MEDAN-Sebagai upaya melestarikan adat melayu terhadap generasi muda, Dokter spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit reumatik dan sendi Prof Dr H OK Moehad Sjah mengarang buku budaya dengan judul Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Pesisir Sumatera Timur.
Pelaksanaan launching buku, berlangsung di Badan Perpustakaan dan Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara, baru-baru ini.
Buku setebal 172 halaman itu secara rinci memuat tentang seluk beluk adat istiadatperkawinan Melayu. Dia membagi buku itu dalam tujuh bahagian.
Mulai tulisan tentang ada Melayu asli, pelaksanaan akad nikah/perkawinan, pinang meminang, penyerahan pengantin, cara nikah kawin lainnya (kawin lari), pantun dan petuah hingga nama-nama benda dan istilah dalam bahasa Melayu.
“Buku ini saya persembahkan bagi generasi muda kita. Biar mereka memahami, melaksanakan dan melestarikan adat istiadat budaya Melayu. Kita tidak bisa mengatakan, anak-anak kita tidak memahami adat, tanpa mewariskan kepada mereka,” ungkap Prof Moehad.
Walau kesehariannya berkecimpung di medis, namun darah Melayunya tetap menggelora. “Saya melihat adat istiadat perkawinan Melayu itu sangat indah. Semua simbol-simbol yang indah juga,”jelas Prof Moehad.
Pada bahagian dua misalnya, dia menceritakan soal pelaksanaan akad nikah mulai dari merisik, memanggil penghulu telangkai, meminang, menjamu sukut, mengantar sirih besar, pengucapan akad nikah dan penyerahan mahar. Kemudian, berandam dan mandi berhias, berinai curi, berinai tengah, berinai besar (malam berinai) sampai mengantar pengantin. Saat mengantar pengantin ada istilah hempang batang, hempang pintu, pengembang tikar, buka tabir dan buka kipas.
Selanjutnya, acara tampung tawar, makan nasi adap-adapan, nasi sembahan, serah terima pengantin, mandi bedimbar, meminjam pengantin dan malam bersatu (naik halangan). Di bagian ini juga dibahas kunjungan pengantin dan hari megang.
Dalam kesempatan itu, Profesor Moehad sendiri berharap bukunya itu bisa menjadi bacaan khususnya dari generasi Melayu. “Saya cetak buku ini bukan untuk mencari duit. Harapannya, agar budaya Melayu itu bisa dilestarikan. Akan saya letakkan buku ini di pustaka agar bisa dibaca orang. Bahkan akan saya tempatkan di toko buku dan terserah mereka berapa mau dijual. Saya akan sangat bersyukur kalau buku ini dibaca. Kalau ini adalah ilmu dan karunia, maka inilah infak saya,” tutur Prof Moehad.
Turut sebagai pembedah buku, Kepala Balai Bahasa Medan Dr Tengku Syafrina MHum, dan Ketua Prodi Sastra China USU Dr Tengku Ira MA dengan pembawa acara Dr dr Umar Zein MARS DTMH SpPD KPTI. Hadir juga Kepala BPAD Sumut Nurdin Pane diwakili Sekretaris BPAD Sumut Drs Chandra Silalahi MM dan para tokoh sastra dan peduli budaya.
“Kita tahu, fungsi pustaka itu tidak saja untuk tempat membaca tapi juga tempat penelitian, bedah buku dan kegiatan khazanah keilmuan lainnya. Saya sangat apresiasi sekali dengan kegiatan ini,” ucapnya.
Seperti diketahui, Profesor Moehad lahir di Tebingtinggi Deli pada 7 November 1940 silam. Pengarang adalah seorang keturunan Melayu asli. Moehad merupakan anak kelima dari pasangan OK Sjahbandar (Datuk Bondar) bin Datuk Djaja dari Negeri Tandjung Indrapura (Batubara) dan Hj Wan Ton binti OK Mohd Aliviah dari Tebingtinggi Deli. (uma)