26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Berawal dari Panitia Renovasi Masjid Jamik

Asmal, Pengusaha Kubah Masjid di Jalan Medan-Binjai Km 15,7

Niat baik selalu mendatangkan berkah yang tidak terduga. Petuah itu tak dapat dibantah Asmal Suharmansyah Lubis yang kini sukses dengan usaha pembuatan kubah masjid. Bengkel Asmal di Jalan Medan-Binjai Km 15,7 kini selalu menjadi tujuan, jika ada renovasi rumah Allah SWT itu.

DONI H, Medan

Beberapa kubah tampak berjajar di sebuah bengkel bernama Sido Harind. Warna-warni dan cukup indah. Beberapa pekerja tampak mengelas besi-besi yang masih akan didesain dan dirangkai. Asmal pun mulai bercerita bagaimana perjalanan kisahnya hingga akhirnya konsen di usaha kubah masjid.

Asmal Suharmansyah Lubis //donni/sumut pos
Asmal Suharmansyah Lubis //donni/sumut pos

Tiga puluh dua tahun lalu Asmal hanya seorang pekerja di salah satu perusahaan alat-alat berat di kawasan Lhokseumawe Aceh. Dengan keahliannya Asmal membuka bengkel las kecil-kecilan. Ia menerima las-an apa saja. “Belum banyak yang ngelas dulu, paling hanya alat-alat pertanian sederhana seperti parang dan cangkul saja,” katanya.

Asmal yang tidak puas terus mencari inovasi. Jadilah ia mengembangkan usaha las teralis. Asmal tidak pasif menunggu orang datang ke
bengkelnya. Ia langsung jemput bola dengan menawarkan ke orang-orang. “Kalau ada orang-orang yang mau bangun rumah saya datangi, Terus saya
tawarkan. Mulai banyak yang mempercayakan kepada saya dan cukup berhasil,” kata pria berusia 61 tahun ini.

Namun namanya usaha, tentunya tidak selamanya grafiknya naik. Apalagi krisis moneter 1998 membuat banyak usaha mengalami kepailitan.
Termasuk Asmal yang mulai bimbang dengan usahanya yang menurun. Masih dengan ilmunya merangkai besi, Asmal pun beralih ke pembuatan mainan
anak-anak seperti perosotan dan kuda-kudaan. Namun Asman masih bimbang.

Meski usahanya berjalan tapi cenderung stagnan. Sampai pada suatu ketika sebuah masjid tua di Kampung Sidodadi yang berada di belakang
bengkelnya akan direnovasi. Asmal yang terlibat sebagai panitia cukup bersemangat membantu renovasi Masjid Jamik itu dengan
alasan amal. “Ada bantuan dari BUMN. Kebetulan saya kenal dan berusaha menjembatani pembiayaan. Mereka setuju dan masjid bisa
berdiri. Tapi kurang kubahnya. Harganya cukup mahal. Saya cari cara agar masjid bisa segera digunakan untuk ibadah,” tambahnya.

Dasar Asmal yang selalu punya akal, ia mulai merangkai besi-besi bekas untuk membangun kubah. “Sepuluh hari saya coba rangkai pelan-pelan.
Jadi juga akhirnya. Lalu saya pajang dibengkel ternyata banyak yang suka. Terus warga Sidodadi pun sepakat kubah saya yang dipasang di
masjid,” ungkapnya.

Sejak itu, Asmal mulai percaya diri dengan karya kubahnya. Apalagi kabar itu tersiar kemana-mana. Selain karyanya bagus, bandrolnya juga
termasuk murah. Apalagi selain bisnis ia juga bisa beramal. Ayah enam anak ini pun mengambil peristiwa itu sebagai nama bengkelnya. Sido berasal dari Sidodadi. Harind adalah singkatan nama depan kedua anaknya yakni Hari Yudha dan Indra Tirta yang ikut melebarkan sayap dengan membuka cabang di Pekan Baru dan Padang.

Dibantu belasan  karyawannya, usaha kubah masjid Asmal semakin berkembang. Pesanan meningkat, apalagi banyak masjid-masjid tua yang
direnovasi ataupun pembangunan masjid baru. Asmal terus berinovasi dengan desain-desain kubah yang cukup bervariasi. Dari yang berbentuk landai, kubah piring naik, maupun yang berbentuk bawang adalah motif-motif yang kerap ditemui dalam rangka memperindah masjid. Harganya pun cukup bervariasi. Mulai dari yang termurah seharga Rp250 ribu hingga mencapai Rp250 juta rupiah.  “Ya Alhamdulillah kalau usaha saya ini diridhoi dan membawa berkah. Apalagi saya sebagai seorang muslim juga merasa senang bisa membantu dalam pembangunan masjid,” pungkasnya.

Usaha perbengkelan yang telah dirintisnya sejak tahun 1979 itu kini semakin eksis dan sukses. Kubah dari Enamel memiliki ketahanan yang kuat karena terbuat dari bahan yang berkualitas dan memiliki banyak variasi warna yang sanggup bertahan lama. Pak Asmal saja berani menggaransi selama 25 tahun untuk kubah masjid bermotif Enamel. “Motif ini lagi ngetren sekarang, walaupun mahal tapi banyak yang suka,” pungkasnya,. (*)

Asmal, Pengusaha Kubah Masjid di Jalan Medan-Binjai Km 15,7

Niat baik selalu mendatangkan berkah yang tidak terduga. Petuah itu tak dapat dibantah Asmal Suharmansyah Lubis yang kini sukses dengan usaha pembuatan kubah masjid. Bengkel Asmal di Jalan Medan-Binjai Km 15,7 kini selalu menjadi tujuan, jika ada renovasi rumah Allah SWT itu.

DONI H, Medan

Beberapa kubah tampak berjajar di sebuah bengkel bernama Sido Harind. Warna-warni dan cukup indah. Beberapa pekerja tampak mengelas besi-besi yang masih akan didesain dan dirangkai. Asmal pun mulai bercerita bagaimana perjalanan kisahnya hingga akhirnya konsen di usaha kubah masjid.

Asmal Suharmansyah Lubis //donni/sumut pos
Asmal Suharmansyah Lubis //donni/sumut pos

Tiga puluh dua tahun lalu Asmal hanya seorang pekerja di salah satu perusahaan alat-alat berat di kawasan Lhokseumawe Aceh. Dengan keahliannya Asmal membuka bengkel las kecil-kecilan. Ia menerima las-an apa saja. “Belum banyak yang ngelas dulu, paling hanya alat-alat pertanian sederhana seperti parang dan cangkul saja,” katanya.

Asmal yang tidak puas terus mencari inovasi. Jadilah ia mengembangkan usaha las teralis. Asmal tidak pasif menunggu orang datang ke
bengkelnya. Ia langsung jemput bola dengan menawarkan ke orang-orang. “Kalau ada orang-orang yang mau bangun rumah saya datangi, Terus saya
tawarkan. Mulai banyak yang mempercayakan kepada saya dan cukup berhasil,” kata pria berusia 61 tahun ini.

Namun namanya usaha, tentunya tidak selamanya grafiknya naik. Apalagi krisis moneter 1998 membuat banyak usaha mengalami kepailitan.
Termasuk Asmal yang mulai bimbang dengan usahanya yang menurun. Masih dengan ilmunya merangkai besi, Asmal pun beralih ke pembuatan mainan
anak-anak seperti perosotan dan kuda-kudaan. Namun Asman masih bimbang.

Meski usahanya berjalan tapi cenderung stagnan. Sampai pada suatu ketika sebuah masjid tua di Kampung Sidodadi yang berada di belakang
bengkelnya akan direnovasi. Asmal yang terlibat sebagai panitia cukup bersemangat membantu renovasi Masjid Jamik itu dengan
alasan amal. “Ada bantuan dari BUMN. Kebetulan saya kenal dan berusaha menjembatani pembiayaan. Mereka setuju dan masjid bisa
berdiri. Tapi kurang kubahnya. Harganya cukup mahal. Saya cari cara agar masjid bisa segera digunakan untuk ibadah,” tambahnya.

Dasar Asmal yang selalu punya akal, ia mulai merangkai besi-besi bekas untuk membangun kubah. “Sepuluh hari saya coba rangkai pelan-pelan.
Jadi juga akhirnya. Lalu saya pajang dibengkel ternyata banyak yang suka. Terus warga Sidodadi pun sepakat kubah saya yang dipasang di
masjid,” ungkapnya.

Sejak itu, Asmal mulai percaya diri dengan karya kubahnya. Apalagi kabar itu tersiar kemana-mana. Selain karyanya bagus, bandrolnya juga
termasuk murah. Apalagi selain bisnis ia juga bisa beramal. Ayah enam anak ini pun mengambil peristiwa itu sebagai nama bengkelnya. Sido berasal dari Sidodadi. Harind adalah singkatan nama depan kedua anaknya yakni Hari Yudha dan Indra Tirta yang ikut melebarkan sayap dengan membuka cabang di Pekan Baru dan Padang.

Dibantu belasan  karyawannya, usaha kubah masjid Asmal semakin berkembang. Pesanan meningkat, apalagi banyak masjid-masjid tua yang
direnovasi ataupun pembangunan masjid baru. Asmal terus berinovasi dengan desain-desain kubah yang cukup bervariasi. Dari yang berbentuk landai, kubah piring naik, maupun yang berbentuk bawang adalah motif-motif yang kerap ditemui dalam rangka memperindah masjid. Harganya pun cukup bervariasi. Mulai dari yang termurah seharga Rp250 ribu hingga mencapai Rp250 juta rupiah.  “Ya Alhamdulillah kalau usaha saya ini diridhoi dan membawa berkah. Apalagi saya sebagai seorang muslim juga merasa senang bisa membantu dalam pembangunan masjid,” pungkasnya.

Usaha perbengkelan yang telah dirintisnya sejak tahun 1979 itu kini semakin eksis dan sukses. Kubah dari Enamel memiliki ketahanan yang kuat karena terbuat dari bahan yang berkualitas dan memiliki banyak variasi warna yang sanggup bertahan lama. Pak Asmal saja berani menggaransi selama 25 tahun untuk kubah masjid bermotif Enamel. “Motif ini lagi ngetren sekarang, walaupun mahal tapi banyak yang suka,” pungkasnya,. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/