26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Usai Bentrok Perebutan Lahan Eks HGU PTPN II, Polisi Periksa Lima Saksi

LABUHAN DELI- Paskabentrokan berdarah sesama penggarap di lahan eks HGU PTPN II yang terjadi di Pasar X Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang, hingga kini aparat kepolisian masih memburu otak pelaku utamanya. Terkait atas tewasnya, Hergiono (45) alias Ang, penyidik di Mapolres Pelabuhan Belawan telah memeriksa lima orang saksi, Kamis (2/8).

“Iya, saksi-saksi telah diambil keterangannya. Kini polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku yang terlibat melakukan pembunuhan terhadap seorang korban,” kata AKP Yudi Priyanto Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan.

Bentrok rebutan lahan eks HGU PTPN II yang menewaskan seorang warga itu membuat polisi terus melakukan pengembangan kasus. Bahkan untuk memburu otak pelakunya, sejumlah perwira polisi di jajaran Polres Pelabuhan Belawan, menggelar rapat tertutup. Sedangkan tersiar kabar, salah seorang pelaku berinisial, Ru telah diamankan petugas dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan.

“Tidak benar itu, belum ada tersangka yang kita amankan, sebentar dulu ya,” ujar, Yudi.

Ungkapan serupa juga dikatakan Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riyadi. Kepada Sumut Pos usai menghadiri rapat tertutup di Polres Pelabuhan Belawan, perwira dengan pangkat melati satu ini membantah. “Belum ada diamankan, kita baru meminta keterangan saksi,” katanya.
Pembantaian Hergiono terjadi saat korban akan memasang plang dan bendera mengatasnamakan kelompoknya. Namun naas, belum selesai misi yang dikerjakannya bersama empat orang temannya, tiba-tiba pria itu diserang sekelompok pria bersenjata tajam dam disinyalir didalangi oleh seorang pria berinisial, Ju.

Dalam peristiwa tersebut, pria yang akrab disapa Ang ini akhirnya tewas dengan mengalami luka bekas sabetan senjata tajam di tubuhnya. Sementara, empat rekan korban yang lain Yanto, Heri, Lendro, dan Ragil berhasil selamat setelah melarikan diri ke arah permukiman warga.

Pamit untuk Cari Uang Lebaran

Sehari pasca peristiwa berdarah di lahan garapan itu, kini situasi di sekitar lahan tanah eks HGU perusahaan perkebunan tersebut tampak sepi dan berbeda dari hari sebelum terjadinya pembantaian yang dipicu oleh persoalan perebuatan lahan tanah.

“Biasanya banyak yang bertani tanam jagung atau ubi, tapi sejak kejadian kemarin suasana di tanah garapan hari ini agak sepi,” tutur seorang penggarap mengaku boru Nasution ini.

Terpisah, suasana duka menyelimuti sebuah rumah di Jalan Beringi I Pasar X Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli, tempat korban disemayamkan.  Rita (30) isteri korban tampak tak dapat menahan kesedihan atas kepergian suaminya. Dalam kesempatan itu, sanak keluarga dan rekan-rekan, Hergiono juga tampak hadir.

“Aku tak menyangka kalau nasib suamiku bakal berakhir seperti ini, kenapa mereka tega menghabisi suamiku dengan cara seperti ini,” ucap Rita.
Menurut wanita yang telah dikaruniai dua anak dari hasil perkawinannya dengan korban ini mengaku, sebelum perisitiwa itu terjadi suaminya pagi itu sempat pamitan dengannya dan anak mereka.”Sebelum pergi dia sempat mencium anak-anaknya, terus bilang mau cari uang lebaran,” tuturnya.
Dari Jakarta, bentrokan berdarah tersebut langsung mendapat perhatian anggota DPR RI asal Sumatera Utara Saidi Butarbutar. Dia meminta sengketa tanah harus segera dihentikan. Aparat kepolisian pun harus dapat menjaga kondusifitas dan rasa keamanan masyarakat. Apalagi saat ini merupakan bulan puasa, dimana sebagian besar masyarakat Sumatera Utara tengah menjalankan perintah agama.

Namun diakuinya bahwa kasus tanah adalah masalah yang pelik. “Masalah tanah ini merupakan masalah yang paling sulit untuk ditangani. Benar-benar kompleks karena semuanya merasa punya hak,” katanya, kemarin.

Untuk itu Saidi menyarankan, semua pihak-pihak yang berkepentingan kembali duduk bersama. Dan, hal itu tidak bisa jika hanya diselesaikan di tingkat atas. “Dan yang terpenting, kembalikan semuanya kepada hukum. Karena kalau hukum tidak bisa lagi menjadi wasit yang baik, ini akan sangat berbahaya. Dan peristiwa-peristiwa kekerasan saya pikir tidak akan pernah bisa dapat diatasi,”ungkapnya.

Pejabat Penyelesaian Konflik di BPN Kosong sejak Februari 2012

Di sisi lain, Deputi Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan Nurdin, malah mencurigai konflik lebih hebat akan terjadi di Sumut. “Prediksi saya sebelumnya bahwa bentrok yang lebih ngeri dari Mesuji, yang memakan korban jiwa, bakal terjadi di Sumut, mulai terjadi. Perlu diwaspadai kemungkinan bentrok yang lebih keras lagi,” ujarnya, kemarin di Jakarta.

Munculnya bentrok pertanahan ini, lanjut Iwan, juga menunjukkan kelambanan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Hendarman Supanji. Mantan Jaksa Agung itu juga dinilai belum punya terobosan apa pun untuk menyelesaikan maraknya konflik pertanahan yang terus meledak dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

“Malahan, dari sisi keorganisasian dan kelembagaan misalnya, sampai saat ini Jabatan Deputi V BPN-RI yang terkait denga pengkajian, penanganan dan penyelesaian konflik agraria masih lowong dan dijabat pelaksana tugas sejak Februari lalu,” ujar Iwan.

Upaya BPN untuk percepatan penyelesaian konflik pertanahan juga tidak ada kemajuan. Padahal, dengan melihat kompleksnya persoalan, BPN mestinya mengajak dan koordinasi penyelesaian konflik dengan para aktor yang terlibat/berkepentingan yaitu sejumlah kemeterian dan lembaga pemerintah, perusahaan, masyarakat korban.  Urusan ini mestinya dalam unit kerja yang khusus untuk mempercepat penyelesaian.

Iwan menyarankan BPN segera membentuk tim yang bertugas menyelesaikan konflik agraria yang melibatkan masyarakat banyak. Perlu juga dibentuk tim yang mengkaji aneka hambatan regulasi dalam penyelesaian konflik. (mag-17/gir/sam)

LABUHAN DELI- Paskabentrokan berdarah sesama penggarap di lahan eks HGU PTPN II yang terjadi di Pasar X Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deliserdang, hingga kini aparat kepolisian masih memburu otak pelaku utamanya. Terkait atas tewasnya, Hergiono (45) alias Ang, penyidik di Mapolres Pelabuhan Belawan telah memeriksa lima orang saksi, Kamis (2/8).

“Iya, saksi-saksi telah diambil keterangannya. Kini polisi masih melakukan pengejaran terhadap pelaku yang terlibat melakukan pembunuhan terhadap seorang korban,” kata AKP Yudi Priyanto Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan.

Bentrok rebutan lahan eks HGU PTPN II yang menewaskan seorang warga itu membuat polisi terus melakukan pengembangan kasus. Bahkan untuk memburu otak pelakunya, sejumlah perwira polisi di jajaran Polres Pelabuhan Belawan, menggelar rapat tertutup. Sedangkan tersiar kabar, salah seorang pelaku berinisial, Ru telah diamankan petugas dan saat ini masih dalam proses pemeriksaan.

“Tidak benar itu, belum ada tersangka yang kita amankan, sebentar dulu ya,” ujar, Yudi.

Ungkapan serupa juga dikatakan Kapolsekta Medan Labuhan, Kompol Sugeng Riyadi. Kepada Sumut Pos usai menghadiri rapat tertutup di Polres Pelabuhan Belawan, perwira dengan pangkat melati satu ini membantah. “Belum ada diamankan, kita baru meminta keterangan saksi,” katanya.
Pembantaian Hergiono terjadi saat korban akan memasang plang dan bendera mengatasnamakan kelompoknya. Namun naas, belum selesai misi yang dikerjakannya bersama empat orang temannya, tiba-tiba pria itu diserang sekelompok pria bersenjata tajam dam disinyalir didalangi oleh seorang pria berinisial, Ju.

Dalam peristiwa tersebut, pria yang akrab disapa Ang ini akhirnya tewas dengan mengalami luka bekas sabetan senjata tajam di tubuhnya. Sementara, empat rekan korban yang lain Yanto, Heri, Lendro, dan Ragil berhasil selamat setelah melarikan diri ke arah permukiman warga.

Pamit untuk Cari Uang Lebaran

Sehari pasca peristiwa berdarah di lahan garapan itu, kini situasi di sekitar lahan tanah eks HGU perusahaan perkebunan tersebut tampak sepi dan berbeda dari hari sebelum terjadinya pembantaian yang dipicu oleh persoalan perebuatan lahan tanah.

“Biasanya banyak yang bertani tanam jagung atau ubi, tapi sejak kejadian kemarin suasana di tanah garapan hari ini agak sepi,” tutur seorang penggarap mengaku boru Nasution ini.

Terpisah, suasana duka menyelimuti sebuah rumah di Jalan Beringi I Pasar X Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli, tempat korban disemayamkan.  Rita (30) isteri korban tampak tak dapat menahan kesedihan atas kepergian suaminya. Dalam kesempatan itu, sanak keluarga dan rekan-rekan, Hergiono juga tampak hadir.

“Aku tak menyangka kalau nasib suamiku bakal berakhir seperti ini, kenapa mereka tega menghabisi suamiku dengan cara seperti ini,” ucap Rita.
Menurut wanita yang telah dikaruniai dua anak dari hasil perkawinannya dengan korban ini mengaku, sebelum perisitiwa itu terjadi suaminya pagi itu sempat pamitan dengannya dan anak mereka.”Sebelum pergi dia sempat mencium anak-anaknya, terus bilang mau cari uang lebaran,” tuturnya.
Dari Jakarta, bentrokan berdarah tersebut langsung mendapat perhatian anggota DPR RI asal Sumatera Utara Saidi Butarbutar. Dia meminta sengketa tanah harus segera dihentikan. Aparat kepolisian pun harus dapat menjaga kondusifitas dan rasa keamanan masyarakat. Apalagi saat ini merupakan bulan puasa, dimana sebagian besar masyarakat Sumatera Utara tengah menjalankan perintah agama.

Namun diakuinya bahwa kasus tanah adalah masalah yang pelik. “Masalah tanah ini merupakan masalah yang paling sulit untuk ditangani. Benar-benar kompleks karena semuanya merasa punya hak,” katanya, kemarin.

Untuk itu Saidi menyarankan, semua pihak-pihak yang berkepentingan kembali duduk bersama. Dan, hal itu tidak bisa jika hanya diselesaikan di tingkat atas. “Dan yang terpenting, kembalikan semuanya kepada hukum. Karena kalau hukum tidak bisa lagi menjadi wasit yang baik, ini akan sangat berbahaya. Dan peristiwa-peristiwa kekerasan saya pikir tidak akan pernah bisa dapat diatasi,”ungkapnya.

Pejabat Penyelesaian Konflik di BPN Kosong sejak Februari 2012

Di sisi lain, Deputi Sekjen Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Iwan Nurdin, malah mencurigai konflik lebih hebat akan terjadi di Sumut. “Prediksi saya sebelumnya bahwa bentrok yang lebih ngeri dari Mesuji, yang memakan korban jiwa, bakal terjadi di Sumut, mulai terjadi. Perlu diwaspadai kemungkinan bentrok yang lebih keras lagi,” ujarnya, kemarin di Jakarta.

Munculnya bentrok pertanahan ini, lanjut Iwan, juga menunjukkan kelambanan Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Hendarman Supanji. Mantan Jaksa Agung itu juga dinilai belum punya terobosan apa pun untuk menyelesaikan maraknya konflik pertanahan yang terus meledak dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.

“Malahan, dari sisi keorganisasian dan kelembagaan misalnya, sampai saat ini Jabatan Deputi V BPN-RI yang terkait denga pengkajian, penanganan dan penyelesaian konflik agraria masih lowong dan dijabat pelaksana tugas sejak Februari lalu,” ujar Iwan.

Upaya BPN untuk percepatan penyelesaian konflik pertanahan juga tidak ada kemajuan. Padahal, dengan melihat kompleksnya persoalan, BPN mestinya mengajak dan koordinasi penyelesaian konflik dengan para aktor yang terlibat/berkepentingan yaitu sejumlah kemeterian dan lembaga pemerintah, perusahaan, masyarakat korban.  Urusan ini mestinya dalam unit kerja yang khusus untuk mempercepat penyelesaian.

Iwan menyarankan BPN segera membentuk tim yang bertugas menyelesaikan konflik agraria yang melibatkan masyarakat banyak. Perlu juga dibentuk tim yang mengkaji aneka hambatan regulasi dalam penyelesaian konflik. (mag-17/gir/sam)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/