29 C
Medan
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Inflasi Diprediksi Naik Dua Kali Lipat

MEDAN- Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) langsung berdampak pada sejumlah sektor. Di sektor properti, Asosiasi Pengembang Perumahan Indonesia (Apersi) meminta pemerintah mengoreksi harga rumah sederhana yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sekretaris Apersi Sumut, Irwan Ray mengatakan pihaknya tengah mengajukan revisi harga rumah MBR kepada Kementrian Perumahan Rakyat. “Harga rumah MBR sekarang Rp88 juta per unit. Tapi kita ajukan bila BBM nanti naik kita minta supaya harganya jadi Rp92 juta per unit,” ujarnya kepada Sumut Pos, Senin (17/6).

Revisi harga MBR menjadi Rp92 juta dimaksudkan untuk mengimbangi biaya transportasi paska naiknya harga BBM bersubsidi yang di proyeksikan naik sebesar 5persen.

“Untuk bahan bangunan seperti keramik, semen, dan lainya itu industrinya sudah mengunakan BBM industri atau non subsidi, jadi saya pikir kenaikan terjadi hanya pada biaya transportasi saja,” tambahnya.

Untuk 2013 ini, Apersi menargetkan peningkatan penjualan rumah MBR di Sumut sekitar 3.500 unit, atau naik 20 persen lebih dari 2012 lalu sekitar 2.800 unit. “Target dari Kemenpera 10 ribu unit tapi saya rasa sulit, dan yang realnya saja 3.500 unit menurun Apersi,” tutupnya.
Sebelumnya, dampak ekonomi akibat kenaikan BBM juga diungkapkan Tomi Wistan, ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumut. Dia mengatakan pengembangan perumahaan akan turut terpengaruh dengan kenaikan BBM nantinya.

“Siapa bisa menjamin kalau kenaikan BBM tidak berpengaruh pada peningkatan biaya transportasi dan harga barang produksi untuk pembangunan seperti semen, besi, pasir, keramik, kusen, dan lainnya,” sergahnya.

Inflasi 2 Kali Lipat

Wahyu Ario Pratomo, ekonom dari Universitas Sumatra Utara (USU) memprediksi, opsi kenaikan BBM mencapai Rp2 ribu per liter akan memicu peningkatan inflasi hingga dua kali lipat. Harga barang akan terpicu naik, kecuali barang-barang yang bisa dikendalikan oleh pemerintah. “Masyarakat enggak bisa lagi menolak terjadinya inflasi. Karena yang namanya kegiatan produksi, itu semua pakai minyak,” katanya.

Perhitungannya, jika BBM mengalami kenaikan hampir 50 persen, dimana komponen produksi memakai 20 persen untuk bahan bakar, harga barang-barang minimal akan naik hingga 10 persen. “Nah, inflasi bisa seperti itu,” ungkapnya.
Dari pantauan Sumut Pos Senin (17/6) di Pasar Sambu, belum terjadi tren kenaikan harga bahan pokok. Seperti diungkapkan Erwin, pedagang sembako. “Harga sembako masih normal, tetapi belum tahu besok. Karena kenaikan tidak bisa diprediksi, bisa saja beberapa jam lagi naik,” ungkapnya.

Stok bahan dari distributor juga masih aman dan tetap ada jika dipesan. “Saya mengantisipasi dengan menstok bahan yang tahan lama seperti gula, minyak goreng, mentega dan tepung. Stok tidak berlebihan, cuma antisipasi supaya tidak mengelurakan modal yang cukup banyak,” sergahnya. (mag-9)

MEDAN- Rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) langsung berdampak pada sejumlah sektor. Di sektor properti, Asosiasi Pengembang Perumahan Indonesia (Apersi) meminta pemerintah mengoreksi harga rumah sederhana yang ditujukan kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

Sekretaris Apersi Sumut, Irwan Ray mengatakan pihaknya tengah mengajukan revisi harga rumah MBR kepada Kementrian Perumahan Rakyat. “Harga rumah MBR sekarang Rp88 juta per unit. Tapi kita ajukan bila BBM nanti naik kita minta supaya harganya jadi Rp92 juta per unit,” ujarnya kepada Sumut Pos, Senin (17/6).

Revisi harga MBR menjadi Rp92 juta dimaksudkan untuk mengimbangi biaya transportasi paska naiknya harga BBM bersubsidi yang di proyeksikan naik sebesar 5persen.

“Untuk bahan bangunan seperti keramik, semen, dan lainya itu industrinya sudah mengunakan BBM industri atau non subsidi, jadi saya pikir kenaikan terjadi hanya pada biaya transportasi saja,” tambahnya.

Untuk 2013 ini, Apersi menargetkan peningkatan penjualan rumah MBR di Sumut sekitar 3.500 unit, atau naik 20 persen lebih dari 2012 lalu sekitar 2.800 unit. “Target dari Kemenpera 10 ribu unit tapi saya rasa sulit, dan yang realnya saja 3.500 unit menurun Apersi,” tutupnya.
Sebelumnya, dampak ekonomi akibat kenaikan BBM juga diungkapkan Tomi Wistan, ketua Real Estate Indonesia (REI) Sumut. Dia mengatakan pengembangan perumahaan akan turut terpengaruh dengan kenaikan BBM nantinya.

“Siapa bisa menjamin kalau kenaikan BBM tidak berpengaruh pada peningkatan biaya transportasi dan harga barang produksi untuk pembangunan seperti semen, besi, pasir, keramik, kusen, dan lainnya,” sergahnya.

Inflasi 2 Kali Lipat

Wahyu Ario Pratomo, ekonom dari Universitas Sumatra Utara (USU) memprediksi, opsi kenaikan BBM mencapai Rp2 ribu per liter akan memicu peningkatan inflasi hingga dua kali lipat. Harga barang akan terpicu naik, kecuali barang-barang yang bisa dikendalikan oleh pemerintah. “Masyarakat enggak bisa lagi menolak terjadinya inflasi. Karena yang namanya kegiatan produksi, itu semua pakai minyak,” katanya.

Perhitungannya, jika BBM mengalami kenaikan hampir 50 persen, dimana komponen produksi memakai 20 persen untuk bahan bakar, harga barang-barang minimal akan naik hingga 10 persen. “Nah, inflasi bisa seperti itu,” ungkapnya.
Dari pantauan Sumut Pos Senin (17/6) di Pasar Sambu, belum terjadi tren kenaikan harga bahan pokok. Seperti diungkapkan Erwin, pedagang sembako. “Harga sembako masih normal, tetapi belum tahu besok. Karena kenaikan tidak bisa diprediksi, bisa saja beberapa jam lagi naik,” ungkapnya.

Stok bahan dari distributor juga masih aman dan tetap ada jika dipesan. “Saya mengantisipasi dengan menstok bahan yang tahan lama seperti gula, minyak goreng, mentega dan tepung. Stok tidak berlebihan, cuma antisipasi supaya tidak mengelurakan modal yang cukup banyak,” sergahnya. (mag-9)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/