MEDAN-Sebuah kenyataan pahit kembali harus ditelan PSMS. Kiprah di pentas Indonesian Super League (ISL) 2011/2012 berakhir buruk. Tim besutan Suharto kembali mengulang sejarahn
kelam empat tahun silam dengan turun kasta dari kasta tertinggi. Stadion Segiri Samarinda, Rabu (11/7) kemarin menjadi saksi tangis PSMS dengan kekalahan 4-2 dari Persisam Samarinda.
Pada duel tersebut, skuad PSMS tak berdaya menghadapi Elang Borneo, julukan Persisam. Meski tak lagi punya target apapun, tim besutan Misha Radovic ini tak mengendurkan kekuatannya. Gol Fajar Legian Wistanto pada menit 27 dan Christian Gonzales pada menit 34 mulai meredupkan asa PSMS. Osas Saha sempat membangkitkan semangat lewat gol di tiga menit babak kedua.
Namun gol Eka Ramdani pada menit 60 dilengkapi Yongki Aribowo 20 menit berselang membuat asa itu sirna. Gol Nico Malau di penghujung waktu hanya menjadi gol yang terlambat.
Posisi di klasemen pun berubah. Posisi PSMS dikudeta Persiram dihunian 14 klasemen dengan koleksi 38 poin. Koleksi yang sama dengan Gresik, namun Persiram lebih unggul dalam selisih gol. Gresik pun cukup puas di zona play off promosi-degradasi dengan nangkring di posisi 15, naik satu strip. Sedangkan PSMS terlempar ke posisi 16 dengan koleksi 36 angka. Bersama Deltras dan PSAP. Artinya, Ayam Kinantan turun kasta.
“Anak-anak sudah berusaha berjuang. Kami memberikan perlawanan. Tapi memang mereka sedikit tidak fokus dan kehilangan konsentrasi,” ujar Pelatih kiper Sugiar mewakili Caretaker Pelatih PSMS, Suharto yang tengah sakit.
Tidak Didampingi Manajemen
Beban yang teramat berat dengan semangat skuad yang cukup membuat kondisi kesehatan Suharto menurun sejak kemarin. “Bang Harto memang memaksakan tetap mendampingi anak-anak di bench walau kondisinya demam,” lanjut Sugiar.
Ironisnya tak satupun perwakilan manajemen mendampingi tim. Padahal tur Kalimantan merupakan saat-saat krusial yang menentukan nasib PSMS di ISL. Manajer PSMS, Benny Tomasoa kali ini tak tampak mendampingi tim. CEO PSMS, Idris yang disebut-sebut bakal datang membawa pinjaman juga tak hadir.
Seperti tak sadar kalau Sasa Zecevic cs membutuhkan suntikan finansial pasca tertunggaknya gaji lebih dari lima bulan. Tentu saja manajemen harus membayar mahal.
“Tidak ada satupun pengurus yang hadir. Hanya pelatih yang ada bersama kami,” ujar salah seorang pemain yang enggan disebutkan namanya.
Duka pun tak terhindarkan di Samarinda. Para pemain meninggalkan lapangan dengan tertunduk dan tidak tahu harus berkomentar apa selain melontarkan permintaan maaf kepada para publik Medan. “Saya minta maaf kepada masyarakat Medan. Kami sudah berjuang sekuat tenaga. Tapi degradasi yang harus terjadi. Saya bisa membayangkan kesedihan suporter PSMS. Maafkan tak bisa memberi yang terbaik,” kata gelandang Anton Samba.
Sementara pencetak gol penutup di laga tersebut, Nico Malau hanya berujar singkat. “Terima kasih atas dukungan masyarakat Medan dan semuanya,” tuturnya lewat pesan blackberry messenger.
Bahkan Nastja Ceh, gelandang asal Slovenia sempat tidak percaya dengan kondisi ini. “Saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi hari ini (degradasi). Saya masih belum bisa mempercayai semuanya. Ini ibarat mimpi dengan mata terbuka. Klub PSMS, Fans PSMS, dan semua pelatih, pemain akan selalu ada di hati saya. Selamanya,” tutur pemain berusia 34 tersebut yang berencana kembali ke Slovenia.
Suasana di Segiri kontras dengan di Stadion Petrokimia Gresik dan Stadion Wombik Raja Ampat. Dua penguntit, Persiram Raja Ampat dan Persegres bersuka cita dengan kemenangan di kandang masing-masing. Persiram yang berlaga lebih awal beberapa jam sukses memukul Pelita Jaya 2-1 di Wombik. Gideon Way dan Izaac menjadi pahlawan lewat dua gol kemenangan.
Sementara Persegres yang bermain di depan pendukungnya sendiri menghempaskan Persipura Jayapura 2-1. Gol Marwan Seyedeh dan Gaston Castano memberikan asa baru untuk Gresik United berjuang di playoff.
Sejak kompetisi tertinggi tanah air berformat ISL tahun 2008/2009, PSMS seperti tak berjodoh dengan ISL. Empat tahun lalu, PSMS untuk kali pertama terlempar ke kasta kedua. Ketika itu skuad terakhir dibesut Rudi Keltjes (usai gonta ganti pelatih) gagal melewati hadangan Persebaya di zona playoff dengan kalah adu penalti.
PSMS pun berjuang dua musim di Divisi Utama. Terakhir musim lalu PSMS sukses menembus babak delapan besar Divisi Utama. Namun di Segiri Samarinda, PSMS yang membutuhkan tiga poin untuk lolos ke ISL gagal dengan hanya meraih hasil imbang 3-3. Dualisme kompetisi membuat klub-klub bimbang. Termasuk Persiba Bantul dan Persiraja, dua tim yang seyogianya promosi ke ISL memilih Indonesian Premier League (IPL) yang berada di bawah kendali PSSI. PSMS pun mendapat tiket gratis ke ISL bersama PSAP Sigli dan Persegres. (mag-18)