Analisis Kejiwaan Cagubsu versi dr Elmeida
Effendi, Amri, dan Chairuman Percaya Diri
MEDAN-Gatot Pujo Nugroho memiliki sisi artistik yang menonjol. Gus Irawan Pasaribu lebih sportif. Sementara Effendi Simbolon, Amri Tambunan, dan Chairuman Harahap memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Kesimpulan itu dilontarkan oleh dr Elmeida Effendy M Ked (KJ) Sp KJ. Dia adalah satu dari puluhan dokter yang disiapkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sumut untuk menguji kesehatan jasmani dan rohani para calon gubernur dan calon wakil gubernur Sumatera Utara (Cagub-Cawagubsu) Sabtu (17/11) dan Minggu (18/11) lalu. Dan, dr Elmeida, sesuai spesialisnya ‘mengurusi’ kesehatan rohani para calon.
Sejatinya bagi dr Elmeida, nama Cagub dan Cawagubsu tidak begitu akrab di telinganya. Dia pun hanya bermodalkan nama-nama yang menghias baleho dan papan reklame di sejumlah ruas jalan protokol di KotaMedan. Dan, hal itu menjadi pengalaman menarik baginya.
Saat ditemui di ruang kerjanya di RS Jiwa Mahoni, Selasa (20/11) sore, Elmeida mencoba menceritakan sejumlah pengalamannya saat memeriksa calon. Sebagai seorang dokter spesialis yang terbilang muda di antara 29 dokter lainnya yakni 40 tahun, dirinya tak merasa canggung untuk bekerja sama dengan sejumlah profesor dan konsultan. Dalam menjalani tugas tempo hari, Elmeida bekerja sama dengan dr Vita. Pada dasarnya dua konten ujian yang mereka berikan kepada para calon yakni ujian tulisan dan wawancara, yakni untuk mengidentifikasi dan menilai kepribadian para calon.
“Kejiwaan dianggap penting karena berkaitan dengan tingkah laku seseorang. Kejiwaan ini juga berbeda dengan fisik. Kalau memiliki gangguan fisik akan mudah terlihat sementara kalau gangguan pada kejiwaan tidak langsung kelihatan,” terangnya.
Untuk proses ujian tulis, para Cagubsu-Cawagubsu harus menyelesaikan 566 soal yang mengukur skala kepribadian para calon. Pasalnya dari seluruh soal ada beberapa skala yang menjadi konten penilaian, di antaranya yakni skala depresi, psikis, antisosial, kecurigaan, histeria, dominasi dan ketergantungan, kecemasan hingga mengukur tingkat ego dan mental para calon yang mengikuti ujian.
“Seluruh soal yang diberikan ini adalah alat baku yang sudah memiliki standar internasional dan bukan karangan. Siapapun pengguna yang terlatih bisa memanfaatkannya. Selama jujur hasilnya akan valid karena hasilnya menggunakan sistem komputerisasi dengan grafik,” terangnya.
Tidak menutup kemungkinan menurutnya ada calon yang menjawab tidak jujur karena ingin menunjukan kepasitas dirinya atau bahkan jengah atau malu menjawab. Karena tak jarang ada beberapa item soal yang membuat para calon malu seperti pernah membaca buku porno, pernah berbohong, dan sebaliknya.
Kecenderungan ketidakjujuran para calon dalam menjawab soal ini yang membuat hasil tidak valid. Untuk menyikapinya maka perlu dilakukan proses wawancara sekitar 5-10 menit dengan sistem screaning atau deteksi untuk mengetahui apakah calon memiliki gangguan mental.
“Kalau wawancara lebih kepada penelusuran lebih dalam sehingga lebih kelihatan kalau terganggu jiwanya. Tapi secara pribadi saya nilai sepertinya para calon tidak memiliki gangguan jiwa,” ujarnya berseloroh.
Mengenai kepribadian calon, Elmeida pun memiliki analisis pribadinya.
“Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho memiliki nilai artistik dan seni,” katanya.
“Dia yang pengurus KONI (Gus Irawan Pasaribu, Red) lebih sportif,” tambahnya.
Lalu bagaimana dengan tiga calon lainnya? Effendi Simbolon, menurut analisis Elmeida, memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Begitu juga dengan Amri Tambunan dan Chairuman, keduanya memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Dari kesimpulan yang didapatnya, Elmeida melihat jika seluruh calon memiliki mental yang kuat dan siap menerima kekalahan untuk bersaing dalam Pilgubsu mendatang. Sehingga tidak ada potensi bagi calon yang gagal akan megalami gangguan kejiwaan.
“Sepertinya mereka siap kalah. Berbeda dengan pengalaman sebelumnya dalam pemilihan anggota dewan justru yang banyak mengalami gangguan jiwa adalah orang terdekatnya seperti suami ataupun isteri para calon yang tidak siap menerima kekalahan,”sebut wanita yang memiliki ketertarikan mendalami kejiwaan orang lain ini.
Akhirnya, tak penting bagi Elmeida siapa yang menang karena dirinya tidak memiliki sosok tertentu untuk dijagokan. Baginya mengenal sosok calon lebih dalam lewat uji yang dilakukannya memiliki nilai tersendiri yang akan jadi pengalaman yang tak terlupakan.
Sepeti diberitakan, Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut, Turunan Gulo, menyatakan jika ada pasangan calon yang memilki penyakit akut maka pencalonannya bisa gugur. “Jika nantinya ditemukan ada yang menderita penyakit akut atau kronis, sehingga tidak bisa menjabat sebagai Gubsu dan Wagubsu selama lima tahun jika nantinya terpilih, maka kita merekomendasikan agar parpol pengusung untuk menggantinya dengan sosok lain untuk dijadikan calon,” tegasnya, Minggu (18/11).
Pengumuman hasil tes akan disampaikan KPUD pada 24 November mendatang atau 3 hari lagi. “Pemberitahuan hasil verifikasi ke pasangan calon dan parpol pendukung, itu tanggal 24 November 2012. Sehari kemudian, tanggal 25 November 2012 sampai 1 Desember 2012 akan dilakukan perbaikan atau penggantian balon Gubsu/Wagubsu,” rinci Turunan. (uma)