26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kembali Kepada Kasih Semula

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Wahyu 2:1-5
“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Salah satu dari tujuh jemaat Tuhan yang mendapat teguran di kitab Wahyu yaitu Jemaat Efesus memberi pelajaran berharga bagi kita Gereja di akhir zaman. Kesungguhan jemaat ini tidak diragukan lagi, mereka adalah jemaat yang diakui oleh Tuhan sebagai jemaat yang giat, jemaat yang rela berjerih payah dan tekun dalam melayani Tuhan. Kita harus acung jempol, bayangkan, Tuhan sendiri yang memberi penilaian demikian. Tidak kenal lelah, dan sangat selektif dalam pengajaran, tidak membiarkan ajaran yang berpotensi menyesatkan menyusupi jemaat.

Mereka menguji terlebih dahulu setiap orang yang mengaku dirinya rasul. Bukan itu saja, jemaat Efesus adalah jemaat yang sabar dan kerap menderita karena nama Tuhan. Bandingkan dengan banyak orang Kristen hari-hari ini yang malu sebagai Pengikut Kristus, malu sebagai umat-Nya Yesus, malu beribadah, malu menyaksikan imannya. Banyak orang Kristen hari-hari ini yang tidak siap ketika orang mempertanyakan imannya dengan lebih memilih menyembunyikan identitas sebagai orang Kristen karena alasan-alasan tertentu. Tidak sedikit meninggalkan Yesus karena harta, perkawinan, popularitas, jabatan terlebih karena mengalami tekanan. Jemaat Efesus tidaklah demikian, mereka rela menderita karena nama Yesus dan tidak mengenal lelah. Sekali lagi saya tekankan, Gereja Tuhan di akhir zaman ini patut meneladani jemaat Efesus dalam hal aktivitas dan keseriusan melakukan ibadah.

Namun sayang sekali, Tuhan mencela jemaat ini karena telah meninggalkan kasih yang semula. Dalam bahasa Inggris, kata mencela ditulis “against” (menantang). Tuhan berkata bahwa mereka telah jatuh amat dalam. Semua yang telah mereka lakukan menjadi sia-sia karena tidak hidup dalam kasih. Ternyata bagi Tuhan, kasih itu adalah sangat penting, melebihi semua aktivitas rohani lainnya. Jemaat Efesus didesak untuk bertobat, kalau tidak, Allah akan mengambil kaki dian yang menjadi sumber penerang. Kasih yang merupakan karakter Kristus harus mewarnai kehidupan umat-Nya. Karya Penebusan di kayu salib yang kita peringati sebagai hari Paskah adalah perwujudan dari kasih Bapa. Semuanya Dia lakukan karena Kasih. Kristus menghendaki agar hidup saya dan saudara melimpah dalam kasih. Kehidupan kita harus merefleksikan kasih Allah kepada dunia ini. Hidupmu adalah surat Kristus yang terbuka. Dunia akan mengenal Kristus melalui sikap dan tutur kata kita yang merupakan Injil Kelima yang dapat dibaca orang lain.
Rasul Paulus menegaskan kepada Jemaat di Korintus, bahwa fanatisme ibadah dengan berbagai-bagai karunia, tanpa disertai kasih, semuanya sia-sia.

“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” 1 Korintus 13:2-8

Yesus menubuatkan bahwa di akhir zaman, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Aktifitas dan fanatisme ibadah tetapi minus kasih adalah kejatuhan yang amat dalam yang ditantang oleh Tuhan. Harus bertobat! Kembali kepada kasih yang semula. Sebelumnya jemaat Efesus adalah jemaat yang bertumbuh pesat dan hidup di dalam kasih. Tuhan kehendaki agar mereka kembali melakukannya.

Jemaat Efesus patut dicontoh dalam semangat dan kesungguhan pelayanan tetapi belum cukup, lebih lanjut hiduplah di dalam kasih. Kita harus mengalami pertumbuhan yang progresif menjadi sempurna seperti Kristus Yesus, Kepala Gereja. ALLAH ITU KASIH. (*)

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Wahyu 2:1-5
“Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.”

Salah satu dari tujuh jemaat Tuhan yang mendapat teguran di kitab Wahyu yaitu Jemaat Efesus memberi pelajaran berharga bagi kita Gereja di akhir zaman. Kesungguhan jemaat ini tidak diragukan lagi, mereka adalah jemaat yang diakui oleh Tuhan sebagai jemaat yang giat, jemaat yang rela berjerih payah dan tekun dalam melayani Tuhan. Kita harus acung jempol, bayangkan, Tuhan sendiri yang memberi penilaian demikian. Tidak kenal lelah, dan sangat selektif dalam pengajaran, tidak membiarkan ajaran yang berpotensi menyesatkan menyusupi jemaat.

Mereka menguji terlebih dahulu setiap orang yang mengaku dirinya rasul. Bukan itu saja, jemaat Efesus adalah jemaat yang sabar dan kerap menderita karena nama Tuhan. Bandingkan dengan banyak orang Kristen hari-hari ini yang malu sebagai Pengikut Kristus, malu sebagai umat-Nya Yesus, malu beribadah, malu menyaksikan imannya. Banyak orang Kristen hari-hari ini yang tidak siap ketika orang mempertanyakan imannya dengan lebih memilih menyembunyikan identitas sebagai orang Kristen karena alasan-alasan tertentu. Tidak sedikit meninggalkan Yesus karena harta, perkawinan, popularitas, jabatan terlebih karena mengalami tekanan. Jemaat Efesus tidaklah demikian, mereka rela menderita karena nama Yesus dan tidak mengenal lelah. Sekali lagi saya tekankan, Gereja Tuhan di akhir zaman ini patut meneladani jemaat Efesus dalam hal aktivitas dan keseriusan melakukan ibadah.

Namun sayang sekali, Tuhan mencela jemaat ini karena telah meninggalkan kasih yang semula. Dalam bahasa Inggris, kata mencela ditulis “against” (menantang). Tuhan berkata bahwa mereka telah jatuh amat dalam. Semua yang telah mereka lakukan menjadi sia-sia karena tidak hidup dalam kasih. Ternyata bagi Tuhan, kasih itu adalah sangat penting, melebihi semua aktivitas rohani lainnya. Jemaat Efesus didesak untuk bertobat, kalau tidak, Allah akan mengambil kaki dian yang menjadi sumber penerang. Kasih yang merupakan karakter Kristus harus mewarnai kehidupan umat-Nya. Karya Penebusan di kayu salib yang kita peringati sebagai hari Paskah adalah perwujudan dari kasih Bapa. Semuanya Dia lakukan karena Kasih. Kristus menghendaki agar hidup saya dan saudara melimpah dalam kasih. Kehidupan kita harus merefleksikan kasih Allah kepada dunia ini. Hidupmu adalah surat Kristus yang terbuka. Dunia akan mengenal Kristus melalui sikap dan tutur kata kita yang merupakan Injil Kelima yang dapat dibaca orang lain.
Rasul Paulus menegaskan kepada Jemaat di Korintus, bahwa fanatisme ibadah dengan berbagai-bagai karunia, tanpa disertai kasih, semuanya sia-sia.

“Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.” 1 Korintus 13:2-8

Yesus menubuatkan bahwa di akhir zaman, kasih kebanyakan orang menjadi dingin. Aktifitas dan fanatisme ibadah tetapi minus kasih adalah kejatuhan yang amat dalam yang ditantang oleh Tuhan. Harus bertobat! Kembali kepada kasih yang semula. Sebelumnya jemaat Efesus adalah jemaat yang bertumbuh pesat dan hidup di dalam kasih. Tuhan kehendaki agar mereka kembali melakukannya.

Jemaat Efesus patut dicontoh dalam semangat dan kesungguhan pelayanan tetapi belum cukup, lebih lanjut hiduplah di dalam kasih. Kita harus mengalami pertumbuhan yang progresif menjadi sempurna seperti Kristus Yesus, Kepala Gereja. ALLAH ITU KASIH. (*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/