32 C
Medan
Sunday, October 20, 2024
spot_img

Keponakan Bantai Bibi dan Sepupu

Niatnya Mau Merampok untuk Bayar Utang

MEDAN-Polsekta Medan Sunggal menangkap empat remaja pria karena terlibat pembantaian ibu dan anak. Dalam kasus ini sang ibu akhirnya tewas di rumah sakit, sementara si anak dirawat dengan luka 32 tikaman. Para pelaku masih menjalani pemeriksaan di Mapolsekta Medan Sunggal, Kamis (13/9). Masing-masing Immanuel alias Muel (19), Satria Syahputra (18), Sugi Herman alias Gebot (21), warga Jalan Bunga Cempaka Medan Sunggal dan Nanang Setiawan (16), warga Jalan Bunga Wijaya Medan Sunggal. Mereka ditangkap pada Kamis dini hari, beberapa jam setelah menikam kedua korbannyan
dengan sadis, yakni Nuriyanti (35) dan anaknya, Nazwa (8) di rumah korban, Jalan Bunga Cempaka Medan. Dari tersangka ditemukan barang bukti berupa pisau, cincin dan handphone.

Kasus pembantaian itu mulanya dirancang sebagai perampokan. Muel, yang tak lain keponakan Nuriyanti, yang mendesain rencana. Dia butuh uang membayar utang. Mereka sudah mengintai rumah korban yang biasanya kosong sejak beberapa malam sebelumnya. Lantas, Rabu (12/9) malam sekitar pukul 20.00 WIB, keempat pelaku datang dengan menggunakan sepeda motor.

Ternyata korban sedang ada di rumah bersama anak bungsunya. Para pelaku langsung menyekap dan menganiaya Nuriyanti. Tersangka IPB yang sudah membawa pisau dapur, menjadi eksekutor tunggal. Dia langsung menikam tubuh korban. Tak cukup sampai di situ, IPB juga menikam Nazwa. Seterusnya pelaku melarikan diri karena warga mulai berdatangan mendengar jeritan korban. Pelaku hanya sempat mengambil cincin dan handphone milik korban.
Pardamean Tabarus (47), ayah korban yang telah bercerai dengan ibunya sejak setahun belakangan, tengah menjemput anak pertamanya,  Mail (11) yang saat itu di rumah kakeknya di Kawasan Jalan Perjuangan, Gang Fami Tanjung Rejo Medan Sunggal. Setelah mengantarkan anaknya ke kediaman mantan isterinya itu, Pardamean biasa menunggu di depan rumah untuk memastikan anaknya telah berjumpa dengan sang ibu.

Namun saat itu anaknya Mail dikejutkan dengan suara tangisan adiknya Nazwa dari dalam rumah.

Untuk memastikan keributan di dalam rumah, Pardamean langsung lari kedalam rumah, dan menyaksikan mantan isterinya telah terbujur kaku di bawah tangga dengan berlumur darah. Sedangkan anak keduanya Nazwa terlihat menangis histeris dengan sejumlah luka. Pardamean lalu mengabarkan dan meminta tolong kepada tetangga untuk membantunya.

Sesat kemudian Pardamean langsung menggendong anak keduanya dan segera melarikannya ke RS Siti Hajar.

Sementara mantan isterinya Nuryati, dilarikan tetangganya ke RS Elizabeth Medan.Namun karena sudah tidak bernyawa lagi, jasad Nuryati selanjutnya dibawa ke RSUP H Adam Malik Medan untuk menjalani otopsi.

Polisi berhasil menangkap para pelaku dari rumah masing-masing beberapa jam kemudian. Polisi menjerat mereka dengan pasal pembunuhan berencana.

“Para tersangka telah merencanakan aksi perampokan dan pembunuhan ini, kita kenakan pasal 340 junto 365 KUHP. Ancaman hukumannya bisa seumur hidup,” kata AKP Bactiar, Kapolsekta Medan Sunggal.

Lewati Masa Kritis

Nazwa (8) korban kritis akibat pembantaian yang dilakukan sepupu bersama tiga temannya, di kediaman korban di Kawasan Jalan Bunga Cempaka Pasar III Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang masih menjalani observasi oleh tim medis RS Siti Hajar.

Sebelumnya, dr Rahmad tim medis yang menangani korban saat dikonfirmasi, di RS Siti Hajar, Kamis (13/9) mengaku, ada lebih dari lima luka yang dialami korban. Saat ini dia (Nazwa).

Saat dikunjungi diruang Melati II Lantai II RS Siti Hajar Medan, tempat Nazwa mendapatkan perawatan, terlihat sejumlah luka tikam di leher kiri, rusuk kiri dan lengan kiri korban.

Bahkan siswi kelas II SD ini masih terlihat lemah dan mengerang kesakitan atas sejumlah luka yang dialaminya.
Sementara itu nenek kandung korban, Tigan Tarigan (71) mengaku sebelumnya cucunya Nazwa  kritis akibat pendarahan atas sejumlah luka yang dideritanya.

“Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit ini kondisi dia (Nazwa) sudah mulai sadar dan sudah mau berbicara,”terangnya.

Sebelum Tewas Korban Sering Diteror

Orang tua Nuryati, Suwarno (59)saat ditemui dirumah duka, Jalan Perjuangan Gang Famili, Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, mengaku, sebelum kejadian keponakan mantan suami korban, Muel (19) ( yang juga otak pelaku) dengan ketiga temannya mendatangi rumah korban bermaksud bertamu.

Saat itulah keempat pelaku membekap dan membantai anak serta cucunya.

“Kami menduga ada motif dendam, karena sebelumnya dia (Muel) sering ketauan hendak mencuri di rumah anakku (Nuryati) tapi selalu dimaafkan dan diberi nasehat,”terangnya.

Atas kejadian ini keluarga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya jika perlu diberikan hukuman mati.

Ketiga pelaku lainnya diketahui bernama, Nanang, Herman alias Gebot, dan Satria dan telah diamankan pihak kepolisian Polsek Medan Sunggal. Petugas kepolisian juga menahan sejumlah barang bukti, sebilah pisau, dua buah hape, serbet, dan pakaian.

Sementara menurut paman korban, Sugondo (33) dua minggu sebelum kejadian korban Nuryati sempat mendapatkan ancaman teror melalui selulernya. Ancaman itu isinya,”Kubunuh kau nanti.”

“Dua minggu lalu ketika dia (Nuryati) menyapu di teras rumah. Dia mendapatkan telepon dari orang tak dikenal. Saat bersamaan, didepan kediamannya (Nuryati) dirinya merasa diperhatikan dua wanita dengan sinis. Bahkan akibat teror yang dialaminya siang sebelum kejadian, Nuryati sempat kusuruh supaya tinggal dirumah orangtuanya,”ungkap Sugondo yang mengaku sempat berbicara dengan Nuryati siang sebelum kejadian. (uma/jon/mag-19)

Muel: Sakit Hati, Saya Ajak Kawan Menghabisi

Hanya gara-gara ingin membayar utang uang yang dipinjamnya, Immanuel Pranata Barus (16) tega menghabisi nyawa bibinya sendiri dan melukai sepupunya sendiri. Niatnya merampok dan rencananya hasil rampokan itu akan digunakan untuk membayar biaya ganti rugi kepada orang yang ditabraknya. Informasinya, sepekan lalu tepatnya tanggal 6 September 2012, Immanuel menabrak orang. Karena tak mempunyai uang untuk biaya perobatan, Immanuel pun menggadaikan sepeda motornya kepada bibinya, Nuryati sebesar Rp800 ribu untuk biaya mengobati orang yang ditabraknya.

Seminggu berlalu, korban yang tak lain bibinya itu mendatangi Immanuel dan meminta uang yang dipinjamnya itu agar dikembalikan atau sepeda motor Immanuel akan dijual. Karena kesal, Immanuel pun mempunyai niat buruk dan menggambar lokasi rumah bibinya itu terlebih dahulu. Lalu Immanuel pun mengatur siasat dan mengajak ketiga temannya ke rumah bibinya dengan alasan bertamu.

Immanuel mengaku, dia sakit hati dengan perkataan bibinya dan nekat menghabisi nyawa bibinya setelah terlebih dahulu mengajak temannya, Satria untuk menggambar keadaan didalam rumah.

“Setelah saya lihat waktunya sudah tepat, lalu saya dan tiga teman saya pun melakukan aksi tersebut dan begitu menghabisi nyawa bibi saya, lalu kami kabur begitu saja meninggalkan lokasi rumah itu. Setelah itu, kami ditangkap polisi di rumah masing-masing,” ujarnya.

Satria, rekan pelaku menuturkan, dia hanya diajak oleh Immanuel karena yang mempunyai ide adalah Immanuel. “Kami hanya diajak dan tak tahu kalau dia ternyata sakit hati dengan korban. Saya tak kenal dengan korban dan yang kenal itu Immanuel,” terangnya.(uma/jon/mag-19)

Niatnya Mau Merampok untuk Bayar Utang

MEDAN-Polsekta Medan Sunggal menangkap empat remaja pria karena terlibat pembantaian ibu dan anak. Dalam kasus ini sang ibu akhirnya tewas di rumah sakit, sementara si anak dirawat dengan luka 32 tikaman. Para pelaku masih menjalani pemeriksaan di Mapolsekta Medan Sunggal, Kamis (13/9). Masing-masing Immanuel alias Muel (19), Satria Syahputra (18), Sugi Herman alias Gebot (21), warga Jalan Bunga Cempaka Medan Sunggal dan Nanang Setiawan (16), warga Jalan Bunga Wijaya Medan Sunggal. Mereka ditangkap pada Kamis dini hari, beberapa jam setelah menikam kedua korbannyan
dengan sadis, yakni Nuriyanti (35) dan anaknya, Nazwa (8) di rumah korban, Jalan Bunga Cempaka Medan. Dari tersangka ditemukan barang bukti berupa pisau, cincin dan handphone.

Kasus pembantaian itu mulanya dirancang sebagai perampokan. Muel, yang tak lain keponakan Nuriyanti, yang mendesain rencana. Dia butuh uang membayar utang. Mereka sudah mengintai rumah korban yang biasanya kosong sejak beberapa malam sebelumnya. Lantas, Rabu (12/9) malam sekitar pukul 20.00 WIB, keempat pelaku datang dengan menggunakan sepeda motor.

Ternyata korban sedang ada di rumah bersama anak bungsunya. Para pelaku langsung menyekap dan menganiaya Nuriyanti. Tersangka IPB yang sudah membawa pisau dapur, menjadi eksekutor tunggal. Dia langsung menikam tubuh korban. Tak cukup sampai di situ, IPB juga menikam Nazwa. Seterusnya pelaku melarikan diri karena warga mulai berdatangan mendengar jeritan korban. Pelaku hanya sempat mengambil cincin dan handphone milik korban.
Pardamean Tabarus (47), ayah korban yang telah bercerai dengan ibunya sejak setahun belakangan, tengah menjemput anak pertamanya,  Mail (11) yang saat itu di rumah kakeknya di Kawasan Jalan Perjuangan, Gang Fami Tanjung Rejo Medan Sunggal. Setelah mengantarkan anaknya ke kediaman mantan isterinya itu, Pardamean biasa menunggu di depan rumah untuk memastikan anaknya telah berjumpa dengan sang ibu.

Namun saat itu anaknya Mail dikejutkan dengan suara tangisan adiknya Nazwa dari dalam rumah.

Untuk memastikan keributan di dalam rumah, Pardamean langsung lari kedalam rumah, dan menyaksikan mantan isterinya telah terbujur kaku di bawah tangga dengan berlumur darah. Sedangkan anak keduanya Nazwa terlihat menangis histeris dengan sejumlah luka. Pardamean lalu mengabarkan dan meminta tolong kepada tetangga untuk membantunya.

Sesat kemudian Pardamean langsung menggendong anak keduanya dan segera melarikannya ke RS Siti Hajar.

Sementara mantan isterinya Nuryati, dilarikan tetangganya ke RS Elizabeth Medan.Namun karena sudah tidak bernyawa lagi, jasad Nuryati selanjutnya dibawa ke RSUP H Adam Malik Medan untuk menjalani otopsi.

Polisi berhasil menangkap para pelaku dari rumah masing-masing beberapa jam kemudian. Polisi menjerat mereka dengan pasal pembunuhan berencana.

“Para tersangka telah merencanakan aksi perampokan dan pembunuhan ini, kita kenakan pasal 340 junto 365 KUHP. Ancaman hukumannya bisa seumur hidup,” kata AKP Bactiar, Kapolsekta Medan Sunggal.

Lewati Masa Kritis

Nazwa (8) korban kritis akibat pembantaian yang dilakukan sepupu bersama tiga temannya, di kediaman korban di Kawasan Jalan Bunga Cempaka Pasar III Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang masih menjalani observasi oleh tim medis RS Siti Hajar.

Sebelumnya, dr Rahmad tim medis yang menangani korban saat dikonfirmasi, di RS Siti Hajar, Kamis (13/9) mengaku, ada lebih dari lima luka yang dialami korban. Saat ini dia (Nazwa).

Saat dikunjungi diruang Melati II Lantai II RS Siti Hajar Medan, tempat Nazwa mendapatkan perawatan, terlihat sejumlah luka tikam di leher kiri, rusuk kiri dan lengan kiri korban.

Bahkan siswi kelas II SD ini masih terlihat lemah dan mengerang kesakitan atas sejumlah luka yang dialaminya.
Sementara itu nenek kandung korban, Tigan Tarigan (71) mengaku sebelumnya cucunya Nazwa  kritis akibat pendarahan atas sejumlah luka yang dideritanya.

“Setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit ini kondisi dia (Nazwa) sudah mulai sadar dan sudah mau berbicara,”terangnya.

Sebelum Tewas Korban Sering Diteror

Orang tua Nuryati, Suwarno (59)saat ditemui dirumah duka, Jalan Perjuangan Gang Famili, Kelurahan Tanjung Rejo Kecamatan Medan Sunggal, mengaku, sebelum kejadian keponakan mantan suami korban, Muel (19) ( yang juga otak pelaku) dengan ketiga temannya mendatangi rumah korban bermaksud bertamu.

Saat itulah keempat pelaku membekap dan membantai anak serta cucunya.

“Kami menduga ada motif dendam, karena sebelumnya dia (Muel) sering ketauan hendak mencuri di rumah anakku (Nuryati) tapi selalu dimaafkan dan diberi nasehat,”terangnya.

Atas kejadian ini keluarga berharap pelaku dihukum seberat-beratnya jika perlu diberikan hukuman mati.

Ketiga pelaku lainnya diketahui bernama, Nanang, Herman alias Gebot, dan Satria dan telah diamankan pihak kepolisian Polsek Medan Sunggal. Petugas kepolisian juga menahan sejumlah barang bukti, sebilah pisau, dua buah hape, serbet, dan pakaian.

Sementara menurut paman korban, Sugondo (33) dua minggu sebelum kejadian korban Nuryati sempat mendapatkan ancaman teror melalui selulernya. Ancaman itu isinya,”Kubunuh kau nanti.”

“Dua minggu lalu ketika dia (Nuryati) menyapu di teras rumah. Dia mendapatkan telepon dari orang tak dikenal. Saat bersamaan, didepan kediamannya (Nuryati) dirinya merasa diperhatikan dua wanita dengan sinis. Bahkan akibat teror yang dialaminya siang sebelum kejadian, Nuryati sempat kusuruh supaya tinggal dirumah orangtuanya,”ungkap Sugondo yang mengaku sempat berbicara dengan Nuryati siang sebelum kejadian. (uma/jon/mag-19)

Muel: Sakit Hati, Saya Ajak Kawan Menghabisi

Hanya gara-gara ingin membayar utang uang yang dipinjamnya, Immanuel Pranata Barus (16) tega menghabisi nyawa bibinya sendiri dan melukai sepupunya sendiri. Niatnya merampok dan rencananya hasil rampokan itu akan digunakan untuk membayar biaya ganti rugi kepada orang yang ditabraknya. Informasinya, sepekan lalu tepatnya tanggal 6 September 2012, Immanuel menabrak orang. Karena tak mempunyai uang untuk biaya perobatan, Immanuel pun menggadaikan sepeda motornya kepada bibinya, Nuryati sebesar Rp800 ribu untuk biaya mengobati orang yang ditabraknya.

Seminggu berlalu, korban yang tak lain bibinya itu mendatangi Immanuel dan meminta uang yang dipinjamnya itu agar dikembalikan atau sepeda motor Immanuel akan dijual. Karena kesal, Immanuel pun mempunyai niat buruk dan menggambar lokasi rumah bibinya itu terlebih dahulu. Lalu Immanuel pun mengatur siasat dan mengajak ketiga temannya ke rumah bibinya dengan alasan bertamu.

Immanuel mengaku, dia sakit hati dengan perkataan bibinya dan nekat menghabisi nyawa bibinya setelah terlebih dahulu mengajak temannya, Satria untuk menggambar keadaan didalam rumah.

“Setelah saya lihat waktunya sudah tepat, lalu saya dan tiga teman saya pun melakukan aksi tersebut dan begitu menghabisi nyawa bibi saya, lalu kami kabur begitu saja meninggalkan lokasi rumah itu. Setelah itu, kami ditangkap polisi di rumah masing-masing,” ujarnya.

Satria, rekan pelaku menuturkan, dia hanya diajak oleh Immanuel karena yang mempunyai ide adalah Immanuel. “Kami hanya diajak dan tak tahu kalau dia ternyata sakit hati dengan korban. Saya tak kenal dengan korban dan yang kenal itu Immanuel,” terangnya.(uma/jon/mag-19)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/