26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kementerian Perindustrian Kembangkan IKM

MEDAN- Saat ini, pemerintah menargetkan untuk mengembangkan industri kecil menengah di luar Jawa hingga 40 persen. Karena saat ini, hanya 25 persen yang ada di daerah. Caranya dengan cara membantu perkembangan wirausahawan baru.

INDUSTRI  KECIL MENENGAH: Aneka baju hasil produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Medan  dipamerkan  acara pamerahan hasil produk UMKM.// istimewa
INDUSTRI KECIL MENENGAH: Aneka baju hasil produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Medan yang dipamerkan dalam acara pamerahan hasil produk UMKM.// istimewa

Menurut Direktur IKM Wilayah I, Kementerian Perindustrian, Roy Sianipar, jumlah IKM (industri kecil menengah) di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa atau sebesar 75 persen dan sisanya 25 persen di luar Jawa. Karena itu, pemerintah berkeinginan komposisi keberadaan IKM bisa berimbang atau pun hanya 60 persen di Jawa dan 40 persen lainnya di luar Jawa.

“Salah satu yang akan kita lakukan dengan cara membantu pelaku industri kecil. Seperti memberikan peralatan dan lainnya,” ujarnya saat menghadiri acara pemberian bantuan peralatan mesin kepada tujuh orang wirausahawan baru IKM yang berasal dari perguruan tinggi di Sumut di Dinas Perindustrian Perdagangan Sumut yang disaksikan Kabid Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Idayani Pane.

Dijelaskannya, untuk bidang wirausaha ini, selain masih terfokus di Jawa, Indonesia juga masih ketinggalan dalam perkembangan wirausaha, dimana jumlahnya hanya sekitar 0,3 persen dari jumlah penduduk. Dimana jumlah IKM di Indonesia bekrisar 3,8 juta orang. Padahal untuk bisa maju, suatu negara minimal memiliki enterpreneur sebanyak dua persen dari total penduduknya.

Di Malaysia, misalnya, jumlah wirausahanya sudah mencapai sekitar 2,5 persen. “Dengan program pendidikan, pelatihan dan sekaligus memberikan bantuan peralatan mesin sesuai yang dibutuhkan pengusaha baru dan muda itu, diharapkan pertumbuhan wirausahawan baru khsuusnya di luar Jawa bisa lebih cepat,” lanjutnya.

Saat ini, ada sekitar 200 wirausahawan muda dari berbagai perguruan tinggi di Sumut mengajukan permohononan untuk mendapat bimbingan dan bantuan peralatan mesin ke kemeneterian perindustrian. Namun, hasil seleksi yang dilakukan Diretorat Jenderal IKM, Kementerian Perindustrian bersama tim psikolog dari Universitas Indonesia, hanya tujuh orang yang bisa mendapat bantuan peralatan itu.

Kabid IKAHH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan) Disperindag Sumut, Ida Yani Pane, menyebutkan, jumlah IKM di Sumut semakin berkembang pesat dari berbagai bidnag khsuusnya di industri makanan dan minimum. Tetapi walaupun begitum maksimal, mengingat jumlah penduduk yang sebesar 13 juta jiwa. “Memang perlu dorongan kuat untuk menumbuhkan wirausahawan baru khususnya kalangan muda dari perguruan tinggi,” ungkapnya.

Seperti yang diungkapkan Pengsuaha muda pembuat keripik dari buah salak, Mulia Hamzah Harahap, menyebutkan, mengaku seang emndapat bantuan peraatan mesin untuk mengurangi kadari air di buah salak agar bsia diolah menjadi keripik salak. “Kalau menunggu ada uang sendiri tentunya memerlukan waktu lama, karena binsis saya masih kecil-kecilan karena sambil kuliah,” ujarnya. (ram)

MEDAN- Saat ini, pemerintah menargetkan untuk mengembangkan industri kecil menengah di luar Jawa hingga 40 persen. Karena saat ini, hanya 25 persen yang ada di daerah. Caranya dengan cara membantu perkembangan wirausahawan baru.

INDUSTRI  KECIL MENENGAH: Aneka baju hasil produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Medan  dipamerkan  acara pamerahan hasil produk UMKM.// istimewa
INDUSTRI KECIL MENENGAH: Aneka baju hasil produksi Industri Kecil Menengah (IKM) Medan yang dipamerkan dalam acara pamerahan hasil produk UMKM.// istimewa

Menurut Direktur IKM Wilayah I, Kementerian Perindustrian, Roy Sianipar, jumlah IKM (industri kecil menengah) di Indonesia masih terkonsentrasi di Jawa atau sebesar 75 persen dan sisanya 25 persen di luar Jawa. Karena itu, pemerintah berkeinginan komposisi keberadaan IKM bisa berimbang atau pun hanya 60 persen di Jawa dan 40 persen lainnya di luar Jawa.

“Salah satu yang akan kita lakukan dengan cara membantu pelaku industri kecil. Seperti memberikan peralatan dan lainnya,” ujarnya saat menghadiri acara pemberian bantuan peralatan mesin kepada tujuh orang wirausahawan baru IKM yang berasal dari perguruan tinggi di Sumut di Dinas Perindustrian Perdagangan Sumut yang disaksikan Kabid Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut, Idayani Pane.

Dijelaskannya, untuk bidang wirausaha ini, selain masih terfokus di Jawa, Indonesia juga masih ketinggalan dalam perkembangan wirausaha, dimana jumlahnya hanya sekitar 0,3 persen dari jumlah penduduk. Dimana jumlah IKM di Indonesia bekrisar 3,8 juta orang. Padahal untuk bisa maju, suatu negara minimal memiliki enterpreneur sebanyak dua persen dari total penduduknya.

Di Malaysia, misalnya, jumlah wirausahanya sudah mencapai sekitar 2,5 persen. “Dengan program pendidikan, pelatihan dan sekaligus memberikan bantuan peralatan mesin sesuai yang dibutuhkan pengusaha baru dan muda itu, diharapkan pertumbuhan wirausahawan baru khsuusnya di luar Jawa bisa lebih cepat,” lanjutnya.

Saat ini, ada sekitar 200 wirausahawan muda dari berbagai perguruan tinggi di Sumut mengajukan permohononan untuk mendapat bimbingan dan bantuan peralatan mesin ke kemeneterian perindustrian. Namun, hasil seleksi yang dilakukan Diretorat Jenderal IKM, Kementerian Perindustrian bersama tim psikolog dari Universitas Indonesia, hanya tujuh orang yang bisa mendapat bantuan peralatan itu.

Kabid IKAHH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan) Disperindag Sumut, Ida Yani Pane, menyebutkan, jumlah IKM di Sumut semakin berkembang pesat dari berbagai bidnag khsuusnya di industri makanan dan minimum. Tetapi walaupun begitum maksimal, mengingat jumlah penduduk yang sebesar 13 juta jiwa. “Memang perlu dorongan kuat untuk menumbuhkan wirausahawan baru khususnya kalangan muda dari perguruan tinggi,” ungkapnya.

Seperti yang diungkapkan Pengsuaha muda pembuat keripik dari buah salak, Mulia Hamzah Harahap, menyebutkan, mengaku seang emndapat bantuan peraatan mesin untuk mengurangi kadari air di buah salak agar bsia diolah menjadi keripik salak. “Kalau menunggu ada uang sendiri tentunya memerlukan waktu lama, karena binsis saya masih kecil-kecilan karena sambil kuliah,” ujarnya. (ram)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/