Oleh: Lisya Anggraini
Kreatif! Ini kata kata penting. Dan akan menjadi sangat berarti, jika dipraktekkan. Terlebih lagi bila mampu menjadi tradisi dalam bekerja, apalagi berkarya. Bekal ini yang akan membuat orang selalu memiliki energi untuk melakukan sesuatu menuju perubahan ke arah yang lebih baik dari yang sebelumnya. Bahkan lebih dari itu, membuat terobosan!
Lahirnya terobosan sudah pasti wujud dari hasil kerja yang kreatif. Namun, masih ada lagi pertanyaan lain mengikuti, sejauh mana kreatifitas mampu menghasilkan terobosan yang memberi manfaat atau dampak besar? Juga membawa perubahan? Dan bisa diimplementasikan, alias tidak ngawang-ngawang? Kalau, dalam bahasa kaum pelaku usaha, terobosan yang dilahirkan laku dijual? Laku dijual tentu saja, tidak hanya sekadar diminati. Tetapi mendorong lebih dari itu, yakni membuat orang mau merogoh kantong, mengeluarkan uang untuk mendapatkan terobosan yang dibuat?
Tidak jarang gagasan yang kreatif melahirkan terobosan, baik berupa produk, jasa dan hasil kerja, namun tidak terpakai. Menjadi percuma. Tersimpan dalam gudang. Tidak diminati, tidak laku dijual. Sekaliber Steve Job, sekalipun pernah mengalaminya. Tahun 1983 melalui perusahaan yang dikomandoinya Apple, ia meluncurkan Lisa. Lisa bukan nama orang, meskipun mirip dengan nama saya. Melainkan brand untuk perangkat computer komersial, besutan Apple. Produk ini, menjadi komputer komersial pertama yang diproduksi dengan antar muka grafis dan dilepas dengan harga 9.995 dolar Amerika. Produk ini tidak mampu mendorong orang-orang meminatinya apalagi membelinya. Tidak laku. Lalu membuat kesadaran bagi Steve Job, kreatif saja masih belum belum cukup.
Contoh lain hasil kerja yang kreatif namun sulit digunakan, dan diterapkan apalagi diminati orang, kemudian menjadi percuma. Seperti apa yang disampaikan Direktur Program Universitas Ciputra Entrepreneurship Centre, Agung B Waluyo. Pada satu sesi training yang dihadiri oleh 40 orang, ia menjabarkan sekitar 20 sepatu hasil kerja kreatif. Di antaranya, sepatu berbentuk kaki berikut jari jemari. Sepatu high heels dengan tangkai sepatu setinggi 10 sentimeter terbuat dari paku. Sandal yang berasal dari Ikan Tongkol yang dikeringkan. Sepatu yang bagian ujungnya menancap paying kecil, berfungsi untuk menghindari kebasahan di kala hujan. Sepatu berbentuk buah pisang yang sebagian kulitnya dikupas. Sepatu wedges yang tapaknya berwarna-warni pelangi. Dan sepatu high heels dengan tumit berbentuk persis kepala mobil, lengkap dengan lampu di kiri dan kananya.
Semua sepatu itu merupakan hasil kerja kreatif yang bertujuan membuat terobosan. Namun pertanyaannya, berapa dari 20 sepatu itu diminati oleh orang? Tak banyak. Dari 20 sepatu kreatif itu, yang dipilih tak lebih dari lima saja. Paling banyak memilih sepatu wedges berwarna pelangi, lebih sedikit lagi memilih sepatu berbentuk kaki. Dan tidak ada yang memilih sandal yang terbuat dari ikan tongkol yang dikeringkan!
Makna dari semua itu membuktikan, bahwa kreatif saja belum cukup. Gagasan-gagasan yang mendorong kerja kreatif untuk membuat terobosan, mesti diuji lagi. Di sinilah saatnya, penerapan critical thinking diperlukan. Agar melahirkan apa yang disebut inovasi.
Apa itu inovasi? Beragam pendapat memaknainya.
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan, perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai penemuan, tetapi berbeda maknanya dengan penemuan dalam arti diskoveri atau invensi. Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu.
Inovasi juga dimaknai sebagai ciptaan-ciptaan baru (dalam bentuk materi ataupun intangible) yang memiliki nilai ekonomi yang berarti (signifikan), yang umumnya dilakukan oleh perusahaan atau kadang-kadang oleh para individu.
Menurut David Neeleman, yang mendirikan perusahan dan CEO JetBlue, perusahaan penerbangan berbiaya murah berbasis di Amerika Serikat , menjelaskan inovasi adalah upaya mencari cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik daripada sebelumnya.
Everett M. Rogers penulis buku Diffusion of Innovations (1983), mendefinisikan inovasi sebagai suatu ide, gagasan, praktek atau objek/benda yang disadari dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi.
Dari beragam makna itu, sederhananya inovasi menurut Agung B Waluyo, adalah kreatifitas yang bisa diterima orang banyak atau laku. Karena itu, setiap kreatifitas yang akan menjadi terobosan itu, memerlukan pengujian. Bentuk pengujiannya, ialah, jika inovasi itu bentuknya idea atau rencana kerja, apakah bisa diterapkan? Segala sesuatu untuk merealisasikannya apakah bisa didapatkan? Dan hasil yang ditimbulkan sejauh mana memberi dampak dan perubahan berarti? Jika kreatifitas itu produk, penguji buktinya, adalah adakah orang meminatinya? Bahkan memburunya untuk didapatkan atau membelinya. Jika ada, maka produk itu berhasil melakukan inovasi. Maka produk itu bisa disebutkan sebagai produk yang inovatif.
Steve Jobs akhirnya juga menyadari, betapa kreatifitas saja belum cukup. Ia memerlukan inovasi untuk membesarkan usahanya, untuk memunculkan peradaban baru dari hasil kerja dan karyanya. Setelah mengalami kegagalan alias tidak diminati produk computer yang diberi nama Lisa, ia membuat Apple Macintosh. Sebagian orang menilainya, sebagai perangkat komputer yang lebih murah dari Lisa. Apple Macintosh diluncurkan pada tahun 1984. Layarnya yang hitam putih dan arkitekturnya yang terutup, menjadikan produk ini berhasil. Diminati banyak orang. Steve Jobs bersama timnya, melengkapi Macintosh dengan sistim operasi yang disebut Mac OS, atau sistem operasi atau softwarwnya.
Selanjutnya Steve Jobs berhasil melakukan inovasi dalam beragam produknya, Mulai dari macbook, iPhone, iPod, iPad, iMac, ataupun Mac mini. Meksipun harga jualnya relative lebih tinggi dari produk sejenis dari merek lain, para pembeli produk keluaran perusahaan Steve Job, merasa puas. Karena nilai nominal yang mereka keluarkan sebanding dengan apa yang didapatkan. Mulai dari design yang cantik, dinamis elegan, juga kepiawian, memilih warna-warna yang sejuk mata. Dan yang lebih penting, perangkatnya dibuat dengan kemampuan bekerja lebih cepat tanpa hambatan atau nge-hank.Dan sistim operasi yang unggul.Wajar saja banyak orang meminatinya. Inilah salah satu bentuk inovasi itu! (*)
Penulis GM Batam Pos, Entrepreneur School