In Memoriam MTV Indonesia
Pada akhir 90-an, apa yang benar-benar mewakili anak muda Indonesia? Jawabannya adalah MTV! Istilahnya saat itu, nggak gaul kalau nggak nonton MTV. Generasi muda sekarang kehilangan momen itu. Kemanakah MTV menghilang?
“Guys, let”s make this TTWW (trending topic world wide). AnakNongkrongWantMTVBack #MTVIndonesia,” tulis Daniel Mananta di akun Twitter-nya pada 8 September lalu. Daniel adalah salah seorang yang besar karena MTV. Karirnya di dunia hiburan bermula dari menjadi VJ MTV 2003.
Di belakang Daniel masih ada banyak lagi nama yang sukses di industri hiburan karena MTV. Sebut saja Sarah Sechan, Jamie Aditya, Alex Abbad, Shanty, Nirina Zubir, Dewi Rezer, Arie Untung, Cathy Sharon, Marissa Nasution, Evan Sanders, dan banyak lagi.
Kemana MTV Indonesia sekarang? Sudah tidak ada. Dulu anak nongkrong (sebutan bagi penonton MTV) bisa melihatnya melalui channel ANTV, kemudian berpindah ke Global TV hingga akhirnya hilang dari Indonesia.
Itulah penyebab tulisan Daniel di Twitter-nya. Menurut dia, banyak anak muda yang rindu dengan MTV Indonesia. Hilangnya MTV sama dengan hilangnya wadah untuk musik. Acara musik di televisi sekarang ini memang banyak. Namun, tidak ada yang menayangkan klip musisi secara utuh.
“Sayang saja. Sekarang nggak ada wadah untuk orang bisa menikmati musik, melihat klip video. Sekarang orang melihat klip di YouTube,” urai Hendra Tanusaputra, head of marketing Warner Music Indonesia Jumat (14/9).
Hendra adalah salah seorang mantan staf MTV Indonesia. Dulu Hendra menjabat sebagai head of talent artist relation (TAR) & programming MTV Indonesia. Dia berkarir di MTV Indonesia sejak 2000–2006. Dia salah seorang yang membidani lahirnya beragam program MTV yang digandrungi anak muda itu. Hilangnya MTV dari Indonesia sangat membuatnya sedih.
“Sedih banget. Ibaratnya, saya merasa bangun MTV dari awal. Dari bayi ibaratnya. Mulai kecil sampai jadi besar, besar, dan makin besar. Penurunan pasti ada, tapi bisa dipertahankan. Tapi, ini kemudian makin turun, turun, dan turun sampai akhirnya hilang. Rest In Peace. Sayang banget. Sangat menyayangkan,” ungkapnya.
Seperti halnya anak muda lain yang mengidolakan MTV, Hendra juga seperti itu. Kiblatnya anak muda saat itu adalah saluran televisi asal Amerika Serikat tersebut. “Semua orang pengen kerja di MTV, termasuk saya. Dan passion saya juga di musik,” ucapnya.
Sedikit bernostalgia mengingat masa lalu, Hendra menceritakan bagaimana saat kali pertama dia masuk kerja. Kala itu MTV masih tayang di ANTV, kantornya terletak di PPHUI (Pusat Perfilman HAji Usmar Ismail) Kuningan.
Tak mau merusak hari pertamanya, dia pun berpakaian sangat rapi. Celana bahan dan kemeja. Begitu sampai di kantor, dia terbengong. “Hari itu ternyata dress code-nya baju pantai. Jadi, orang kantor pada pakai celana pendek, tank top, sedangkan saya pakai baju kerja rapi bener,” ucapnya lalu tersenyum mengingat kejadian lucu tersebut.
“Memang begitulah di MTV. Fun. Kami mencari orang-orang muda yang kreatif. Yang punya passion di musik. Target market MTV memang untuk anak muda,” lanjutnya.
Sekitar 2002 muncul saluran TV baru, Global TV. Saluran tersebut belum memiliki program, MTV Indonesia pun ditawari untuk mengisi. Dibelilah lisensi MTV Indonesia oleh Global TV. “Ya sudah, kami pindah ke Global TV tahun itu. Mereka sedang tidak ada program apa pun. MTV Indonesia diminta untuk membuat program 24 jam,” terang Hendra.
Dari situ MTV Indonesia semakin dikenal dengan program-programnya seperti MTV Land, MTV Ampuh, MTV 100 % Indonesia, MTV Getar Cinta, MTV Salam Dangdut, dan masih banyak lagi. Termasuk ajang pencarian VJ MTV, VJ Hunt. Slogan MTV, anak nongkrong, sempat mengalami perubahan menjadi MTV gue banget.
Pada 2006 ada sistem bisnis baru yang dilakukan. MTV regional Asia menawarkan pada Global TV untuk membeli brand MTV. “Kurang jelas sih ya bagaimana persisnya. Pokoknya, ada sistem bisnis baru. MTV regional menawarkan pada Global TV untuk semacam membeli brand, tapi produksinya yang handle Global TV. Sebelumnya kan ada tim sendiri yang didedikasikan untuk mengurus MTV Indonesia. Dari situ MTV Indonesia-nya sendiri kemudian bubar,” urainya.
Sebagai saluran televisi, Global TV pun pada akhirnya mulai berkembang dan mulai memiliki program sendiri. Akibatnya, jam tayang MTV pun dikurangi. Di industri pertelevisian antara idealis dan rating agak susah bersinergi. “MTV maunya idealis, bagus, sophisticated. Dan belum tentu ini diterima orang banyak. Sebab, televisi mau rating-nya bagus, iklannya banyak. Ini yang nggak matching,” jelasnya.
Di MTV Indonesia berlaku jika satu program tidak bagus rating-nya, akan memengaruhi keseluruhan. Itu mengakibatkan program-program MTV semakin lama semakin sedikit mendapat jam tayang.
“Jamnya jadi makin malam. Dikasihnya jam pocong, jam 12 malam ke atas. Sekitar jam 2 sampai jam 4 pagi. Siapa yang mau nonton. Ada sih yang nonton, orang-orang yang insomnia mungkin ya. Sudah begitu, promonya nggak ada juga. Dengan kondisi seperti itu, makin lama akan mati dengan sendirinya,” ucap dia. (jan/c14/ayi)