JAKARTA- Aksi nekad pelemparan bom di Mapolsek Rajapolah Tasikmalaya menjadi atensi khusus Mabes Polri. Sebuah tim Densus 88 Mabes Polri ikut membantu pengungkapan kasus ini. “Walaupun tidak ada korban , tapi itu jelas itu merupakan bentuk tindakan terorisme,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar kemarin (20/07).
Insiden pelemparan bom rakitan itu terjadi Sabtu dinihari sekitar pukul pukul 01.30 WIB. Saksi menyebut kalau pelaku berjumlah dua orang dan datang dengan berboncengan di atas sepeda motor Yamaha Mio. “Tim dari Polda Jabar dan Densus akan melakukan pemeriksaan bom. Masing- masing bom ada signature atau ciri khususnya,” katanya.
Jika bomb signature itu sudah teridentifikasi, akan dapat dilacak siapa pembuatnya.
“Kita bisa ketahui kelompok mana dari olah barang bukti,” kata mantan kanit negosiasi Densus 88 Mabes Polri itu.
Paket bom yang dibuang di polsek Rajapolah itu mengeluarkan bunyi mendesis mirip petasan dan disusul kepulan asap. Curiga dengan kondisi tersebut, petugas piket selanjutnya meneruskan informasi hingga akhirnya tim Gegana Brimob Polda Jabar diterjunkan kelapangan.
Dari olah TKP, petugas menemukan beberapa material bom rakitan berupa pecahan ponsel, paku, kabel, timah, dan tutup panci. Agar tidak mengganggu proses penyelidik, area perkara kini sudah diberi garis polisi dan steril.
“Dari keterangan awal saksi-saksi, memang serangan ditujukan pada anggota polisi,” katanya. Kasus teror serupa pernah terjadi pada Senin (13/5) di pos polisi lalu lintas di Mitra Batik, Tasikmalaya. Kala itu seorang pria nekat melempar bom rakitan ke arah petugas.
Pelaku tersebut akhirnya tewas ditembak karena menyerang dan melukai petugas saat akan ditangkap. Pelaku lantas diidentifikasi dan diketahui bernama Salim.
Menurut polisi, dia termasuk komplotan William Maksum yang berhasil disergap di Bandung Mei lalu.
Saat pelemparan bom panci di mapolsek Rajapolah, ada empat anggota yang selamat dari pengeboman tersebut ialah Aiptu Feri Mulyana, Bripka Solihin, Briptu Zul Jaelani, dan Brigade Romandos Sihole.
“Saat ini keterangan mereka sedang didalami,” kata Brigjen Boy.
Pertengahan pekan lalu, analis terorisme internasional Sidney Jones memaparkan peluang teror terhadap polisi akan terus berlanjut. “Karakteristik teroris sekarang adalah perang antara ekstrimis dan polisi.
Jadi, bukan target umum,” ujar Sidney di UI Depok 17 Juli lalu.
Mantan direktur International Crisis Group Asia Tenggara itu menganalisa, polisi jadi sasaran karena lebih dari 100 orang terduga teroris ditembak mati oleh Densus 88 sejak 2002 hingga tahun ini. (rdl/jpnn)