Hadapi Demo Innocence of Muslims
JAKARTA-Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq meminta aparat tidak bersikap berlebihan menghadapi unjukrasa memrotes film Innocence of Muslims. Ini menyusul bentrokan antara demonstran dengan polisi di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Senin (17/9) lalu.
“Mestinya aparat bersikap kooperatif saja dalam menyikapi unjuk rasa tersebut. Faktanya, kok represif, sehingga pengunjuk rasa nekat. Ini tidak perlu terjadi sebab akar masalahnya adalah film yang dibuat warga negara Amerika Serikat,” kata Mahfudz Siddiq, di gedung DPR, Senayan Jakarta, Selasa (18/9).
Menurut politisi Partai PKS itu, pihak AS pasti sudah memahami potensi kemarahan publik dan umat Islam Indonesia atas film Innocence of Muslims dan sudah mengambil langkah-langkah tepat untuk mengakomodasi unjuk rasa tersebut.
Selain itu, Mahfudz juga mendesak pemerintah memblokir film Innocence of Muslims beredar dengan cara apapun di Indonesia.
“Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk segera memblokir film ‘Innocence of Muslims’ di dalam negeri. Mengingat sampai saat ini film tersebut itu masih dapat diunduh. Ini akan membuat masyarakat semakin keras reaksinya,” ujar Mahfudz Siddiq.
Sementara itu di Medan, aksi mengecam film Innocence of Muslim belum juga berhenti. Kemarin puluhan massa yang tergabung dalam Gerakan Muslim Sumatera Utara (Geram-SU), yang terdiri dari Ormas Islam, Mahasiswa Islam dan Partai Islam, menggelar aksi unjuk rasa di depan Konjen Amerika Serikat di Gedung Uniland, di Jalan MT Haryono, Medan, Selasa (18/9) pagi 09.00 WIB.
Sebelum menggelar aksi, para pengunjuk rasa terlebih dahulu berkumpul di Lapangan Merdeka dan selanjutnya melakukan konvoi dengan pengawalan ketat dari pihak kepolisian dari Polresta Medan menuju Kantor Konjen Amerika Serikat di Gedung Uniland tersebut.
“Kita minta pemerintah untuk mengusir aparat-aparat pemerintahan barat dari NKRI terutama Amerika Serikat,” ujar Koordinator Aksi, Indra Buana Tanjung.
Selain menggelar orasi, massa juga membakar ban didepan Gedung Uniland sehingga membuat jalanan di kawasan tersebut mengalami kemacetan yang cukup panjang. Puluhan petugas kepolisian dari Polresta Medan dan Polsek Medan Timur tampak turun ke lokasi untuk melakukan penjagaan. Amatan wartawan koran ini di lokasi unjuk rasa, Kapolresta Medan, Kombes Pol Monang Situmorang juga tampak hadir di lokasi. Tak hanya itu, tampak juga mobil Kapoldasu di sekitar lokasi unjuk rasa, namun Kapoldasu tak terlihat di lokasi unjuk rasa.
Setelah lebih kurang dua jam melakukan orasi, namun tidak satu pun perwakilan dari Konjen AS yang datang menemui para pengunjuk rasa. Akhirnya para pengunjuk rasa membubarkan diri dengan tertib dan kembali ke Lapangan Merdeka Medan dalam kawalan petugas Polisi.
Di sisi lain, Ketua PD Al Washliyah Kota Medan, Azzam Rizal mengatakan, film Innocence Of Muslim jelas-jelas menghina Islam. “Kami mengimbau semua umat Islam untuk lebih bijak menyampaikan kecaman kepada pihak manapun. Jangan sampai kita mencegah kemungkaran dengan kemungkaran. Kita kedepankan ‘Islam Rahmatan Lil Alamin’, sampaikan itu dengan bijaksana agar tercemin agama Islam itu benar,” jelasnya.
Kecaman juga muncul di Tebingtinggi. Tiga kelompok pengurus Islam besar di Kota Tebingtinggi melalui Majelis Ulama Indonesia (MUI), Dewan Pimpinan Cabang Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Pimpinan Cabang Nahladtul Ulama (NU) Kota Tebingtinggi. “PCNU Tebingtinggi mengutuk keras penghinaan terhadap Rasulullah,” ujar Ketua PCNU Tebingtinggi Ir OKi Doni Siregar.
“Kita lihat akibat film itu,umat muslim di seluruh dunia marah dan bergejolak melakukan unjuk rasa,” timpal Ketua MUI Kota Tebingtinggi, Drs Ahmad Dalil Harahap.
“Segera tangkap sutradara film itu, adili seberat-beratnya sebelum umat muslim di dunia menunjukan kemarahannya,” tambah Ketua DPC PPP Kota Tebingtinggi Syabuddin Abduh Hasibuan. (fas/jpnn/jon/mag19/mag-3)