Tarif dasar listrik (TDL) naik mulai kemarin, Senin (1/4). Namun, pelayanan listrik bukan tambah bagus. Pemadaman terjadi di beberapa daerah di Sumatera Bagian Utara (Sumbagut), termasuk Medan.
Setelah diusut, ternyata pembangkit listrik yang berada Sicanag Belawan kembali rusak. Akibatnya, listrik dipadamkan secara bergilir dengan durasi satu jam per hari.
“Mesin GT (gas turbin, Red) 21 lagi ada gangguan sedikit, sedang kita investigasi cari penyebabnya karena gangguan terjadi sudah sudah 2 hari lalu,” ujar Manager Bidang Produksi PT PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Utara (KITSBU) Sektor Pembangkitan Belawan Muhammad Ali yang ditelepon wartawan koran ini, Senin sore (1/4), kemarin.
Muhammad Ali mengakui kerusakan itulah penyebab pemadam bergilir di Medan. Namun, dia membantah kalau pemadaman lebih satu jam seperti yang dirasakan warga Medan. Dia mengaku pemadaman bergilir terjadi hanya 1 jam atau sejumlah daya di pembangkit Belawan 50 MW.
Dan, menurutnya, pemadaman ini tidak berlangsung lama, paling tidak bisa normal kembali secepatnya. Sebab, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara Labuan Angin yang berada di Kawasan Labuan Angin, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah, menyuplay daya 100 MW. “Ada dua unit PLTU Labuan Angin yang masuk ke sistem Sumbagut, yakni 100 MW lagi start atau akan masuk, dan satu mesin lagi besok (hari ini, Red) akan masuk. Mudah-mudahan masuknya suplay dari PLTU Labuan Angin tersebut bisa menormalkan pasokan listrik kita sehingga pemadaman 1 jam bisa diatasi besok (hari ini, Red),” kata dia.
Selain itu, lanjutnya, pihaknya juga sedang menunggu pasokan normal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Nagan Raya di Meulaboh, Aceh yang disuplay sebesar 75 MW. “Pembangkit PLTU Nagan Raya sedang diujicoba. Sempat dites masuk, lalu kita stop dulu karena masih uji coba,” ujarnya.
Sebelumnya, Senin (18/3) lalu, 5 unit mesin pembangkit GT di Sicanang-Belawan rusak yang menyebabkan pemadaman listrik serentak di Kota Medan dan tujuh kabupaten/kota lainnya di Sumut serta beberapa wilayah di Aceh dan Riau. Mesin yang rusak yakni GT 21, GT 22, GT 11, mesin pembangkit Lot 3, dan mesin stame turbin.
Pengusaha Menjerit
Kenyataan ini jelas merugikan pengusaha. Apalagi, di saat bersamaan, tepatnya per 1 April TDL dinaikkan oleh pemerintah sebesar 4,3 persen. “Kenaikan TDL pasti memberatkan pengusaha, apalagi tidak ada kepastian lampu akan terus hidup. Bahkan untuk menambah daya aja tidak bisa. Saat ini,kami akan rapat dalam menghadapi kebijakan-kebijakan pemerintahan ini yg pasti harus ada efisiensi penghematan dari pihak kami karena sulit menaikkan harga,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sumut, Parlindungan Purba, kemarin.
Johan Brien, wakil ketua APINDO Sumut menyatakan bahwa kenaikan TDL ini akan menambah cost perusahaan dan ini nantinya otomatis akan berimbas pada kenaikan harga produksi. Kenaikan TDL ini juga akan melukai industri yang berperan sebagai penggerak ekonomi negara. Dengan kata lain, kebijakan ini secara tidak langsung akan berdampak kepada masyarakat secara keseluruhan.
Menurut Wakil Ketua Umum Bidang UMKM, Koperasi, dan Industri Kreatif Sumut, Ichsan Taufiq, diberlakukanya kebijakan ini akan membuat biaya produksi naik sekitar 3-5 persen. “Sangat sulit untuk mengatakan bahwa kenaikan TDL tidak akan berdampak pada peningkatan biaya produksi. Beberapa industri tidak akan kesulitan menekan overhead cost ini karena biaya listrik memliki porsi yang cukup besar dalam total biaya produksi. Dengan demikian maka sangatlah wajar jika ketua APINDO memprediksi kenaikan TDL akan mempengaruhi kenaikan harga-harga,” katanya.
Terkait dengan itu, Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen Farid Wajdi mengatakan secara yuridis keputusan pemerintah menaikkan TDL dimaksudkan untuk menekan subsidi energi yang mencapai Rp300 triliun itu baik karena dapat menghemat subsidi listrik menembus Rp90 triliun. Tapi masalahnya, dari sisi PT PLN (Persero), sebagai perseroan tidak bekerja secara maksimal. “Kalau dievaluasi kinerja PLN tidak kunjung membaik. Bahkan cenderung terus memburuk. TDl harusnya dapat mengelakkan pemadaman listrik (byarpet) di masyarakat,” katanya dalam siaran pers yang diterima Sumut Pos.
Farid Wajdi menambahkan, fakta perbaikan pelayanan yang sangat diharapkan justru sebaliknya. Pasca-TDL dinaikkan, pelayanan PLN cuma isapan jempol belaka. Pelayanan terus digerogoti dengan pemadaman listrik. (ila/mag-9)