26 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

HASMI Incar Aset Amerika

JAKARTA – Markas Besar Polri menyebut kelompok teroris yang ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror adalah kelompok baru dengan nama HASMI (Harakah Sunny Untuk Masyarakat Indonesia). Kelompok ini diketuain
oleh Abu Hanifah yang ditangkap di Jalan Lawu Timur, Mojosong, Jebres atas nama Abu Hanifah. Mereka tersebar di beberapa tempat yang sudah diamankan Densus 88.

SIAGA: Tim Densus 88 mengawasi penangkapan terduga teroris  Bogor, Sabtu (27/10) petang. //radar bogor/jpnn
SIAGA: Tim Densus 88 mengawasi penangkapan terduga teroris di Bogor, Sabtu (27/10) petang. //radar bogor/jpnn

“Kelompok ini juga menargetkan Mako Brimob, Jawa Tengah, di Srondol,” ujar Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Suhardi Alius di kantor Divisi Humas, Jakarta Selatan, Sabtu (27/10).
Suhardi menyatakan, para pelaku yang tergabung dalam kelompok ini belum menyebutkan kapan tepatnya mereka akan meledakkan target-target tersebut. Untungnya, misi peledakan itu digagalkan Detasemen Khusus 88, sebelum dilaksanakan oleh kelompok Abu Hanifah itu.

“Mereka kan sempat sudah menyiap, merakit bahan peledak yang siap pakai. Ini barang buktinya sudah diamankan oleh Densus 88,” ujar Suhardi sambil menunjukkan sejumlah gambar barang bukti yang sudah diamankan dari lokasi penangkapan di Madiun. ‘’Dilihat dari perakitan bom yang mereka siapkan, sepertinya kelompok ini sudah berpengalaman dalam merakit bom,” dia menambahkan.
Penangkapan ini adalah buah operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror pada 26-27 Oktober 2012 saat menggelar penangkapan terduga teroris di empat tempat. Di antaranya, Madiun, Jawa Timur, Solo, Jawa Tengah, Leuwiliang, Bogor, serta Palmerah, Jakarta Barat.

Menurut Suhardi, penangkapan pertama di Perumahan Puri Amarta Residence, nomor B3 Desa Josena, Kecamatan Taman Kodya, Madiun, pukul 20.00 WIB, Jumat (26/10). Barang bukti yang diamankan adalah sejumlah bom siap ledak. Selain juga bahan baku pembuatan bom yang masih dalam proses perakitan. “Ada buku panduan pembuatan bom. Itu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mereka sepertinya belajar dari situ,” lanjut Suhardi.
Penangkapan kedua dilakukan hari ini, pukul (27/10) pukul 11.00 siang di Solo, Jawa Tengah. Saat itu Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris. Satu orang ditangkap di Jalan Lawu Timur, Mojosong, Jebres atas nama Abu Hanifah. Sementara, terduga kedua atas nama Harun ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Dukuh Bondowoso, Mojosongo.

Terduga ketiga atas nama Pujianto, alias Ari, Ahmadun. “Pujianto alias Ari alias Ahmadun kedapatan membonceng Abu Hanifah saat penangkapan,”
Penangkapan ketiga dilakukan di Jalan Neglasari Kidul, Kelurahan Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Dalam penangkapan diamankan dua orang yaitu Emir atau Emirat dan Zainuddin. “Setelah penangkapan dilakukan pengejaran terhadap yang namanya Usman. Tersangka ketiga di daerah Cikaret. Jadinya ada 3 tersangka,” jelas Suhardi.

Tempat terakhir penggebrekan adalah di Palmerah Barat. Dua orang pertama yang diamankan adalah David Azhar dan Herman. “Dalam pengembangan Dikembangkan lagi sampai ke daerah Kebon Kacang, dapat tersangka Narto. Dari penangkapan didapat barang bukti bahan-bahan pembuatan dan peakitan bom,” pungkas Suhardi.

Menurut Suhardi, jika ada penangkapan lebih dari 11 orang, maka kata dia, itu termasuk orang-orang yang berada di tempat kejadian yang sama. Mereka akan dimintai keterangan. Jika tidak terbukti terlibat, maka akan dikembalikan pada keluarga masing-masing.

Sementara itu, warga di sekitar Palmerah Barat yang menjadi tempat penangkapan tiga terduga teroris di kawasan Palmerah, Sabtu (27/10), mengaku kaget karena ketiga warga yang ditangkap selama ini tak menunjukkan keanehan selama tinggal di wilayah tersebut.

Tiga terduga teroris itu adalah Herman Setiono (20), Yanto, dan David Ashari(18). Mereka ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror, siang tadi, Sabtu (27/10).
Menurut salah satu tetangga Yanto, Parno, pria bertubuh pendek itu selalu ramah dan tidak bersikap aneh. Ia memang bukan penduduk asli Palmerah, dan memiliki sebuah kontrakan.
Namun, ia berlaku layaknya warga lain seperti mengikuti kegiatan pengajian dan kegiatan lingkungan lainnya. Kontrakan Yanto terletak 100 meter dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) Palmerah Barat. Ia tinggal bersama istrinya dan beberapa orang pekerja konveksi.

“Dia berjualan pakaian di Tanah Abang. Biasa-biasa aja sih selama ini, sering ngumpul dan ngobrol juga sama tetangga. Makanya, bingung dan kaget juga kenapa bisa ditangkap polisi,” ujar Parno.
Rumah Yanto, adalah rumah kedua yang dibatasi police line oleh pasukan Densus 88 Antiteror. Ia ditangkap saat bersama dengan Herman dan David.
Tak hanya tetangga Yanto yang bingung, warga sekitar rumah Herman dan David pun tak kalah kagetnya. Evi yang juga tetangga dua kakak beradik ini menyatakan bingung melihat polisi bersenjata lengkap yang berlari ke arah gang rumahnya menuju rumah Herman. (flo/jpnn)

JAKARTA – Markas Besar Polri menyebut kelompok teroris yang ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror adalah kelompok baru dengan nama HASMI (Harakah Sunny Untuk Masyarakat Indonesia). Kelompok ini diketuain
oleh Abu Hanifah yang ditangkap di Jalan Lawu Timur, Mojosong, Jebres atas nama Abu Hanifah. Mereka tersebar di beberapa tempat yang sudah diamankan Densus 88.

SIAGA: Tim Densus 88 mengawasi penangkapan terduga teroris  Bogor, Sabtu (27/10) petang. //radar bogor/jpnn
SIAGA: Tim Densus 88 mengawasi penangkapan terduga teroris di Bogor, Sabtu (27/10) petang. //radar bogor/jpnn

“Kelompok ini juga menargetkan Mako Brimob, Jawa Tengah, di Srondol,” ujar Kepala Divisi Humas Polri, Inspektur Jenderal Suhardi Alius di kantor Divisi Humas, Jakarta Selatan, Sabtu (27/10).
Suhardi menyatakan, para pelaku yang tergabung dalam kelompok ini belum menyebutkan kapan tepatnya mereka akan meledakkan target-target tersebut. Untungnya, misi peledakan itu digagalkan Detasemen Khusus 88, sebelum dilaksanakan oleh kelompok Abu Hanifah itu.

“Mereka kan sempat sudah menyiap, merakit bahan peledak yang siap pakai. Ini barang buktinya sudah diamankan oleh Densus 88,” ujar Suhardi sambil menunjukkan sejumlah gambar barang bukti yang sudah diamankan dari lokasi penangkapan di Madiun. ‘’Dilihat dari perakitan bom yang mereka siapkan, sepertinya kelompok ini sudah berpengalaman dalam merakit bom,” dia menambahkan.
Penangkapan ini adalah buah operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror pada 26-27 Oktober 2012 saat menggelar penangkapan terduga teroris di empat tempat. Di antaranya, Madiun, Jawa Timur, Solo, Jawa Tengah, Leuwiliang, Bogor, serta Palmerah, Jakarta Barat.

Menurut Suhardi, penangkapan pertama di Perumahan Puri Amarta Residence, nomor B3 Desa Josena, Kecamatan Taman Kodya, Madiun, pukul 20.00 WIB, Jumat (26/10). Barang bukti yang diamankan adalah sejumlah bom siap ledak. Selain juga bahan baku pembuatan bom yang masih dalam proses perakitan. “Ada buku panduan pembuatan bom. Itu dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Mereka sepertinya belajar dari situ,” lanjut Suhardi.
Penangkapan kedua dilakukan hari ini, pukul (27/10) pukul 11.00 siang di Solo, Jawa Tengah. Saat itu Densus 88 menangkap tiga orang terduga teroris. Satu orang ditangkap di Jalan Lawu Timur, Mojosong, Jebres atas nama Abu Hanifah. Sementara, terduga kedua atas nama Harun ditangkap di Jalan Sumpah Pemuda, Dukuh Bondowoso, Mojosongo.

Terduga ketiga atas nama Pujianto, alias Ari, Ahmadun. “Pujianto alias Ari alias Ahmadun kedapatan membonceng Abu Hanifah saat penangkapan,”
Penangkapan ketiga dilakukan di Jalan Neglasari Kidul, Kelurahan Leuwimekar, Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Dalam penangkapan diamankan dua orang yaitu Emir atau Emirat dan Zainuddin. “Setelah penangkapan dilakukan pengejaran terhadap yang namanya Usman. Tersangka ketiga di daerah Cikaret. Jadinya ada 3 tersangka,” jelas Suhardi.

Tempat terakhir penggebrekan adalah di Palmerah Barat. Dua orang pertama yang diamankan adalah David Azhar dan Herman. “Dalam pengembangan Dikembangkan lagi sampai ke daerah Kebon Kacang, dapat tersangka Narto. Dari penangkapan didapat barang bukti bahan-bahan pembuatan dan peakitan bom,” pungkas Suhardi.

Menurut Suhardi, jika ada penangkapan lebih dari 11 orang, maka kata dia, itu termasuk orang-orang yang berada di tempat kejadian yang sama. Mereka akan dimintai keterangan. Jika tidak terbukti terlibat, maka akan dikembalikan pada keluarga masing-masing.

Sementara itu, warga di sekitar Palmerah Barat yang menjadi tempat penangkapan tiga terduga teroris di kawasan Palmerah, Sabtu (27/10), mengaku kaget karena ketiga warga yang ditangkap selama ini tak menunjukkan keanehan selama tinggal di wilayah tersebut.

Tiga terduga teroris itu adalah Herman Setiono (20), Yanto, dan David Ashari(18). Mereka ditangkap oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror, siang tadi, Sabtu (27/10).
Menurut salah satu tetangga Yanto, Parno, pria bertubuh pendek itu selalu ramah dan tidak bersikap aneh. Ia memang bukan penduduk asli Palmerah, dan memiliki sebuah kontrakan.
Namun, ia berlaku layaknya warga lain seperti mengikuti kegiatan pengajian dan kegiatan lingkungan lainnya. Kontrakan Yanto terletak 100 meter dari Tempat Pemakaman Umum (TPU) Palmerah Barat. Ia tinggal bersama istrinya dan beberapa orang pekerja konveksi.

“Dia berjualan pakaian di Tanah Abang. Biasa-biasa aja sih selama ini, sering ngumpul dan ngobrol juga sama tetangga. Makanya, bingung dan kaget juga kenapa bisa ditangkap polisi,” ujar Parno.
Rumah Yanto, adalah rumah kedua yang dibatasi police line oleh pasukan Densus 88 Antiteror. Ia ditangkap saat bersama dengan Herman dan David.
Tak hanya tetangga Yanto yang bingung, warga sekitar rumah Herman dan David pun tak kalah kagetnya. Evi yang juga tetangga dua kakak beradik ini menyatakan bingung melihat polisi bersenjata lengkap yang berlari ke arah gang rumahnya menuju rumah Herman. (flo/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/