Rencana Laga Duo Timnas untuk Piala AFF
JAKARTA- Perseteruan antara PSSI dan KPSI kian meruncing. Terakhir dipicu oleh ajakan tanding Timnas versi KPSI yang dilatih Alfred Riedl dengan timnas PSSI yang diasuh Nil Maizar.
Namun PSSI tidak mau terlalu menanggapi tantangan tanding tersebut. “Saya kira itu kurang bagus, akan jadi preseden buruk. Nanti bisa timbul diskriminasi,” kata Manajer Timnas Habil Marati saat ditemui di Kantor PSSI Senayan Jakarta, Rabu (3/10).
Menurutnya, kualitas sebuah tim tidak bisa ditentukan dengan sekali pertandingan. Sepakbola, kata dia, juga ditentukan faktor keberuntungan. “Kalau tiba-tiba pemain LPI yang menang, masa yang kayak Bambang Pamungkas dibuang,” jelasnya.
Kalau hanya ujicoba tanpa syarat, Habil mengatakan boleh-boleh saja. “Tetapi jika syaratnya yang menang berhak mengikuti Piala AFF, itu saya pikir diskriminatif. Harmonisasinya itu kita memilih yang terbaik di ISL dan yang terbaik di IPL,” kata Habil.
Seperti diketahui, rencananya timnas KPSI di bawah naungan La Nyalla Mattalitti bakal menantang timnas versi PSSI Djohar Arifin Husein pada 10 Okteber mendatang. Sementara saat ini, PSSI memanggil 8 pemain ISL untuk mengikuti timnas. Tapi Habil tidak menutup kemungkinan, ada penambahan pemain ISL.
“Kalau memang ada pemain terbaik dari ISL, kirim pemainnya ke sini. Saya malah berharap timnas mencerminkan NKRI. Ada Papua, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, Bali, itu lebih bagus,” tegasnya.
Sementara mantan pemain timnas era 90-an, Peri Sandria menganggap upaya Timnas KPSI menantang skuad timnas PSSI merupakan hal yang tidak perlu dilakukan. ”Ini tidak perlu dilakukan.
Bukan begitu caranya demi mencari yang terbaik di sepakbola kita ini. Karena timnas hanya ada satu,” ucap Peri Sandria.
Bahkan mantan punggawa Bandung Raya ini mengatakan, sebaiknya pihak-pihak yang bertanggung jawablah harusnya yang diadu. Karena itu merupakan kepentingan mereka.
“Jadi, bukan timnasnya yang harus berduel. Bila perlu para pengurus dari kedua belah pihak yang harusnya diadu.
Para pemain hanya sebagai korban dan objek dari keegosian dari pengurus,” tegas Peri. Dia juga mengaku prihatin melihat kondisi sepakbola tanah air saat ini. Dari munculnya dua pengurus otoritas tertinggi sepak bola tanah air, kemudian berlanjut ke dua kompetisi berbeda, hingga kini adanya dua Timnas berbeda, menandakan bahwa sepakbola Indonesia tidak akan maju.(abu/jpnn/bbs)