JAKARTA- Pasokan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sepanjang musim liburan hari raya Natal dan tahun baru dijamin aman. PT Pertamina menyiapkan tim khusus untuk memenuhi kebutuhan itu meskipun secara nasional diyakini tidak akan terjadi peningkatan permintaan secara signifikan.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan secara umum tidak ada pasokan tambahan khusus untuk memenuhi permintaan BBM terutama BBM bersubsidi sepanjang Natal sampai momen tahun baru. “Sebab kami perkirakan kenaikan kebutuhan BBM bersubsidi paling maksimal hanya 3 persen. Biasanya hanya naik antara satu sampai dua persen saja, tidak setinggi saat Ramadhan dan Lebaran,” ujarnya kepada Jawa Pos, kemarin.
Meski begitu pihaknya tetap melakukan langkah antisipasi untuk meyakinkan kebutuhan tetap aman dengan cara membentuk satuan tugas (satgas) khusus. Satgas dari tim Pertamina itu stand by 24 jam untuk memastikan pasokan sesuai rencana. “Masyarakat tidak perlu khawatir karena kuota ini kita penuhi,” ucapnya.
Saat ini kebutuhan BBM bersubsidi sebanyak sekitar 79 ribu kilo liter per hari untuk jenis Premium dan sebanyak 47 ribu kilo liter per hari untuk jenis Solar. Menghadapi Natal dan tahun baru ini jumlah tersebut tidak akan ditambah secara signifikan hanya dilakukan perhatian lebih terutama kepada beberapa daerah yang diperkirakan mengalami peningkatan aktivitas. “Di beberapa tempat yang nasrani cukup tinggi sepertinya akan ada peningkatan aktivitas,” terusnya.
Selain di pulau Jawa daerah lain yang akan mendapat perhatian lebih adalah daerah Sumatera Utara dan Sulawesi Utara. Sementara saat momen liburan tahun baru konsentrasi bertambah ke beberapa daerah destinasi pariwisata. “Secara nasional sebenarnya tidak ada perubahan signifikan atas kebutuhan BBM pada momen akhir tahun ini,” tegasnya.
Namun ada baiknya Pertamina juga memerhatikan fakta terbaru bahwa mobilitas masyarakat Indonesia pada musim liburan mengalami peningkatan seiring dengan kemampuan daya beli dari meningkatnya masyarakat ekonomi kelas menengah. “Saya kira kebutuhan BBM akhir tahun ini bisa meningkat sampai 5 persen,” kata Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata, Asnawi Bahar, kepada Jawa Pos, tadi malam.
Faktanya, kata Asnawi, kelas menengah di Indonesia terus meningkat sehingga saat ini jumlahnya sudah hampir setengah dari total populasi. Sebaliknya angka kemiskinan terus turun menyisakan sekitar 10 persen atau sekitar 23 juta penduduk dari total populasi di negara ini. “Artinya sekitar 80 persen dari total penduduk kita ini sebenarnya sudah bisa hidup dengan ekonomi relatif baik,” terusnya.
Peningkatan ekonomi masyarakat itu secara otomatis mendobrak daya beli sekaligus kemampuan bepergian atau berlibur. Jumlah penduduk Indonesia yang mampu melakukan perjalanan wisata tahun ini menurutnya sebanyak 100 juta orang dengan frekuensi antara dua sampai tiga kali dalam setahun.
Namun pihaknya menargetkan secara kumulatif sejak awal tahun sampai dengan akhir tahun ini akan ada 250 juta perjalanan dari 120 juta turis domestik. “Kalau dari 100 juta turis itu saja masing-masing keluarkan uang Rp 1 juta di luar biaya transportasi maka ada uang berputar sebesar Rp 1 triliun. Ditambah lagi dengan transportasi rata-rata 1 juta maka ada tambahan lagi Rp 1 triliun. Belum lain-lainnya,” ungkap Asnawi.
Dari total perjalanan ditargetkan sepanjang tahun itu sebesar 24 persennya terjadi di akhir tahun. Sehingga Asnawi memerkirakan mobilitas pada momen Natal dan tahun baru ini akan relatif tinggi. (gen/jpnn)
“Belum lagi jika memerhatikan potensi turis mancanegara,” terusnya.
Memang, terjadi krisis di Eropa dan perekonomian Amerika Serikat (AS) belum pulih. Namun perekonomian beberapa negara di kawasan Asean tetap stabil terutama Singapura, Thailand, Filipina, dan Indonesia. Sehingga saling silang wisatawan di antara empat negara ini sangat tinggi. “Tapi sebenarnya tanpa memertimbangkan wisatawan asing pun dari turis domestik beberapa negara tujuan wisata sudah akan mendapat kunjungan jutaan orang,” yakinnya.(gen/jpnn)