Mewujudkan Ide Kreatif Melalui Crowdfunding, Konsep Pendanaan Kolaboratif
Film Atambua 39’ Celcius garapan Riri Riza-Mira Lesmana adalah contoh proyek yang sukses mengail dana melalui situs crowdfunding wujudkan.com yang diprakarsai Mandy Marahimin dan tiga rekannya. Sistem penggalangannya all or nothing: Jika target tak tercapai, uang dikembalikan kepada donatur.
SOFYAN HENDRA, Jakarta
PERMINTAAN seorang teman untuk dicarikan dana pembuatan film membuat Mandy Marahimin berkenalan dengan kickstarter.com. Itulah situs crowdfunding dari Amerika Serikat yang didirikan Perry Chen, Yancey Strickler, dan Charles Adler pada 2008.
Namun, ide film sang rekan ternyata tidak bisa didaftarkan di situs yang pernah ditabalkan majalah Time sebagai salah satu Best Inventions of 2010 tersebut. Sebab, salah satu syaratnya adalah harus memiliki nomor social security AS.
Tapi, Mandy yang sudah sebelas tahun ini menjadi pekerja film itu tak kecewa. “Saya malah senang melihat-lihat situs itu. Saya sisihkan USD 20 dolar sebulan buat kasih donasi,” kata Mandy saat ditemui di Starbucks Coffee, Mal Senayan City, Jakarta, pekan lalu. Meskipun di luar negeri bukan hal baru, crowdfunding masih cukup asing di tanah air. Ia adalah sebuah konsep pendanaan kolaboratif. Dalam konsep itu, pendanaan tidak didapatkan hanya dari segelintir orang, tapi justru dari sebanyak-banyaknya orang.
Semua orang itu (baca: donatur) bergotong royong mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk mewujudkan suatu ide kreatif. Dalam tiga tahun terakhir, konsep tersebut berkembang pesat di seluruh dunia. Telah ada sekitar 460 situs crowdfunding di seluruh dunia.
Nah, dari perkenalan yang lantas mendorongnya menjadi donatur itu, Mandy berpikir, buat apa menyisihkan uang untuk ide kreatif di luar negeri. Production coordinator film Gie dan publicist film Ada Apa dengan Cinta itu berpikir untuk membuat crowdfunding sendiri.
Februari lalu; bersama Dondi Hananto, praktisi finansial; Zaki Jaihutan, praktisi legal; dan Wicak Soegijoko, pengembang teknologi; dia membidani kelahiran wujudkan.com. Selain wujudkan.com, ada beberapa situs crowdfunding serupa di tanah air. Antara lain, gagas.web.id dan patungan.net.
Mekanisme pengumpulan dana di wujudkan.com sebenarnya cukup sederhana. Kreator atau pemilik proyek tinggal mempresentasikan idenya. Detail proyek juga menyangkut jumlah target dana serta proyeksi masa penggalangan dana.
Maksimal penggalangan dana dilakukan selama tiga bulan. Jika lolos verifikasi, proyek bisa dipampang di halaman wujudkan.com untuk menggaet dana dari suporter atau donatur.
Setiap proyek diteliti secara hati-hati oleh Mandy dan timnya. “Kami hanya meloloskan kreator yang memiliki kapasitas untuk mewujudkan proyeknya,” tutur perempuan kelahiran Agustus 1975 tersebut.
Karena itu, rekam jejak kreator penting. Kreator harus mendaftarkan dirinya beserta tautan jejaknya seperti di Facebook, Twitter, atau Linkedin.
“Kami tidak menjadi juri yang men-judge sebuah ide. Hanya, kami akan melihat apakah kreator mampu mewujudkan proyeknya,” terang dia.
Kreator juga bebas menentukan jumlah dana yang dibutuhkan. Namun, Mandy menekankan agar kreator realistis dalam menentukan dana. Sebab, sistem penggalangan dana bersifat all or nothing.
“Artinya, jika target dana tak tercapai, uang akan dikembalikan lagi ke rekening donatur,” papar Mandy.
Pemeriksaan terhadap kelayakan proyek juga dilakukan agar sedapat-dapatnya tidak ada proyek fiktif. Dengan demikian, pihak yang menggalang dana maupun donatur bisa menjadi setara.
Di satu sisi, pemilik proyek dapat mengenal siapa publik karyanya dan sekalian mengukur ketajaman ide kreatifnya. Di sisi lain, para donatur menjadi terlibat secara aktif dalam proses mewujudkan sebuah karya. Sebab, mereka secara aktif memilih proyek yang dianggap layak diwujudkan.
“Selama ini, banyak yang mengeluh bahwa karya kreatif kita itu-itu saja. Kini semua dapat memilih yang mana yang mau diwujudkan. Ini pendanaan yang demokratis,” ucap Mandy.
Dana para suporter dikumpulkan dalam rekening wujudkan.com. Setelah terkumpul sesuai dengan target, dana akan ditransfer ke rekening kreator. Berbeda dengan lembaga pengumpul dana konvensional, tanggung jawab dalam crowdfunding ada pada pemilik proyek. “Donatur menyumbang ke pemilik proyek. Bukan ke kami. Kami hanya medianya,” katanya.
Kreator bertanggung jawab mempublikasikan sendiri perkembangan pelaksanaan proyek kepada para penyumbangnya. Jika dana terkumpul, wujudkan.com akan mengutip 5 persen dari total yang terkumpul.
“Angka 5 persen itu mengacu pada kebanyakan crowdfunding di luar negeri saja,” beber dia.
Sejak wujudkan.com didirikan Februari lalu, tak kurang dari 20 proyek kreatif telah dipresentasikan. Idenya beragam, mulai film, musik, fotografi, teknologi, pameran, riset dan pengembangan, hingga fashion.
Menurut Mandy, masih ada beberapa kendala dalam mengembangkan situs crowdfunding di tanah air. Utamanya adalah sistem pembayaran via online yang belum banyak digunakan.
Sebenarnya, banyak yang ingin menyumbang, namun belum percaya dengan pembayaran via online. Membayar via ATM juga butuh waktu luang. “Itu kendala utamanya,” imbuh dia.
Selain film Atambua 39’ Celcius, proyek lain yang juga sukses mengumpulkan dana lewat wujudkan.com adalah Papan untuk Semua: Atap untuk Rumah Uay. Uay adalah seorang tukang ojek di Cimahi yang memiliki dua anak. Seperti tertera di laman wujudkan.com, target dana untuk proyek itu Rp2.500.000. Dari 33 donatur, akhirnya terkumpul dana Rp 4.780.000.
“Seperti yang telah kami beritakan, kelebihan donasi akan kami gunakan untuk tahap berikutnya dari pembangunan rumah keluarga Uay,” ujar Yu Sing, sang arsitek, seperti dilansir wujudkan.com. (*)