MEDAN- Kinerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan masih kurang maksimal. Bahkan dari hasil temuan Dewan Pemakai Jasa Angkutan Indonesia (Depalindo), infrastruktur di pelabuhan internasional itu masih jauh dari harapan.
“Kinerja infrastruktur tidak ada pengembangan, dermaga, cranenya tua. Pengembangannya ada, cuma lebih lambat ketimbang pertumbuhan. Hal itu akan merugikan pemakai jasa angkutan,” tegas Ketua Bidang Infrastruktur Angkutan dan Pelayaran Depalindo Drs Hendrik Sitompul MM kepada wartawan, Kamis (26/7).
Dijelaskannya, dari temuan di Pelabuhan Belawan, dweeling time atau massa tunggu kapal butuh waktu yang cukup signifikan. Butuh waktu 30 jam hingga 40 jam hanya untuk masa tunggu sandar, setelah sandar, kinerja bongkarnya juga lambat.
Sehingga diperkirakan, kata Hendrik, biaya logistik terbesar muaranya di sektor pelabuhan. Namun, masalah di pelabuhan yang menyebabkan lamanya dwelling time ini bukan hanya untuk infrastrukturnya, juga terkait dengan karantina, bea cukai, kapal pandu, kapal tunda, syahbandar.
“Yang perlu dipahami, high cost bukan hanya dari sisi tarif, tetapi sisi produktivitas dan efisiensi. Misalnya bea cukai, respon 3 hari, ini high cost, ada penumpukkan dan demorate. Bongkar muat lambat,” ujar Hendrik yang juga anggota tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran arus barang ekspor dan impor yang dipimpin Ibnu Purna Muchtar. (ade)