saat ini adalah bantuan seragam sekolah. “Seragam sekolah anak saya sudah tidak ada lagi, semua habis terbakar. Sementara dia juga harus sekolah,” ujarnya.

Dia berharap, Pemkab Deliserdang memberi bantuan untuk memperbaiki tempat tinggalnya. “Saya harap pemerintah mau memperbaiki rumah-rumah yang terbakar ini,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dikatakan korban kebakaran lainnya. Tin Rahma (38), mengaku hanya mesin jahit miliknya yang masih tersisa. Dia juga menyebutkan saat kebakaran terjadi, dirinya tidak berada di rumah. “Gak tahu lagi harus mengadu ke mana. Cuma mesin jahit yang tersisa Dek,” ujarnya.
Sama dengan Tono, dia juga mengharapkan bantuan pemerintah setempat. “Kalau makan masih cukup. Anak-anak saya yang kasihan karena tidak ada lagi seragam yang dipakai untuk bersekolah,” ujarnya.

Hari Amanu, Kepala Desa setempat yang ditemui Sumut Pos, mengaku sudah menerima sejumlah bantuan, baik dari warga maupun dari Pemkab Deliserdang. Bantuan yang diterima seperti makanan, tenda-tenda darurat, dan sejumlah tim medis. Namun Hari Amanu mengaku, bantuan ini dipastikan hanya mampu bertahan selama 10 hari ke depan. “Bantuan logistik seperti mie instan, gula, beras, minyak goreng sudah kami terima. Tapi ini hanya mampu sampai 10 hari ke depan,” ujarnya.

Menurut Hari Amanu, ada warganya yang bernama Darmanik pada Jumat (8/6) pagi sempat mendapat perawatan dari tim medis. “Badannya panas, tensinya menurun. Mungkin dia masih trauma karena banyak hartanya yang hangus terbakar dalam kebakaran itu,” ungkapnya.

Sementara itu, sekretaris tim Tagana (Taruna Siaga Bencana) yang sudah berada di lokasi sejak Kamis siang, menyebutkan dari 70 warga, terdapat 10 balita dan 16 orang pelajar yang terdiri dari pelajar SMP dan SD yang menjadi korban. Selain seragam sekolah, dia juga menyebutkan korban sangat membutuhkan pakaian. “Yang paling utama pakaian dalam wanita. Seperti pembalut maupun pakaian dalam,” sebutnya.

Di sisi lain, Pada Jumat (8/6) petang, akhirnya Laboratorium Forensik Polda Sumut, dibantu petugas dari Polsek Pancurbatu turun ke lokasi untuk mencari penyebab pasti kebakaran. Pjs Kapolsek Pancurbatu, AKP S Siagian, saat dikonfimasi mengatakan Labfor sudah mengambil sampel, seperti beberapa kabel dari rumah yang terbakar. “Tapi masih diselidiki dulu, untuk mencari penyebab kebakaran itu,” ujarnya Siagian singkat. (*)

Melihat Korban Kebakaran di Desa Tuntungan I, Pancurbatu

Mereka tetap tersenyum. Mata mereka pun masih memancarkan sinar semangat. Padahal, kebakaran hebat yang menghanguskan rumah mereka telah meludeskan harta benda. Kini, bermodalkan baju di badan dan beberapa bantuan sekadarnya, mereka bertahan di tenda darurat.

Syahrial, Medan

Begitulah, sehari setelah kebakaran yang menghanguskan 22 rumah, di Jalan Kutalimbaru, Dusun II, Desa Tuntungan I, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten DeliSerdang, yang terjadi Kamis (7/6) lalu, 70 warga masih ditampung di tenda-tenda darurat.

Ada empat tenda yang dibangun perangkat desa dan pemerintah setempat. Lokasinya berjarak 15 meter dari lokasi rumah yang terbakar. Ya, di sebuah tanah kosong. Dan, saat Sumut Pos menyambangi lokasi itu kemarin, memang ada senyum dari wajah-wajah mereka. Anak-anak pun tampak bermain. Ada suasana yang ceria. Meski, di wajah orang dewasa, ada sinar kesedihan yang dalam.

Para korban bercengkrama satu sama lain, di bawah tenda-tenda darurat, meski terik matahari menembus kain-kain tenda itu. Mereka mengaku masih bersyukur bisa kembali berkumpul dengan keluarga karena tidak ada korban jiwa maupun luka akibat kejadian itu.

Belum bisa dipastikan kapan tenda itu akan dibongkar. Mungkin saja bisa selamanya, jika pemerintah tak kunjung memberikan bantuan untuk memperbaiki rumah-rumah mereka yang sudah hancur.

Saat malam tiba, sebagian dari mereka menginap di rumah sanak saudaranya untuk menghindari dinginnya udara malam. Saat pagi tiba, kaum bapak pergi untuk bekerja, sementara itu kaum ibu dan anak-anak berkumpul di dalam tenda.

Tono (48), seorang korban yang rumahnya terbakar, mengaku tidak ada lagi harta bendanya yang bisa diselamatkan. Dikatakannya, saat kebakaran terjadi, dirinya sedang bekerja di ladang. Setelah dia kembali, rumahnya sudah hangus dan tidak ada lagi yang tersisa. “Kalau malam saya menginap di rumah saudara saya,” ujarnya, Jumat (8/6) siang.

Bagi Tono, hal yang paling utama yang dibutuhkannya saat ini adalah bantuan seragam sekolah. “Seragam sekolah anak saya sudah tidak ada lagi, semua habis terbakar. Sementara dia juga harus sekolah,” ujarnya.

Dia berharap, Pemkab Deliserdang memberi bantuan untuk memperbaiki tempat tinggalnya. “Saya harap pemerintah mau memperbaiki rumah-rumah yang terbakar ini,” ungkapnya.

Hal yang sama juga dikatakan korban kebakaran lainnya. Tin Rahma (38), mengaku hanya mesin jahit miliknya yang masih tersisa. Dia juga menyebutkan saat kebakaran terjadi, dirinya tidak berada di rumah. “Gak tahu lagi harus mengadu ke mana. Cuma mesin jahit yang tersisa Dek,” ujarnya.
Sama dengan Tono, dia juga mengharapkan bantuan pemerintah setempat. “Kalau makan masih cukup. Anak-anak saya yang kasihan karena tidak ada lagi seragam yang dipakai untuk bersekolah,” ujarnya.

Hari Amanu, Kepala Desa setempat yang ditemui Sumut Pos, mengaku sudah menerima sejumlah bantuan, baik dari warga maupun dari Pemkab Deliserdang. Bantuan yang diterima seperti makanan, tenda-tenda darurat, dan sejumlah tim medis. Namun Hari Amanu mengaku, bantuan ini dipastikan hanya mampu bertahan selama 10 hari ke depan. “Bantuan logistik seperti mie instan, gula, beras, minyak goreng sudah kami terima. Tapi ini hanya mampu sampai 10 hari ke depan,” ujarnya.

Menurut Hari Amanu, ada warganya yang bernama Darmanik pada Jumat (8/6) pagi sempat mendapat perawatan dari tim medis. “Badannya panas, tensinya menurun. Mungkin dia masih trauma karena banyak hartanya yang hangus terbakar dalam kebakaran itu,” ungkapnya.

Sementara itu, sekretaris tim Tagana (Taruna Siaga Bencana) yang sudah berada di lokasi sejak Kamis siang, menyebutkan dari 70 warga, terdapat 10 balita dan 16 orang pelajar yang terdiri dari pelajar SMP dan SD yang menjadi korban. Selain seragam sekolah, dia juga menyebutkan korban sangat membutuhkan pakaian. “Yang paling utama pakaian dalam wanita. Seperti pembalut maupun pakaian dalam,” sebutnya.

Di sisi lain, Pada Jumat (8/6) petang, akhirnya Laboratorium Forensik Polda Sumut, dibantu petugas dari Polsek Pancurbatu turun ke lokasi untuk mencari penyebab pasti kebakaran. Pjs Kapolsek Pancurbatu, AKP S Siagian, saat dikonfimasi mengatakan Labfor sudah mengambil sampel, seperti beberapa kabel dari rumah yang terbakar. “Tapi masih diselidiki dulu, untuk mencari penyebab kebakaran itu,” ujarnya Siagian singkat. (*)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/