Kemarin, peserta Policy Partnership on Food Security (PPFS) Plenary 2 Senior Official Meeting (SOM) III Asia Pasific Economic Coorporation (APEC) tahun 2013 sedikit ‘terbebas’ dari ruang-ruang rapat. Mereka melakukan Field Trip (kunjungan lapangan). Mereka pun memanen kol, melihat pembibitan ikan air tawar, dan lain-lain.
Dan tempat yang dipilih adalah kawasan Rumah Pangan Lestari Jalan Petunia Raya Kelurahan Namo Gajah, Kecamatan Medan Tuntungan. Kunjungan mereka ke Rumah Pangan milik Badan Ketahanan Pangan Kota Medan terkait pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Terutama yang bergerak di bidang penganekaragamanan pangan dan ketahanan pangan.
Dalam peninjauan di Rumah Pangan, mereka melihat aneka tanaman pangan, termasuk memanen kol. Selain itu para peserta juga melihat pembenihan dan pembibitan aneka aneka sayur yang ada di lokasi. Kemudian para peserta melewati jembatan yang diberi nama Jembatan APEC untuk melihat pembibitan ikan air tawar. Sebelumnya, peserta juga melihat dan memanen tanaman di tempat pembenihan di kawasan Ladang Bambu. Umumnya para peserta mengaku tertarik dengan penganekaragaman pangan dan ketahanan yang ada di tempat tersebut. Mereka berharap agar lokasi itu dapat dikembangkan lagi.
Peserta PPFS Plenary 2 SOM III APEC tahun 2013 yang melakukan Field Trip ke Rumah Pangan diantaranya H Teramura (Jepang), R Washimori (Jepang), Bae Jong Hyuk (Korea), Choi Yoon Chul (Korea), Kazuko Takabatake (Jepang), Wong Wen Chey (Malaysia), Cao Ying Jua (China), Chandra H (Indonesia), Ridha Putri (Indonesia) Thanawat Sirikul (thailnad), Mei Rochjay (Indonesia), Kirill Antyukin (Rusia), Zhou Ziyi (China), Dea Merriless (Australia), Julio Chan (Peru), Yusof Othman (Malaysia), Han Ji Zhi (Cina) dan Siriwat Suwannasyi (Thailand).
Sebagai informasi, UMKM sampai saat ini sangat penting kedudukannya dalam perekonomian Kota Medan. Peran UMKM juga sangat dominan, terutama dalam penyerapan angkatan kerja . Di samping itu UMKM sangat besar peranannya untuk menjadi perisai ekonomi agar tidak masuk pada jurang krisis berkepanjangan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), proporsi jumlah pengusaha mikro, kecil dan menengah di Kota Medan mencapai 99 persen dari total pengusaha yang ada.
“Hal ini menunjukkan besarnya ketimpangan produktivitas antara usaha besar dan UMKM. Kondisi ini memerlukan perkuatan dari berbagai pihak secara sinergis terhadap UMKM,” kata Pelaksana Tugas Wali Kota Medan Dzulmi Eldin di lokasi, Selasa (25/6).
Eldin menjelaskan, sampai 2012, jumlah UMKM di Kota Medan mencapai 222.133 pelaku usaha dengan jenis usaha perdagangan jasa, industri kerajinan, dan aneka usaha. Mengingat potensi besar yang ada pada UMKM, Pemko Medan menetapkan peningkatan kedudukan, fungsi, dan peranan UMKM dalam perekonomian kota sebagai salah satu agenda prioritas pembangunan.
Karena itulah Eldin mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada Medan sebagai salah satu kota penyelenggara SOM III APEC tahun 2013, termasuk melakukan Field Trip. Dia berharap melalui even ini, promosi, penjualan pangan dan pemanfaatan produk-produk lokal semakin meningkat.
“Melalui kontribusi UMKM, Insya Allah perekonomian kita makin terjaga pertumbuhannya. Jadi saya ingin kita tidak menyia-nyiakan momentum pelaksanaan even ini guna mendorong tumbuhnya daya saing produk dan pangan lokal. Produk-produk UMKM sesungguhnya sangat potensial untuk perluasan ekspor nasional dan regional bila kualitas dan jaminan ketersediaanya dapat terus ditata dan dibina lebih baik,” ungkapnya.
Eldin selanjutnya berharap, kunjungan lapangan yang dilakukan ini dapat member nilai tambah bagi pengembangan sektor UMKM di tengah persaingan ekonomi global. Mantan Sekda Kota Medan ini optimistis tumbuh kembangnya sektor UMKM dapat mendorong perekonomian dan produk daerah yang semakin berdaya saing. Dengan kondisi tersebut, pelaku UMKM dapat bersaing dengan sektor ekonomi lainnya sekaligus mempunyai kesempatan memperluas pemasaran produknya ke luar negeri.
Perketat Perdagangan Ikan Internasional
Sebelumnya, melalui sidang SOM III Apec kemarin, para ekonom akan memberlakukan peraturan terkait dengan perdagangan hasil tangkapan laut secara internasional. Di mana, ikan yang dijual harus ditangkap sesuai perdagangan. Peraturan ini dilakukan sebagai awal peningkatan ketahanan pangan internasional.
“Kita harus menyelamatkan dan memanfaatkan laut semaksimal dan sebaik mungkin. Karena, tiap tahunnya secara internasional, produksi ikan dan tangkapan laut sebesar 140 juta ton. Dan 70 persen hasil laut itu dinikmati oleh negara-negara ekonom APEC,” ujar Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang juga delegasi dari Indonesia.
Dengan terus bertambahnya pertumbuhan penduduk dunia, jelas konsumsi ikan dan tangkapan laut juga akan terus bertambah. Karena itu, laut harus dijaga sebaik mungkin untuk kelangsungan masa depan. “Kita memberikan opsi agar laut harus di jaga sebaik mungkin. Karena ketahanan pangan juga bergantung dari laut ini,” ungkapnya di Hotel Santika.
Karena itu, para ekonom sepakat dalam perdagangan ikan berskala internasional nantinya akan menggunakan peraturan tertentu. Seperti, tidak menggunakan bahan peledak, senjata tajam, dan lainnya. “Saat ini, produksi laut sendiri sudah mengalami kekurangan produksi. Karena itu, bila tidak dilakukan penjagaan sekarang juga ditakutkan akan membuat laut terus mengalami kritis. Dan jelas ini merugikan kita,” lanjutnya.
Dengan penangkapan ikan yang ramah lingkungan, setidaknya akan mengurangi kerusakan pada laut. Sehingga, hasil laut akan terus membaik. Saat ini hasil ikan terus mengalami penurunan, selain karena ketidakhatihatian dalam menjaga laut, hal lain karena adanya anomali cuaca. Sehingga para nelayan jadi kurang semangat untuk melakukan penangkapan laut.
Untuk menghadapi anomali cuaca, para ekonom ini juga menyatakan dan berencana untuk membuat pusat data yang berfungsi untuk melakukan observasi bagaimana keadaan laut disekitar negara-negara econom tersebut. Padahal, saat ini Indonesia bekerja sama dengan beberapa negara lain sudah memiliki pusat observasi yang berada di Bali. “Kita sebenarnya sudah ada, yang bekerja sama dengan Amerika Serikat, Perancis, dan Jepang. Sebenarnya, kita berharap agar yang lainnya menjadikan tempat ini sebagai tempatnya. Minimal regional lah. Ya, sekedar untuk pemanfaatan yang ada,” tambahnya.
Listrik Padam saat Makan Malam
Sementara itu, kesan tak baik muncul dalam penyelenggaraan SOM III APEC. ) diwarnai dengan listrik padam. Kekurangan arus listrik ini terjadi pada tanggal 24 dan 25 Juni yang lalu. Tepatnya, saat acara Partnership Kementerian BUMN dan KPK yang merupakan bagian dari pertemuan APEC SOM III, di Hotel Danau Toba (24/6) dan saat makan malam dan kunjungan wisata di Istana Maimun Medan (25/6).
Saat makan malam dan kunjungan wisata di Istana Maimun kemarin, para perwakilan econom dari berbagai negara merasa terkejut, karena secara tiba-tiba lampu padam saat mereka berada di kawasan Istana Sultan Deli tersebut. Dan hanya lampu jalanan yang menjadi penerangan.
Delegasi yang dipimpin oleh KP) ini hadir di Istana Maimun sekitar pukul 19.00 WIB, saat azan maghrib telah usai. Juru Bicara KPK Johan Budi dan Wakil Ketua KPK Bambang Wijdamoko yang membawa para perwakilan ant korupsi di APEC ini untuk menikmati objek wisata budaya ternama di Medan ini.
Karena tidak mau malu dan terlihat kurang profesional, sebelum memasuki ruangan utama istana, para delegasi ini dijamu terlebih dahulu di halaman depan istana dengan penerangan seadanya. Dengan minuman dan makanan khas Melayu.
Mati lampu di Istana hanya berlangsung selama 20 menit. Tetapi, karena ini merupakan pertemuan tingkat internasional, pemadaman listrik ini menjadi hal yang kurang menyenangkan.
Setelah listrik kembali menyala dan istana kembali benderang, para delegasi dipersilahkan masuk untuk melihat kejayaan Kesultanan Deli tempo dulu yang dilanjutkan dengan makan malam.
Saat menyantap makanan pun para delegasi ini seperti tidak terganggu dengan kejadian sebelumnya. Bahkan, dengan tenang mereka menikmati semua makanan yang disajikan yang merupakan makanan khas Indonesia.
Saat ditanya dengan ekonom asal Malaysia terkait dengan pemadaman listrik ini, pria yang bergelar Dato’ ini hanya tersenyum sambil berkata. “This is not a big deal (ini bukan masalah biasa),” ujarnya sambil berlalu. (dek/ram)