JAKARTA- Maskapai low cost carrier (LCC) asal Malaysia, AirAsia Berhard mengakuisisi 49 persen saham di Batavia Air, sementara sisanya 51 persen dimiliki mitranya PT Fersindo Nusaperkasa. Dengan begitu, keluarga Yudiawan Tansari, pemilik asli Batavia Air, sudah tidak memiliki saham lagi di maskapai itu.
“Nilai akuisisinya total USD 80 juta (sekitar Rp 750 miliar). AirAsia akan bayar cash, demikian juga Fersindo saya kira juga akan membayar cash,” ujar Group CEO AirAsia Berhard, Tan Sri Dr Tony Fernandes di Hotel Ritz Carlton Jakarta kemarin.
Fersindo merupakan mitra AirAsia Berhard yang juga menguasai 51 persen Indonesia AirAsia. Berdasar aturan, perusahaan asing memang hanya boleh memiliki 49 persen saham maskapai di Indonesia.
Tony mengaku terkesan dengan pencapain Batavia Air selama 10 tahun terakhir dan berkomitmen ingin melanjutkan apa yang telah dibangun Keluarga Tansari.
”Potensi sinergi ini sangat luar biasa, dan akan berdampak positif pada Grup AirAsia, khususnya Indonesia AirAsia. Saya percaya dengan sinergi ini akan menghadirkan penerbangan hemat yang berkualitas dunia di Indonesia,” sebutnya.
Dia mengatakan kerja sama dengan Batavia diharapkan bisa mengembangkan dua entitas secara bersama-sama. “Kami senang bekerjasama dengan Batavia Air karena kami memiliki kultur yang hampir sama. Batavia mulai pada saat yang sama dan sukses dalam penerbangan. Kami hanya sedikit jumlah penerbangannya di Indonesia,” katanya.
Tony menilai Batavia Air adalah maskapai yang bagus karena memiliki orang-orang yang hebat. Dia menilai manajemen Batavia Air bagus, punya banyak semangat dan energi.
”Kami punya banyak hal yang dipelajari dari Batavia dan kami akan bangun bersama. Di Indonesia kompetisi bagus, pasar Indonesia bagus, negara yang hebat, banyak yang bisa dilakukan dan banyak budaya, saya berharap banyak orang Indonesia yang terbang dengan AirAsia,” tutur Tony Presiden Direktur AirAsia Indonesia yang juga CEO Fersindo Nus aperkasa, Dharmadi menambahkan melalui akusisi ini, AirAsia Berhard Malaysia akan memiliki 49 persen saham di Batavia Air, dan Fersindo Nusaperkasa memiliki 51 persen kepemilikan. “Untuk proses akusisi dari pemilik awal, pada tahap pertama kami akan lakukan sebanyak 76,95 persen saham, dan sisanya 23,05 persen ditargetkan selesai pada kuartal kedua 2013,” ungkapnya.
Dharmadi menyebut akuisisi yang dilakukan bukan hanya terhadap infrastruktur Batavia Air, akan tetapi juga pusat pelatihan yang dimiliki maskapai tersebut yaitu Aero Flyer Institute (Afi). Pusat pelatihan aviasi itu akan diakuisisi dengan nilai USd 1 juta. Seluruh akuisisi ini diharapkan selesai tahun depan berdasar persetujuan regulator di indonesia. Mengenai perubahan nama dan logo batavia, dia mengaku belum dibahas,”Sampai sekarang masih belum ada rencana itu, nanti nunggu rapat dulu,” tukasnya.
Pemilik Batavia Air Yudiawan Tansari mengatakan pihaknya mengaku memilih diakuisisi AirAsia karena manajemennya berkualitas dan profesional. “Saya bangga telah membangun Batavia air dari awal yang sederhana hingga menjadi salah satu maskapai terdepan di indonesia. Pertumbuhan industri penerbangan yang begitu pesat membuat saya percaya batavia air membutuhkan skala yang lebih besar untuk bersaing dan berkembang. Saya senang AirAsia akan membawa batavia air terbang lebih tinggi,” jelasnya (wir/jpnn)