25 C
Medan
Saturday, September 28, 2024

Tip Top, Pertahankan Cita Rasa

Mengunjungi Ikon Kuliner Kota Medan (3)

Penelusuran sejarah kuliner kita masih terus berlanjut. Tujuan kali ini Restaurant Tip Top di Jalan Ahmad Yani No 92 Medan. Rumah makan yang tidak hanya melegenda di Kota Medan juga tercatat sebagai salah satu restauran tertua
di Indonesia.

Ditandai dengan canopy merah, Tip Top menawarkan tigan ruangan untuk menikmati waktu senggang. Ruang paling depan dengan konsep beranda rumah memberikan kenyamanan tersendiri. Di bahagian tengah, suasana
tempo dulu menyapa dengan berbagai ornamen yang ada. Seperti mesin kasir tempo dulu, tatanan meja kursi yang menawarkan perpaduan nuansa western, Tiongkok, juga Indonesia.

Foto-foto dari perjalanan restaurant Tip Top yang dipajang di sekeliling ruangan pun menjadi perkenalan sejarah bagi pengunjung. Hiburan berupa live music juga dapat dinikmati di ruangan ini setiap
Rabu, Sabtu, dan Minggu mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Dari lagu-lagu tradisional Batak, nasional, hingga irama latin. Dengan pencahayaan yang temaram sudah bisa dibayangkan bagaimana mesranya
komunikasi yang terjalin di situ.

Tip Top yang pernah menjadi salah satu restauran tujuan wisata mancanegara dari Belanda maupun Cina Taipe juga menawarkan ruangan dengan kenyamanan lebih. Berada di bagian belakang gedung ruang berkapasitas 80 orang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan. Di ruangan ini pula kerap digelar berbagai kegiatan.

“Kita memang sengaja mempertahankan bangunan sebagaimana dulunya untuk menjaga suasana tempo dulu, dari lantai hingga corak di dinding. Jadi selain memberi pelajaran sejarah kepada pengunjung juga menjaga
romantisme pengunjung yang memiliki cerita di masa lalu. Karena dari studi yang ada, kemewahan justru beresiko menghilangkan suasana tadi,” jelas Manager Tip Top, Didrikus Kelana (40) kepada Sumut Pos, Sabtu
(23/4).

Sebagai tujuan kuliner, restaurant Tip Top pun menawarkan ragam menu yang khas, western, Tiongkok, dan Idonesia. Untuk menu western ada steak lidah yang lembut begitu juga dengan omlet, salad, bitter
bullet dan pacage. Untuk Chines food ada ayam goreng somboi, hot pad, ikan asam manis, sup sirip ikan, kepiting, juga cap cai. Adapun untuk citarasa Indonesia ada gado-gado, kari kambing, kepala ikan, rendang,
dan nasi goreng special Tip Top. Untuk menemani obrolan santai, Tip Top juga menyadiakan kopi yang cukup diminati selain aneka juice dan martabe.

Tip Top juga memiliki menu yang dapat menghantar pengunjung kembali ke masa lalu dengan mencicipi ice cream dan roti bolunya. Pasalnya, kedua menu tersebut masih menggunakan proses tradisional. Seperti roti
bolu yang masih dibakar dengan tungku kayu. Kayu yang dipilih pun tidak sembarangan yaitu menggunakan kayu Mahoni yang sengaja dikembangkan. Bukan dari ilegal logging kok. Semua itu membuat roti
bolu masih terasa sedikit kasar di mulut dan menimbulkan aroma wangi. Begitu juga dengan ice cream yang resepnya dipertahankan dari zaman kolonial. Menggunakan bahan-bahan tanpa pengawet yaitu susu murni.
Pembuatannya juga masih menggunakan peralatan lama seperti untuk pengolahan susu dan mesin pembeku. Tak heran ice cream Tip Top kerap disebut ice cream dari perang dunia II. Begitu pun kenikmatan menu-menu tadi tidak akan merobek kantong pengunjung karena ditawarkan
dengan harga yang terjangkau masyarakat awam. Karena itu belakangan ini Tip Top pun menjadi salah satu tongkrongan paforit remaja Kota
Medan.

“Untuk mempertahankan cita rasa tadi, sampai sekarang kita tetap membakar roti bakar dan menjadikan ice cream ini secara home made. Mesin yang kita gunakan untuk mengolah susu ini dari yang pertama kalinya. Untuk pembeku esnya merupakan generasi kedua. Jadi untuk sparepartnya harus kita buat sendiri dengan dibubut,” papar Kelana yang mengajak Sumut Pos menyaksikan proses dan mesin antik yang masih
digunakan Tip Top.

Tip Top dulunya merupakan restauran bernama Jangkie yang merupakan nama pendirinya pada 1929 silam di Jalan Pandu Medan. Berganti nama menjadi Tip Top setelah pindah ke Jalan Kesawan Medan 1934 dengan menu
yang semakin lengkap. Tip Top pun menjadi tongkrongan mebeer-meneer Eropa van Belanda setiap Sabtu dan Minggu. Berlanjut hingga sebelum pecahnya kerusuhan Mei 1998, setiap  Kamis diramaikan oleh turis asal
Belanda membuat Tip Top menjadi putih.

Keberadaan Tip Top pun tersebar dan menarik perhatian orang-orang penting di negara ini. Bahkan Presiden I Republik Indonesia Ir Soekarno sikabarkan sudah menginjakkan kaki di restaurant terlengkap di Indonesia ini. Begitu juga Aktivis 66 Arifin Siregar, Akbar Tanjung, hingga Almarhum Tengku Rizal Nurdin yang berpesan untuk
mempertahankan keberadaan Tip Top dengan tidak mengalihfungsikannya.(*)

Mengunjungi Ikon Kuliner Kota Medan (3)

Penelusuran sejarah kuliner kita masih terus berlanjut. Tujuan kali ini Restaurant Tip Top di Jalan Ahmad Yani No 92 Medan. Rumah makan yang tidak hanya melegenda di Kota Medan juga tercatat sebagai salah satu restauran tertua
di Indonesia.

Ditandai dengan canopy merah, Tip Top menawarkan tigan ruangan untuk menikmati waktu senggang. Ruang paling depan dengan konsep beranda rumah memberikan kenyamanan tersendiri. Di bahagian tengah, suasana
tempo dulu menyapa dengan berbagai ornamen yang ada. Seperti mesin kasir tempo dulu, tatanan meja kursi yang menawarkan perpaduan nuansa western, Tiongkok, juga Indonesia.

Foto-foto dari perjalanan restaurant Tip Top yang dipajang di sekeliling ruangan pun menjadi perkenalan sejarah bagi pengunjung. Hiburan berupa live music juga dapat dinikmati di ruangan ini setiap
Rabu, Sabtu, dan Minggu mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 23.00 WIB. Dari lagu-lagu tradisional Batak, nasional, hingga irama latin. Dengan pencahayaan yang temaram sudah bisa dibayangkan bagaimana mesranya
komunikasi yang terjalin di situ.

Tip Top yang pernah menjadi salah satu restauran tujuan wisata mancanegara dari Belanda maupun Cina Taipe juga menawarkan ruangan dengan kenyamanan lebih. Berada di bagian belakang gedung ruang berkapasitas 80 orang ini dilengkapi dengan pendingin ruangan. Di ruangan ini pula kerap digelar berbagai kegiatan.

“Kita memang sengaja mempertahankan bangunan sebagaimana dulunya untuk menjaga suasana tempo dulu, dari lantai hingga corak di dinding. Jadi selain memberi pelajaran sejarah kepada pengunjung juga menjaga
romantisme pengunjung yang memiliki cerita di masa lalu. Karena dari studi yang ada, kemewahan justru beresiko menghilangkan suasana tadi,” jelas Manager Tip Top, Didrikus Kelana (40) kepada Sumut Pos, Sabtu
(23/4).

Sebagai tujuan kuliner, restaurant Tip Top pun menawarkan ragam menu yang khas, western, Tiongkok, dan Idonesia. Untuk menu western ada steak lidah yang lembut begitu juga dengan omlet, salad, bitter
bullet dan pacage. Untuk Chines food ada ayam goreng somboi, hot pad, ikan asam manis, sup sirip ikan, kepiting, juga cap cai. Adapun untuk citarasa Indonesia ada gado-gado, kari kambing, kepala ikan, rendang,
dan nasi goreng special Tip Top. Untuk menemani obrolan santai, Tip Top juga menyadiakan kopi yang cukup diminati selain aneka juice dan martabe.

Tip Top juga memiliki menu yang dapat menghantar pengunjung kembali ke masa lalu dengan mencicipi ice cream dan roti bolunya. Pasalnya, kedua menu tersebut masih menggunakan proses tradisional. Seperti roti
bolu yang masih dibakar dengan tungku kayu. Kayu yang dipilih pun tidak sembarangan yaitu menggunakan kayu Mahoni yang sengaja dikembangkan. Bukan dari ilegal logging kok. Semua itu membuat roti
bolu masih terasa sedikit kasar di mulut dan menimbulkan aroma wangi. Begitu juga dengan ice cream yang resepnya dipertahankan dari zaman kolonial. Menggunakan bahan-bahan tanpa pengawet yaitu susu murni.
Pembuatannya juga masih menggunakan peralatan lama seperti untuk pengolahan susu dan mesin pembeku. Tak heran ice cream Tip Top kerap disebut ice cream dari perang dunia II. Begitu pun kenikmatan menu-menu tadi tidak akan merobek kantong pengunjung karena ditawarkan
dengan harga yang terjangkau masyarakat awam. Karena itu belakangan ini Tip Top pun menjadi salah satu tongkrongan paforit remaja Kota
Medan.

“Untuk mempertahankan cita rasa tadi, sampai sekarang kita tetap membakar roti bakar dan menjadikan ice cream ini secara home made. Mesin yang kita gunakan untuk mengolah susu ini dari yang pertama kalinya. Untuk pembeku esnya merupakan generasi kedua. Jadi untuk sparepartnya harus kita buat sendiri dengan dibubut,” papar Kelana yang mengajak Sumut Pos menyaksikan proses dan mesin antik yang masih
digunakan Tip Top.

Tip Top dulunya merupakan restauran bernama Jangkie yang merupakan nama pendirinya pada 1929 silam di Jalan Pandu Medan. Berganti nama menjadi Tip Top setelah pindah ke Jalan Kesawan Medan 1934 dengan menu
yang semakin lengkap. Tip Top pun menjadi tongkrongan mebeer-meneer Eropa van Belanda setiap Sabtu dan Minggu. Berlanjut hingga sebelum pecahnya kerusuhan Mei 1998, setiap  Kamis diramaikan oleh turis asal
Belanda membuat Tip Top menjadi putih.

Keberadaan Tip Top pun tersebar dan menarik perhatian orang-orang penting di negara ini. Bahkan Presiden I Republik Indonesia Ir Soekarno sikabarkan sudah menginjakkan kaki di restaurant terlengkap di Indonesia ini. Begitu juga Aktivis 66 Arifin Siregar, Akbar Tanjung, hingga Almarhum Tengku Rizal Nurdin yang berpesan untuk
mempertahankan keberadaan Tip Top dengan tidak mengalihfungsikannya.(*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/