26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Politisi Kecam Mentalitas TNI

INSIDEN penembakan yang menewaskan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, menimbulkan pertanyaan seputar mentalitas prajurit TNI. Wakil Ketua MPR RI, Lukman Hakim Saifuddin, mensinyalir, ada yang tidak beres di internal pasukan pertahanan dan keamanan negara tersebut yang akhir-akhir ini diduga terlibat aksi kekerasan.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan pasukan TNI kita? Setelah menyerang Polres, kini menyerang Lapas. Keduanya adalah lembaga negara penegak hukum. Apakah pasukan-pasukan itu kurang perhatian? Atau ingin cari perhatian?” ujar politisi asal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu kepada JPNN (grup Sumut Pos), Sabtu (23/3).

Menurut Lukman, tindakan penembakan tersebut amat merusak nama baik institusi TNI dan secara khusus kesatuan Kopassus. “Nalar kita tak bisa percaya, tindakan brutal seperti itu dilakukan justru oleh satuan terbaik di jajaran TNI kita,” ucap dia.

Lukman mendesak Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Pramono Edhie Wibowo memberi penjelasan mengenai peristiwa penyerangan tersebut. “Apa sesungguhnya yang terjadi pada pasukan-pasukan itu?” tandasnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan dan intelijen, Tjahjo Kumolo, malah melihat insiden bersenjata di Lapas Cebongan tersebut mengindikasikan bahwa semua lapas di Indonesia rawan kejadian serupa. Namun demikian Tjahjo juga menegaskan, semua pihak harus instropeksi dengan insiden itu.

“Terlepas dari kasus balas dendam dan pelakunya bertopeng, tapi ini sudah menunjukkan ada perlawanan terbuka kepada pemerintah, khususnya kekuasaan di bawah Kementerian Hukum dan HAM yang membawahi lapas,” tegasnya.

Tjahjo berharap semua pihak mau bersikap terbuka dan dievaluasi. “Pasti ada yang salah dalam sebuah sistem tata kelola penyelenggaraan pemerintahan, ini sehingga muncul hal-hal seperti penyerbuan di Sleman, bentrok TNI-Polri, hingga serangan di Papua yang tidak pernah diselesaikan secara tuntas,” pungkasnya.

Bagi Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanudin, kasus penyergapan dan penembakan empat tahanan ini dinilai telah memicu kecemasan publik. “Kita semua benar-benar menyesalkan. Masalah ini jangan dianggap enteng,” ujar Tubagus Hasanudin.

Politisi PDI Perjuangan itu melihat sejumlah kejanggalan di balik insiden itu. Misalnya soal dugaan belasan pucuk senjata di sebuah kesatuan TNI yang pindah tangan tanpa izin. “Jadi di mana kontrol yang dilakukan oleh satuan masing-masing?” kata bekas Sekretaris Militer Kepresidenan itu.
Selain itu, sulit diterima nalar ada orang mengeksekusi orang lain tanpa proses peradilan dan itu dilakukan di lembaga pemasyarakatan. “Negara sudah tak bisa mengontrol masyarakatnya, negara sudah abai terhadap perlindungan rakyatnya,” pungkas Hasanudin.

Pihak Kementerian Hukum dan HAM tidak menampik adanya dugaan pelaku penyerangan dan penembakan di Lapas Kelas IIB Sleman Yogyakarta adalah sejumlah oknum TNI. Dugaan ini muncul setelah diketahui, empat tahanan yang ditembak adalah pelaku yang juga diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus Sertu Heru Santosa.

Asintel Danjen Kopassus, Letnan Kolonel (Inf) Richard Tampubolon tak mempermasalahkan adanya dugaan bahwa Kopassus yang melakukan penembakan terhadap empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. “Silakan saja menduga. Tapi saat ini kita menunggu pengusutan dari pihak terkait di sana,” ujar Richard saat dikontak kemarin.

Akan halnya ada dugaan keterlibatan prajurit TNI dalam penyerangan lapas, sempat membuat Pangdam VI Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono merasa gerah. Selain menjamin dan bertanggung jawab anggotanya tidak terlibat, jenderal bintang dua itu memberi sinyal akan mengerahkan pasukan elit Kopassus jika diperlukan untuk mengejar kelompok penyerang lapas itu.

“Kami tidak menutup kemungkinan untuk mengerahkan Sat 81-Gultor. Pelaku adalah orang bersenjata. Nah Gultor juga bersenjata dan terlatih,” katanya dengan nada tinggi.

Sat 81 Gultor (satuan penanggulangan teror) adalah pasukan elit yang dimiliki Kopassus dan bermarkas di Cijantung Jakarta. Seperti namanya, pasukan ini adalah pasukan yang khusus dikerahkan untuk menanggulangi teror. (gil/ara/boy/mas/jpnn)

INSIDEN penembakan yang menewaskan empat tahanan Polda DIY di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta, menimbulkan pertanyaan seputar mentalitas prajurit TNI. Wakil Ketua MPR RI, Lukman Hakim Saifuddin, mensinyalir, ada yang tidak beres di internal pasukan pertahanan dan keamanan negara tersebut yang akhir-akhir ini diduga terlibat aksi kekerasan.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan pasukan TNI kita? Setelah menyerang Polres, kini menyerang Lapas. Keduanya adalah lembaga negara penegak hukum. Apakah pasukan-pasukan itu kurang perhatian? Atau ingin cari perhatian?” ujar politisi asal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu kepada JPNN (grup Sumut Pos), Sabtu (23/3).

Menurut Lukman, tindakan penembakan tersebut amat merusak nama baik institusi TNI dan secara khusus kesatuan Kopassus. “Nalar kita tak bisa percaya, tindakan brutal seperti itu dilakukan justru oleh satuan terbaik di jajaran TNI kita,” ucap dia.

Lukman mendesak Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Pramono Edhie Wibowo memberi penjelasan mengenai peristiwa penyerangan tersebut. “Apa sesungguhnya yang terjadi pada pasukan-pasukan itu?” tandasnya.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR yang membidangi pertahanan dan intelijen, Tjahjo Kumolo, malah melihat insiden bersenjata di Lapas Cebongan tersebut mengindikasikan bahwa semua lapas di Indonesia rawan kejadian serupa. Namun demikian Tjahjo juga menegaskan, semua pihak harus instropeksi dengan insiden itu.

“Terlepas dari kasus balas dendam dan pelakunya bertopeng, tapi ini sudah menunjukkan ada perlawanan terbuka kepada pemerintah, khususnya kekuasaan di bawah Kementerian Hukum dan HAM yang membawahi lapas,” tegasnya.

Tjahjo berharap semua pihak mau bersikap terbuka dan dievaluasi. “Pasti ada yang salah dalam sebuah sistem tata kelola penyelenggaraan pemerintahan, ini sehingga muncul hal-hal seperti penyerbuan di Sleman, bentrok TNI-Polri, hingga serangan di Papua yang tidak pernah diselesaikan secara tuntas,” pungkasnya.

Bagi Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanudin, kasus penyergapan dan penembakan empat tahanan ini dinilai telah memicu kecemasan publik. “Kita semua benar-benar menyesalkan. Masalah ini jangan dianggap enteng,” ujar Tubagus Hasanudin.

Politisi PDI Perjuangan itu melihat sejumlah kejanggalan di balik insiden itu. Misalnya soal dugaan belasan pucuk senjata di sebuah kesatuan TNI yang pindah tangan tanpa izin. “Jadi di mana kontrol yang dilakukan oleh satuan masing-masing?” kata bekas Sekretaris Militer Kepresidenan itu.
Selain itu, sulit diterima nalar ada orang mengeksekusi orang lain tanpa proses peradilan dan itu dilakukan di lembaga pemasyarakatan. “Negara sudah tak bisa mengontrol masyarakatnya, negara sudah abai terhadap perlindungan rakyatnya,” pungkas Hasanudin.

Pihak Kementerian Hukum dan HAM tidak menampik adanya dugaan pelaku penyerangan dan penembakan di Lapas Kelas IIB Sleman Yogyakarta adalah sejumlah oknum TNI. Dugaan ini muncul setelah diketahui, empat tahanan yang ditembak adalah pelaku yang juga diduga mengeroyok dan membunuh anggota Kopassus Sertu Heru Santosa.

Asintel Danjen Kopassus, Letnan Kolonel (Inf) Richard Tampubolon tak mempermasalahkan adanya dugaan bahwa Kopassus yang melakukan penembakan terhadap empat tahanan di Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta. “Silakan saja menduga. Tapi saat ini kita menunggu pengusutan dari pihak terkait di sana,” ujar Richard saat dikontak kemarin.

Akan halnya ada dugaan keterlibatan prajurit TNI dalam penyerangan lapas, sempat membuat Pangdam VI Diponegoro, Mayjen TNI Hardiono merasa gerah. Selain menjamin dan bertanggung jawab anggotanya tidak terlibat, jenderal bintang dua itu memberi sinyal akan mengerahkan pasukan elit Kopassus jika diperlukan untuk mengejar kelompok penyerang lapas itu.

“Kami tidak menutup kemungkinan untuk mengerahkan Sat 81-Gultor. Pelaku adalah orang bersenjata. Nah Gultor juga bersenjata dan terlatih,” katanya dengan nada tinggi.

Sat 81 Gultor (satuan penanggulangan teror) adalah pasukan elit yang dimiliki Kopassus dan bermarkas di Cijantung Jakarta. Seperti namanya, pasukan ini adalah pasukan yang khusus dikerahkan untuk menanggulangi teror. (gil/ara/boy/mas/jpnn)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/