“Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkannya kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Matius 6:25,33-34.
Suatu penyakit yang melanda manusia sejak dari kejatuhan kita ke dalam dosa sampai kepada kita keturunan Adam dan Hawa masa modern ini, ialah penyakit takut.
Sedemikian hebatnya penyakit ini melanda sehingga ada kalanya manusia menganggap rasa takut itu bukan suatu penyakit lagi. Sudah banyakyang berkata takut itu merupakan ciri khas manusia. Kalau tidak merasa takut, bukanlah manusia lagi, tetapi malaikat.
Tetapi menurut hemat saya bahwa rasa takut itu adalah penyakit keturunan yang dibawa manusia dari nenek moyangnya (Adam dan Hawa). Buktinya tiada satu orang pun baik ia pejabat yang dikawal sepasukan bersenjata lengkap, tetap ada rasa takut itu. Semakin tinggi kedudukan seseorang, semakin tinggi pula rasa takutnya, sampai-sampai mencari bodyguard atau dukun-dukun ternama untuk meminta jimat, penjaga rumah atau badan, bahkan bagi orang percaya dan hamba-hamba Tuhan sekalipun rasa takut itu masih mengikuti. Lantas, mengapa hal seperti itu terjadi?
Lagi-lagi menurut hemat saya, kendati sudah menganut agama bahkan berpredikat orang Tuhan, kurang percaya akan Firman yang tertulis. Dalam pengakuan mereka berkata, aku yakin, aku percaya, namun kenyataannya hanya ucapan belaka.
Melalui tulisan ini, saya selaku hamba Tuhan yang tidak luput dari penyakit yang sama mengajak agar kita memperbaharui tekad kita, supaya Firman Tuhan yang sudah kita dengar bahkan kita sampaikan atau khotbahkan kepada jemaat perihal masalah taku, kuatir, cemas ini, kita lawan dan lumpuhkan dengan mengimani dan melakukan Firman Tuhan seutuhnya sebagaimana tertulis dalam Injil Matius tersebut. Pasti kita bisa dan akhirnya menang. Puji Tuhan, Tuhan Yesus memberkati. (*)