JAKARTA- Rupiah kian terengah-engah menghadapi tekanan dolar AS (USD). Tingginya permintaan USD dan minimnya intervensi Bank Indonesia (BI) membuat nilai tukar Rupiah anjlok signifikan.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, nilai tukar Rupiah berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) kemarin ditutup di level Rp 10.220 per USD. ‘Dibanding posisi awal tahun 2013, Rupiah sudah terdepresiasi hingga 5,6 persen,’ ujarnya melalui keterangan resmi tadi malam (23/7).
Kenapa Rupiah bisa melemah signifikan dalam dua pekan terakhir? Menurut Agus, selain karena penguatan USD sebagai fenomena global, pelemahan Rupiah juga dipicu oleh tingginya permintaan valas oleh nasabah korporasi/ritel. ‘Termasuk untuk repatriasi dividen dan hasil investasi,’ katanyan
Meski demikian, BI terus berupaya menenangkan pasar. Agus menyebut, pelemahan Rupiah dalam beberapa hari terakhir mulai konvergen ke level ekuilibrium atau keseimbangan baru. ‘Ini mencerminkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia,’ ucapnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, lanjut Agus, BI meminta agar masyarakat dan pelaku pasar tetap tenang seraya menekankan bahwa BI “akan tetap melakukan pemantauan secara cermat pada peregerakan Rupiah. ‘Kami akan menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai kondisi fundamental perekonomian dengan mekanisme pasar yang berjalan dengan baik,’ jelasnya. (owi/jpnn)